FGD PENYEPAKATAAN UNIT DAN DESAIN MODELLING BERSAMA PEMDA DAN PARA PIHAK TERKAIT
Community Discussion

Kamis 13 Januari 2022 bertempatan Aula Rumah Makan Waroeng sunda Telaga Bestari. Kegiatan hari ini dihadiri langsung oleh Pemerintah Kecamatan Teluknaga, Pemerintah Desa Tegal Angus, Pemerintah Desa Kampung Melayu Barat, Puskesmas Kecamatan Teluknaga, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, BAPPEDA Kabupaten Tangerang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Tangerang, Kesbangpol Kabupaten Tangerang, DPMD Kabupaten Tangerang dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang tergabung dalam Forum Sehat Gemilang (Learning Forum). Fokus diskusi kegiatan ini meliputi beberapa hal diantaranya yaitu:
1. Zam-Zam Manohara, S.STP sebagai camat Kecamatan Teluknaga menyampaikan terimakasih atas penunjukan lokasi yang berada di wilayah kami, tentu ini menjadi angin segar bagi kami untuk bisa bersinergi dengan FOPKIA Kabupaten Tangerang yang didukung oleh USAID Madani dalam hal pembentukan POKJA KIBBL di dua Desa yang menjadi pembinaan kami. Banyak faktor yang menjadi temuan di masyarakat terkait stunting, sebenarnya dari pola hidup dan kelainan kesehatan. Sebagai contoh daerah kita terkenal dengan tumpah ruahnya biota laut salah satunya ikan, namun masyarakat khususnya ibu hamil rendah akan konsumsi ikan laut. Hal ini tentu menjadi masalah terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Nanti pihak kecamatan akan ada singkronisasi ketika musrembang desa dan musrembang kecamatan terkait fokus isu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting. Mudah-mudahn dengan adanya desa percontohan ini akan bisa di replikasi di desa-desa lain yang masuk zona merah AKI, AKB dan Stunting.
2. Subur Maryono sebagai kepala Desa KP Melayu Barat sekaligus ketua APDESI Kecamatan Teluknaga, terimakasih atas penunjukan desa kami sebagai intervensi fokus AKI, AKB serta stunting. Memang banyak faktor yang menjadi temuan masalah dilapangan terkait isu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Kami akan memaksimalkan semua elemen masyarakat dan tentuntya pemerintahan desa terkait akan adanya POKJA KIBBL di desa kami.
3. dr. Sri Indriyani sebagai kabid DINKES Kabupaten Tangerang dalam pemaparanya menyampaikan terkait stunting pada dasarnya dapat dicegah sedini mungkin dengan melakukan deteksi dini kepada si anak dengan melakukan kunjungan kepada Faskes terdekat (Puskesmas), hal ini menjadi langkah sangat baik tentunya jika dilakukan. Ada 5 tahapan sebelum anak itu menjadi stunting, dimulai dari gagal tumbuh-BB (Berat Badan) Kurang-Gizi Kurang/Gizi Buruk-Stunting dan Mikrosefali. Adapun dua strategi penanganan stunting Pertama Intervensi Gizi Spesifik dimana intervensi yang ditunjukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi ini bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kedua Intervensi Gizi Sensitif dimana intervensi yang ditunjukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Maka jika ini dilakukan tentunya akan menekan angka stunting di Kabupaten Tangerang sendiri.
4. Atif selaku ketua FOPKIA Kabupaten Tangerang menjelaskan histori pemilihan desa yang dijadikan modeling, diantaranya
a. Pada workplane FOPKIA pengajuan desa ploting 2 kali pengusulan yang pertama kec tiga raksa desa, namun tiga raksa tidak menjadi zona merah terkait AKI AKB dan stunting.
b. Kami berkoordinasi dan komunikasi dengan DINKES agar plotting masuk pada kecamatan yang desanya zona merah AKI AKB dan stunting lalu kami usulkan perubahan ploting dari kecamatan tigaraksa ke kecamatan mauk (desa sasak dan banyu asih)
c. Dalam perjalanan tenyata stunting dan AKI AKB yang tinggi dan ada kasus gizi buruk ada di kecamatan teluknaga, FOPKIA langsung berkomunikasi terkait kasus gizi buruk d kecamatan teluknaga kami berkomunikasi dengan kepala desa KP. Melayu Barat dan Tegal Angus dan camat teluknaga agar PLOTING KIBBL desa masuk ke Kecamatan Teluknaga.
