Mengalami Peristiwa di MIWF Tahun 2022
Diskusi Komunitas

Sebuah mini market tidak jauh dari pertigaan antara jalan poros Andi Pettarani dan Sultan Alauddin masih sepi. Di sebelah kanan swalayan itu terdapat kedai kopi sederhana baru saja dibuka seorang ibu paruh baya. Ia kemudian menyapu halaman sekitar kedai sebelum ia lenyap ke dalam mini market yang juga baru saja singkap.
Beberapa meter dari halaman swalayan itu segugus anak sekolahan meramaikan sebuah gerbang kompleks di Jalan Bontonompo yang dipalang. Mereka merumpi sembari mencerup kopi. Suatu pagi yang aktif di kota Makassar.
Lima atau enam rumah di sisi kanan dan kiri gebang itu, sebanjar umbul-umbul terpasang hingga ke halaman depan Rumata’Artspace, lokasi digelarnya Makassar International Writers Festival (MIWF) tahun 2022.
Dalam sesi forum bertajuk Pojok Komunitas Literasi, Rumah Saraung turut hadir memenuhi ajakan panitia dan diberikan loka untuk mengenalkan komunitas yang terbentuk di Pangkep pada 2016.
Saenal dan Afdhal AB mewakili Rumah Saraung, keduanya datang ke acara ini sebagai bentuk pengenalan serta pengobat rasa mengalami peristiwa di MIWF.
*
Setelah semua lampu dalam galeri Rumata’Artspace dipadamkan dan anggota komunitas menghentikan obrolan singkat satu sama lain. Satu sorotan cahaya muncul. Suasana seketika perlahan senyap, dari pantulan cahaya menancap ke layar memperlihatkan sebuah truk melintas dari dalam lorong rel kereta api, menyusul kemudian denting gambus membahana di ruang galeri. Peristiwa itulah yang menandai pemutaran dokumenter produksi Rumah Saraung ditayangakan siang kemarin, Kamis, (23/6).
Hikayat Pengobatan Bedak Basah-Warisan yang Diturunkan Melalui Mimpi, dokumenter yang menampilkan perempuan sepuh bernama Hj Badaria sebagai sanro pengobat menggunakan media pengobatan berupa bedak basah dan Hukmawati, anaknya, sebagai generasi pelanjut.
Dokumenter ini sendiri merupakan hasil penggarapan kedua setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dan pertama kali diputar di gelaran Makassar Biennale di Pangkep pada September 2021 lalu. Rumah Saraung menghampiri literasi melalui dokumenter sejak empat tahun belakangan terlibat dalam kegiatan kolaborasi lintas komunitas di program Menghambur Menyigi Sekapur Sirih, Pra Event Makassar Biennale 2021.
Setelah sesi pengenalan komunitas ini, tampak Mohammad Rivai Riza yang akrab disapa Riri Riza, penulis sekaligus sutradara film Ada Apa dengan Cinta 2. “Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa ke Makassar lagi,” sambutnya dalam sesi konfrensi pers.
“Kita sangat bergembira dan bersukur dapat menggelar festival ini setelah dua tahun hanya digelar secara daring,” kata Lily Yulianti Farid menjelaskan buntut atas pandemi. “Tidak semua orang bisa waras dan bertahan di tengah pandemi,” urainya.
*
Di bagian belakang galeri, terdapat tempat luas di bawah rimbun pohon yang dipagari tembok keliling. Usai puluhan komunitas berkenalan dalam forum, mereka memanfaatkan area lesehan di teras belakang untuk mengobrol lebih dekat.
Seruan Anak Kepulauan (SAKU) adalah salah satu komunitas dari Kepulauan Selayar yang turut hadir dalam kegiatan yang akan berlansung dari tanggal 23 sampai 26 Juni 2022 ini. Komunitasnya mulai bergeliat di daerah yang memiliki 130 buah pulau ini sejak 2017. Pada sebuah obrolan yang singkat, salah satu anggotanya, mengatakan bahwa komunitasnya sudah sejak awal dihelatnya MIWF, dirinya selalu hadir.
Tahun ini MIWF dilaksanakan di galeri Rumata’Artspace yang berlokasi di Jalan Bontonompo, Tamalate, Makassar. MIWF sendiri pertama kali digelar di tahun 2011 silam dan selalu hadir dengan tematik berbeda setiap edisi perhelatan saban tahun. Tahun ini megambil tema Awakening yang mendorong kebangkitan minat kita terhadap kehidupan setelah pandemi menjadi horor bagi manusia empat tahun terakhir ini.
