Ini Ide dan Gagasan YBS Palopo Dalam Menangani Sampah
Citizen News

PALOPO — Presentasi terkait pengelolaan sampah secara terpadu dan kolaboratif akan disampaikan langsung Direktur Yayasan Bumi Sawerigading (YBS) Palopo di Maika Beach Club & Resto Kota Palopo, 18 Agustus 2022 besok.
Agenda tersebut dilakukan dalam seminar dan lokakarya tentang Sustainable Developments Goals (SDGs) yang digelar Universitas Andi Djemma (UNANDA) melalui SDGs Center UNANDA bekerjasama USAID MADANI.
Disampaikan Direktur bahwa, sejak tahun 2020, YBS Palopo bekerjasama USAID MADANI, mengawali agendanya dengan mengumpulkan semua Organisasi Masyarakat Sipil baik itu LSM, pencinta alam, lembaga keagamaan, perguruan tinggi termasuk Pemerintah Kota Palopo.
“Dari situlah kami bersepakat bekerja dan belajar bersama dan membentuk Forum Belajar Mapaccing (FBM) untuk selanjutnya mendiskusikan rencana aksi,” tambahnya.
Melalui salah seorang anggota FBM, Rustan Santaria, tercetuslah ide untuk penanangan sampah organik dengan menggunakan metode TONGKAT (Tong dan Kotak Ajaib Terpadu).
“TongKAT ini fungsinya merubah sampah organik berupa sisa makanan, kulit buah-buahan, sisa kopi dan minuman serta sampah non-plastik menjadi pupuk kompos, pupuk cair alami dan maggot (lalat black soldier fly).,” cetus Malik.
TongKAT iujicoba dan diproduksi oleh Forum Belajar Mapaccing. Sebagai lokasi percontohan program TongKAT, YBS dan FBM memilih Kelurahan Dangerakko, sebuah kelurahan padat karena adanya pasar sentral, terminal, restoran, hotel dan perkantoran.
Metode ini dianggap penting diadopsi pemerintah daerah karena 60% sampah di Kota Palopo adalah sampah organik berupa sisa-sisa makanan, sisa buah-buahan dan minuman yang akhirnya menjadi beban bagi petugas kebersihan.
“Kota Palopo sendiri memproduksi sampah sebanyak 70-90 ton per hari dan harus dibuang ke TPA Mancani sehingga, TPA Mancani mulai kelebihan kapasitas penampungan sampah,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Program Manager YBS, Muh. Ishari ditempat terpisah menjelaskan dimana awal fokus mengurus sampah organik karena sampah organiklah yang menimbulkan bau busuk dan tidak sedap kalau dibiarkan dan tidak dikelola.
“Inilah yang menimbulkan penyakit dan rasa tidak nyaman warga kota. Dalam konteks pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, sampah adalah masalah global yang harus segera ditangani,” terangnya.
Sambil mengutip beberapa penelitian internasional tentang sampah dan perubahan iklim, Ishari mengatakan bahwa sisa-sisa sampah makanan yang membusuk melepaskan gas methana (CH4) yang kemudian merusak lapisan ozon, sehingga mempercepat perubahan iklim.
“Dalam perkembangannya, YBS mengumpulkan sampah plastik dengan membentuk baruga sampah plastik (BSP). BSP membeli sampah dari masyarakat sekitar termasuk membeli sampah dari TPA dan akan di kirim ke pabrik pengolahan di Makassar,” ucap Ari sapaan akrab Program Manager.
YBS yang bekerjsama dengan WALHI dan Perkumpulan Pengusaha Plastik Limbah Indonesia (P3LI) untuk pembelian plastik tersebut. Langkah ini merupakan wujud kolaborasi terpadu, dimana memadukan pengelolaan sampah organik melalui media TongKAT dan mendirikan BSP untuk pembelian sampah plastik.
Diketahui SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah tujuan global yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa-bangsa PBB yang ditargetkan akan dicapai dalam kurun waktu sampai tahun 2030.
salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah tujuan 11, menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Dalam mencapai tujuannya melalui rencana aksi nasional, pemerintah menetapkan 10 target nasional, diantaranya pembangunan kota yang terpadu, infrastruktur dan pelayanan kota, serta risiko bencana dan perubahan iklim di perkotaan.
