DORONG DESA INKLUSI DI KABUPATEN LUWU UTARA, PERKUMPULAN WALLACEA GELAR PELATIHAN
Diskusi Komunitas

Masamba – Perkumpulan Wallacea gelar pelatihan pembangunan desa inklusi pada hari, Kamis 10 Maret 2022. Desa inklusi yang merupakan salah satu model desa ideal yang saat ini diusung oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (KEMENDESPDTT) penting untuk digaungkan dan diimplementasikan disetiap desa yang ada di Indonesia termasuk kabupaten Luwu Utara.
Pentingnya desa inklusi tersebut maka perkumpulan wallacea menyelenggarakan diskursus atau pelatihan pembangunan desa inklusi agar semua pihak memiliki persepsi dan kapasitas yang sama untuk mengawal implementasi desa inklusi.
Peserta yang terlibat dalam pelatihan ini yaitu, Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara antara lain BAPPELITBANGDA, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL), dari Pemerintah Desa di 3 piloting yang hadir kepala desa Pincara, Kepala Desa Ketulungan, dari Forum Peduli Kelompok Rentan (FPKR) yakni Desa Pincara dan Desa Ketulungan, juga perwakilan dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dan Simpul Belajar Lamaranginang.
Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris BAPPELITBANGDA Kab. Luwu Utara. Tujuan dari pelatihan ini dilakukan guna untuk meningkatkan kapasitas stakeholder tentang desa inklusi serta menyebar luaskan tentang konsep hak-hak 7 kelompok rentan yang termaktub dalam desa inklusi, antara lain kelompok miskin, Disabilitas, Anak, Perempuan, Lansia, Penghayat atau aliran kepercayaan dan Masyarakat Adat.
Selain dari PERDIK Sulsel berbagi inklusi untuk disabilitas, kegiatan ini juga menghadirkan Fasilitator dari Save The Children (STC) yang diwakili oleh Bapak Saldy. Beliau menjelaskan tentang pentingnya inklusi social terkait hak-hak anak yang selama ini diabaikan, ia menyatakan bahwa untuk mewujudkan desa inklusi maka penting bagi semua pihak untuk berfikir inklusi sejak dari diri sendiri.
“Mnurut saya, paparan teman-teman PerDik cukup kuat menularkan presepektif berbeda peserta terkait pandangan dan perlakuan terhadap difabel secara khusus dan inklusi pada umumnya. Sementara teman-teman dari desa mereflesikan perlu hal2 yg practical (apa yg seharusnya mereka lakukan) di tingkat desa” ujar pak saldy.
Dalam kegiatan yang sama, hadir juga Bapak Sainal Abidin yang mewakili Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) Sulsel yang berbicara terkait inklusi Masyarakat Adat. Beliau menjelaskan pentingnya melibatkan masyarakat adat dalam perencanaan di desa sebab negara menjamin hak masyarakat adat dan saat ini pula sedang mendorong upaya rekognisi atau pengembalian hak-hak masyarakat adat, termasuk didalamnya terkait wilayah adat dan budaya.
Perlu diketahui kegiatan ini juga bagian dari program USAID MADANI yang bekerjasama dengan Perkumpulan Wallacea.
Pentingnya desa inklusi tersebut maka perkumpulan wallacea menyelenggarakan diskursus atau pelatihan pembangunan desa inklusi agar semua pihak memiliki persepsi dan kapasitas yang sama untuk mengawal implementasi desa inklusi.
Peserta yang terlibat dalam pelatihan ini yaitu, Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara antara lain BAPPELITBANGDA, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL), dari Pemerintah Desa di 3 piloting yang hadir kepala desa Pincara, Kepala Desa Ketulungan, dari Forum Peduli Kelompok Rentan (FPKR) yakni Desa Pincara dan Desa Ketulungan, juga perwakilan dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dan Simpul Belajar Lamaranginang.
Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris BAPPELITBANGDA Kab. Luwu Utara. Tujuan dari pelatihan ini dilakukan guna untuk meningkatkan kapasitas stakeholder tentang desa inklusi serta menyebar luaskan tentang konsep hak-hak 7 kelompok rentan yang termaktub dalam desa inklusi, antara lain kelompok miskin, Disabilitas, Anak, Perempuan, Lansia, Penghayat atau aliran kepercayaan dan Masyarakat Adat.
Selain dari PERDIK Sulsel berbagi inklusi untuk disabilitas, kegiatan ini juga menghadirkan Fasilitator dari Save The Children (STC) yang diwakili oleh Bapak Saldy. Beliau menjelaskan tentang pentingnya inklusi social terkait hak-hak anak yang selama ini diabaikan, ia menyatakan bahwa untuk mewujudkan desa inklusi maka penting bagi semua pihak untuk berfikir inklusi sejak dari diri sendiri.
“Mnurut saya, paparan teman-teman PerDik cukup kuat menularkan presepektif berbeda peserta terkait pandangan dan perlakuan terhadap difabel secara khusus dan inklusi pada umumnya. Sementara teman-teman dari desa mereflesikan perlu hal2 yg practical (apa yg seharusnya mereka lakukan) di tingkat desa” ujar pak saldy.
Dalam kegiatan yang sama, hadir juga Bapak Sainal Abidin yang mewakili Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) Sulsel yang berbicara terkait inklusi Masyarakat Adat. Beliau menjelaskan pentingnya melibatkan masyarakat adat dalam perencanaan di desa sebab negara menjamin hak masyarakat adat dan saat ini pula sedang mendorong upaya rekognisi atau pengembalian hak-hak masyarakat adat, termasuk didalamnya terkait wilayah adat dan budaya.
Perlu diketahui kegiatan ini juga bagian dari program USAID MADANI yang bekerjasama dengan Perkumpulan Wallacea.