1. Zam-Zam Manohara, S.STP sebagai camat Kecamatan Teluknaga menyampaikan terimakasih atas penunjukan lokasi yang berada di wilayah kami, tentu ini menjadi angin segar bagi kami untuk bisa bersinergi dengan FOPKIA Kabupaten Tangerang yang didukung oleh USAID Madani dalam hal pembentukan POKJA KIBBL di dua Desa yang menjadi pembinaan kami. Banyak faktor yang menjadi temuan di masyarakat terkait stunting, sebenarnya dari pola hidup dan kelainan kesehatan. Sebagai contoh daerah kita terkenal dengan tumpah ruahnya biota laut salah satunya ikan, namun masyarakat khususnya ibu hamil rendah akan konsumsi ikan laut. Hal ini tentu menjadi masalah terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Nanti pihak kecamatan akan ada singkronisasi ketika musrembang desa dan musrembang kecamatan terkait fokus isu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting. Mudah-mudahn dengan adanya desa percontohan ini akan bisa di replikasi di desa-desa lain yang masuk zona merah AKI, AKB dan Stunting.
2. Subur Maryono sebagai kepala Desa KP Melayu Barat sekaligus ketua APDESI Kecamatan Teluknaga, terimakasih atas penunjukan desa kami sebagai intervensi fokus AKI, AKB serta stunting. Memang banyak faktor yang menjadi temuan masalah dilapangan terkait isu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Kami akan memaksimalkan semua elemen masyarakat dan tentuntya pemerintahan desa terkait akan adanya POKJA KIBBL di desa kami.
3. dr. Sri Indriyani sebagai kabid DINKES Kabupaten Tangerang dalam pemaparanya menyampaikan terkait stunting pada dasarnya dapat dicegah sedini mungkin dengan melakukan deteksi dini kepada si anak dengan melakukan kunjungan kepada Faskes terdekat (Puskesmas), hal ini menjadi langkah sangat baik tentunya jika dilakukan. Ada 5 tahapan sebelum anak itu menjadi stunting, dimulai dari gagal tumbuh-BB (Berat Badan) Kurang-Gizi Kurang/Gizi Buruk-Stunting dan Mikrosefali. Adapun dua strategi penanganan stunting Pertama Intervensi Gizi Spesifik dimana intervensi yang ditunjukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi ini bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kedua Intervensi Gizi Sensitif dimana intervensi yang ditunjukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Maka jika ini dilakukan tentunya akan menekan angka stunting di Kabupaten Tangerang sendiri.
4. Atif selaku ketua FOPKIA Kabupaten Tangerang menjelaskan histori pemilihan desa yang dijadikan modeling, diantaranya
a. Pada workplane FOPKIA pengajuan desa ploting 2 kali pengusulan yang pertama kec tiga raksa desa, namun tiga raksa tidak menjadi zona merah terkait AKI AKB dan stunting.
b. Kami berkoordinasi dan komunikasi dengan DINKES agar plotting masuk pada kecamatan yang desanya zona merah AKI AKB dan stunting lalu kami usulkan perubahan ploting dari kecamatan tigaraksa ke kecamatan mauk (desa sasak dan banyu asih)
c. Dalam perjalanan tenyata stunting dan AKI AKB yang tinggi dan ada kasus gizi buruk ada di kecamatan teluknaga, FOPKIA langsung berkomunikasi terkait kasus gizi buruk d kecamatan teluknaga kami berkomunikasi dengan kepala desa KP. Melayu Barat dan Tegal Angus dan camat teluknaga agar PLOTING KIBBL desa masuk ke Kecamatan Teluknaga.