“Meski singkat, senang bisa terlibat di MIWF tahun ini, semoga gelaran selanjutnya sesi komunitas tetap ada,” tukas Afdhal AB di hadapan teman-teman di Pangkep menyampaikan peristiwa yang dialami di MIWF.
Beberapa meter dari halaman swalayan itu segugus anak sekolahan meramaikan sebuah gerbang kompleks di Jalan Bontonompo yang dipalang. Mereka merumpi sembari mencerup kopi. Suatu pagi yang aktif di kota Makassar.
Lima atau enam rumah di sisi kanan dan kiri gebang itu, sebanjar umbul-umbul terpasang hingga ke halaman depan Rumata’Artspace, lokasi digelarnya Makassar International Writers Festival (MIWF) tahun 2022.
Dalam sesi forum bertajuk Pojok Komunitas Literasi, Rumah Saraung turut hadir memenuhi ajakan panitia dan diberikan loka untuk mengenalkan komunitas yang terbentuk di Pangkep pada 2016.
Saenal dan Afdhal AB mewakili Rumah Saraung, keduanya datang ke acara ini sebagai bentuk pengenalan serta pengobat rasa mengalami peristiwa di MIWF.
*
Setelah semua lampu dalam galeri Rumata’Artspace dipadamkan dan anggota komunitas menghentikan obrolan singkat satu sama lain. Satu sorotan cahaya muncul. Suasana seketika perlahan senyap, dari pantulan cahaya menancap ke layar memperlihatkan sebuah truk melintas dari dalam lorong rel kereta api, menyusul kemudian denting gambus membahana di ruang galeri. Peristiwa itulah yang menandai pemutaran dokumenter produksi Rumah Saraung ditayangakan siang kemarin, Kamis, (23/6).
Hikayat Pengobatan Bedak Basah-Warisan yang Diturunkan Melalui Mimpi, dokumenter yang menampilkan perempuan sepuh bernama Hj Badaria sebagai sanro pengobat menggunakan media pengobatan berupa bedak basah dan Hukmawati, anaknya, sebagai generasi pelanjut.
Dokumenter ini sendiri merupakan hasil penggarapan kedua setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dan pertama kali diputar di gelaran Makassar Biennale di Pangkep pada September 2021 lalu. Rumah Saraung menghampiri literasi melalui dokumenter sejak empat tahun belakangan terlibat dalam kegiatan kolaborasi lintas komunitas di program Menghambur Menyigi Sekapur Sirih, Pra Event Makassar Biennale 2021.
Setelah sesi pengenalan komunitas ini, tampak Mohammad Rivai Riza yang akrab disapa Riri Riza, penulis sekaligus sutradara film Ada Apa dengan Cinta 2. “Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa ke Makassar lagi,” sambutnya dalam sesi konfrensi pers.
“Kita sangat bergembira dan bersukur dapat menggelar festival ini setelah dua tahun hanya digelar secara daring,” kata Lily Yulianti Farid menjelaskan buntut atas pandemi. “Tidak semua orang bisa waras dan bertahan di tengah pandemi,” urainya.
*
Di bagian belakang galeri, terdapat tempat luas di bawah rimbun pohon yang dipagari tembok keliling. Usai puluhan komunitas berkenalan dalam forum, mereka memanfaatkan area lesehan di teras belakang untuk mengobrol lebih dekat.
Seruan Anak Kepulauan (SAKU) adalah salah satu komunitas dari Kepulauan Selayar yang turut hadir dalam kegiatan yang akan berlansung dari tanggal 23 sampai 26 Juni 2022 ini. Komunitasnya mulai bergeliat di daerah yang memiliki 130 buah pulau ini sejak 2017. Pada sebuah obrolan yang singkat, salah satu anggotanya, mengatakan bahwa komunitasnya sudah sejak awal dihelatnya MIWF, dirinya selalu hadir.
Tahun ini MIWF dilaksanakan di galeri Rumata’Artspace yang berlokasi di Jalan Bontonompo, Tamalate, Makassar. MIWF sendiri pertama kali digelar di tahun 2011 silam dan selalu hadir dengan tematik berbeda setiap edisi perhelatan saban tahun. Tahun ini megambil tema Awakening yang mendorong kebangkitan minat kita terhadap kehidupan setelah pandemi menjadi horor bagi manusia empat tahun terakhir ini.
“Meski singkat, senang bisa terlibat di MIWF tahun ini, semoga gelaran selanjutnya sesi komunitas tetap ada,” tukas Afdhal AB di hadapan teman-teman di Pangkep menyampaikan peristiwa yang dialami di MIWF.