Perempuan dan Anak di Kab. Serang Belum Tersentuh Dana Desa..?
Citizen News

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak belum mendapatkan perhatian dari pemerintah khususnya di tingkat desa. Hal ini mengemuka pada acara Kamisan (Kajian Madani Serang Berkemajuan) yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu, 27 Oktober 2021. “Secara umum, dana desa di Kabupaten Serang belum memberikan perhatian khusus pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak” kata Manajer Program Isu Desa Pattiro Banten, Titin Mulyani, dalam paparannya.
Hal ini mendapatkan penegasan dari Desty Eka Putri Sari, salah satu anggota Simpul Madani Serang dari unsur Bank Sampah Digital (BSD) sekaligus kader muda ‘Aisyiyah Kabupaten Serang. Sepengetahuannya, bahwa selama berkecimpung di desa dan sering mengikuti acara-acara desa, tidak melihat program spesifik untuk penguatan isu perempuan, baik dari sisi pemberdayaan pendidikan, sosial, apalagi penyadaran hak politik perempuan. “Selama ini saya sering berkecimpung di masyarakat, tidak pernah mendapatkan sosialisasi ataupun undangan untuk mengikuti program penguatan kapasitas perempuan”, ujar perempuan yang menjabat Sekretaris Rukun Tetangga (RT) di Desa Pelawad ini.
Perhatian pemerintah desa dalam membuat program pemberdayaan dan perlindungan anak, berbanding terbalik dengan data kekerasan peremmpuan dan anak. Merujuk pada data statistik Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Keluarga Berencana (DPPPAKB) Provinsi Banten tahu 2018, narasumber lainnya, Agus Salim, menjelaskan bahwa Kabupaten Serang menduduki ranking I jumlah korban kekerasan seksual dan ranking tertinggi pada jumlah korban kekerasan seksual anak. “Sesuai data DPPPAKB Provinsi Banten 2018, bahwa jumlah korban kekerasan seksual perempuan di angka 39 dan angka 45 untuk kekerasan seksual anak, dan dua-duanya menduduki angka tertinggi”, terang Agus Salim, yang memiliki riwayat panjang dalam riset dan avokasi anggaran gender di Pattiro Jakarta ini.
Menyahuti data dan kondisi tersebut, salah satu peserta, peneliti dari Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri (UIN) Banten, Humairoh, yang menjadi peserta aktif diskusi. Mengakui bahwa, berdasarkan hasil kajian dan penelitian lembaganya, kasus-kasus kekerasan perempuan dan anak masih banyak ditemukan di masyarakat. Begitu pula kasus perceraian yang mengakibatkan perempuan dan anak yang menjadi “korban”. “Kami turut prihatin melihat kondisi ini, hal ini tidak bisa dibiarkan, harus kita cegah dan selesaikan secara Bersama, kami menyambut baik diskusi semacam ini oleh kelmpok masyarakat sipil, kita harus sinergi dalam konteks lapangan”, paparnya penuh semangat.
Diskusi tematik rutin yang diselenggaran Simpul Madani Serang (SMS) yang merupakan Simpul Belajar dampingan USAID MADANI melalui Mitra Utama ‘Aisyiyah dan Mitra Pendukungnya Pattiro Serang, diikuti oleh perwakilan PD ‘Aisyiyah, Pattiro Banten, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiyatul “Aisyiyah, Fatayat NU, PD Muhammadiyah, PSGA UIN Banten, Math’laul Anwar, dan perorangan. Dipandu dan ditutup oleh host yang sekaligus moderator diskusi, Eka Eviliani.
Hal ini mendapatkan penegasan dari Desty Eka Putri Sari, salah satu anggota Simpul Madani Serang dari unsur Bank Sampah Digital (BSD) sekaligus kader muda ‘Aisyiyah Kabupaten Serang. Sepengetahuannya, bahwa selama berkecimpung di desa dan sering mengikuti acara-acara desa, tidak melihat program spesifik untuk penguatan isu perempuan, baik dari sisi pemberdayaan pendidikan, sosial, apalagi penyadaran hak politik perempuan. “Selama ini saya sering berkecimpung di masyarakat, tidak pernah mendapatkan sosialisasi ataupun undangan untuk mengikuti program penguatan kapasitas perempuan”, ujar perempuan yang menjabat Sekretaris Rukun Tetangga (RT) di Desa Pelawad ini.
Perhatian pemerintah desa dalam membuat program pemberdayaan dan perlindungan anak, berbanding terbalik dengan data kekerasan peremmpuan dan anak. Merujuk pada data statistik Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Keluarga Berencana (DPPPAKB) Provinsi Banten tahu 2018, narasumber lainnya, Agus Salim, menjelaskan bahwa Kabupaten Serang menduduki ranking I jumlah korban kekerasan seksual dan ranking tertinggi pada jumlah korban kekerasan seksual anak. “Sesuai data DPPPAKB Provinsi Banten 2018, bahwa jumlah korban kekerasan seksual perempuan di angka 39 dan angka 45 untuk kekerasan seksual anak, dan dua-duanya menduduki angka tertinggi”, terang Agus Salim, yang memiliki riwayat panjang dalam riset dan avokasi anggaran gender di Pattiro Jakarta ini.
Menyahuti data dan kondisi tersebut, salah satu peserta, peneliti dari Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri (UIN) Banten, Humairoh, yang menjadi peserta aktif diskusi. Mengakui bahwa, berdasarkan hasil kajian dan penelitian lembaganya, kasus-kasus kekerasan perempuan dan anak masih banyak ditemukan di masyarakat. Begitu pula kasus perceraian yang mengakibatkan perempuan dan anak yang menjadi “korban”. “Kami turut prihatin melihat kondisi ini, hal ini tidak bisa dibiarkan, harus kita cegah dan selesaikan secara Bersama, kami menyambut baik diskusi semacam ini oleh kelmpok masyarakat sipil, kita harus sinergi dalam konteks lapangan”, paparnya penuh semangat.
Diskusi tematik rutin yang diselenggaran Simpul Madani Serang (SMS) yang merupakan Simpul Belajar dampingan USAID MADANI melalui Mitra Utama ‘Aisyiyah dan Mitra Pendukungnya Pattiro Serang, diikuti oleh perwakilan PD ‘Aisyiyah, Pattiro Banten, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiyatul “Aisyiyah, Fatayat NU, PD Muhammadiyah, PSGA UIN Banten, Math’laul Anwar, dan perorangan. Dipandu dan ditutup oleh host yang sekaligus moderator diskusi, Eka Eviliani.