Upaya-upaya ini didorong melalui kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun organisasi non pemerintah seperti lsm dan perguruan tinggi.
(Nas)
Agenda tersebut dilakukan dalam seminar dan lokakarya tentang Sustainable Developments Goals (SDGs) yang digelar Universitas Andi Djemma (UNANDA) melalui SDGs Center UNANDA bekerjasama USAID MADANI.
Disampaikan Direktur bahwa, sejak tahun 2020, YBS Palopo bekerjasama USAID MADANI, mengawali agendanya dengan mengumpulkan semua Organisasi Masyarakat Sipil baik itu LSM, pencinta alam, lembaga keagamaan, perguruan tinggi termasuk Pemerintah Kota Palopo.
“Dari situlah kami bersepakat bekerja dan belajar bersama dan membentuk Forum Belajar Mapaccing (FBM) untuk selanjutnya mendiskusikan rencana aksi,” tambahnya.
Melalui salah seorang anggota FBM, Rustan Santaria, tercetuslah ide untuk penanangan sampah organik dengan menggunakan metode TONGKAT (Tong dan Kotak Ajaib Terpadu).
“TongKAT ini fungsinya merubah sampah organik berupa sisa makanan, kulit buah-buahan, sisa kopi dan minuman serta sampah non-plastik menjadi pupuk kompos, pupuk cair alami dan maggot (lalat black soldier fly).,” cetus Malik.
TongKAT iujicoba dan diproduksi oleh Forum Belajar Mapaccing. Sebagai lokasi percontohan program TongKAT, YBS dan FBM memilih Kelurahan Dangerakko, sebuah kelurahan padat karena adanya pasar sentral, terminal, restoran, hotel dan perkantoran.
Metode ini dianggap penting diadopsi pemerintah daerah karena 60% sampah di Kota Palopo adalah sampah organik berupa sisa-sisa makanan, sisa buah-buahan dan minuman yang akhirnya menjadi beban bagi petugas kebersihan.
“Kota Palopo sendiri memproduksi sampah sebanyak 70-90 ton per hari dan harus dibuang ke TPA Mancani sehingga, TPA Mancani mulai kelebihan kapasitas penampungan sampah,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Program Manager YBS, Muh. Ishari ditempat terpisah menjelaskan dimana awal fokus mengurus sampah organik karena sampah organiklah yang menimbulkan bau busuk dan tidak sedap kalau dibiarkan dan tidak dikelola.
“Inilah yang menimbulkan penyakit dan rasa tidak nyaman warga kota. Dalam konteks pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, sampah adalah masalah global yang harus segera ditangani,” terangnya.
Sambil mengutip beberapa penelitian internasional tentang sampah dan perubahan iklim, Ishari mengatakan bahwa sisa-sisa sampah makanan yang membusuk melepaskan gas methana (CH4) yang kemudian merusak lapisan ozon, sehingga mempercepat perubahan iklim.
“Dalam perkembangannya, YBS mengumpulkan sampah plastik dengan membentuk baruga sampah plastik (BSP). BSP membeli sampah dari masyarakat sekitar termasuk membeli sampah dari TPA dan akan di kirim ke pabrik pengolahan di Makassar,” ucap Ari sapaan akrab Program Manager.
YBS yang bekerjsama dengan WALHI dan Perkumpulan Pengusaha Plastik Limbah Indonesia (P3LI) untuk pembelian plastik tersebut. Langkah ini merupakan wujud kolaborasi terpadu, dimana memadukan pengelolaan sampah organik melalui media TongKAT dan mendirikan BSP untuk pembelian sampah plastik.
Diketahui SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah tujuan global yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa-bangsa PBB yang ditargetkan akan dicapai dalam kurun waktu sampai tahun 2030.
salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah tujuan 11, menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Dalam mencapai tujuannya melalui rencana aksi nasional, pemerintah menetapkan 10 target nasional, diantaranya pembangunan kota yang terpadu, infrastruktur dan pelayanan kota, serta risiko bencana dan perubahan iklim di perkotaan.
Upaya-upaya ini didorong melalui kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun organisasi non pemerintah seperti lsm dan perguruan tinggi.
(Nas)