Budaya Nusantara: Upacara Tradisi Babad Dalan
Citizen News
Upacara adat Babad Dalan adalah salah satu upacara adat yang berlangsung turun temurun di Desa Sdo dan Giring, Kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. Upacara adat ini merupakan perwujudan ungkapan rasa syukur warga masyarakat Desa Sodo dan Giring kepada Tuhan setelah panen padi, permohonan keselamatan dan kesejahteraan serta dihindarkan dari semua bencana. Secara khusus, upacara adat ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur Ki Ageng Giring yang telah berjasa kepada masyarakat, baik terkait dengan syiar agama Islam maupun di bidang pertanian. tokoh sejarah Ki Ageng Giring, salah satu tokoh yang terkait dengan berdirinya dinasti Mataram (1578). Berdasarkan babad tanah Jawi, beliau adalah keturunan Raja Brawijaya IV, yang bersama dengan Ki Ageng pemanahan, keturunan Raja Brawijaya V, menjadi murid Sunan Kalijaga.
Dikenalnya nama upacara adat Babad Dalan yaitu, “babad” yang berarti upaya membersihkan semak belukar / tanaman perintang, dan “dalan” berarti jalan, Babad diartikan cerita dan Dalan berarti jalan menuju kebenaran sejati. Babad Dalan dari arti filosofi adalah cerita orang-orang yang akan berguru (mencari ilmu) kebenaran. Degan, giring, dan sada satu rangkaian dengan witing klapa (batang pohon kelapa). Orang Jawa menyebut witing klapa untuk maksud salugune urip neng ngalam donya. Maksudnya, batang pohon kelapa bernama glugu, dan dimaknai dengan mempersajakan, glugu-salugu yang berari: jujur apa adanya. Hiduplah apa adanya. Lugas-sederhana.
Rangkaian upacara adat babad Dalan dimulai setelah musim panen padi, yaitu pada hari Kamis wage, dengan puncak acara di hari Jumat kliwon, dan diakhiri pada hari Senin Pon. Pada hari Kamis Wage dilaksanakan malam tirakatan berupa pengajian bersama di masjid dekat makam Ki Ageng Giring atau di balai Desa. Menjelang acara puncak dilaksanakan bersih desa berupa kerja bakti bersama secara gotong royong, termasuk membersihkan makam Ki Ageng Giring untuk pelaksanaan kenduri (kepungan) yang merupakan puncak sakral upacara pada malam jumat kliwon di Makam Ki Ageng Giring.
Sumber: Wairsan Budaya Tak Benda Yogyakarta (wbtbdiy.com)
Dikenalnya nama upacara adat Babad Dalan yaitu, “babad” yang berarti upaya membersihkan semak belukar / tanaman perintang, dan “dalan” berarti jalan, Babad diartikan cerita dan Dalan berarti jalan menuju kebenaran sejati. Babad Dalan dari arti filosofi adalah cerita orang-orang yang akan berguru (mencari ilmu) kebenaran. Degan, giring, dan sada satu rangkaian dengan witing klapa (batang pohon kelapa). Orang Jawa menyebut witing klapa untuk maksud salugune urip neng ngalam donya. Maksudnya, batang pohon kelapa bernama glugu, dan dimaknai dengan mempersajakan, glugu-salugu yang berari: jujur apa adanya. Hiduplah apa adanya. Lugas-sederhana.
Rangkaian upacara adat babad Dalan dimulai setelah musim panen padi, yaitu pada hari Kamis wage, dengan puncak acara di hari Jumat kliwon, dan diakhiri pada hari Senin Pon. Pada hari Kamis Wage dilaksanakan malam tirakatan berupa pengajian bersama di masjid dekat makam Ki Ageng Giring atau di balai Desa. Menjelang acara puncak dilaksanakan bersih desa berupa kerja bakti bersama secara gotong royong, termasuk membersihkan makam Ki Ageng Giring untuk pelaksanaan kenduri (kepungan) yang merupakan puncak sakral upacara pada malam jumat kliwon di Makam Ki Ageng Giring.
Sumber: Wairsan Budaya Tak Benda Yogyakarta (wbtbdiy.com)