Masuk Daftar

Upaya Membangun Energi Terbarukan dari Tahi Sapi

Diskusi Komunitas
Sekitar pukul dua siang, tim kerja program Empowering Farmers for Generation Organic Waste Productively in Pangkep atau disingkat RESOPA kembali berkunjung ke Kampung Belae, Kelurahan Biraeng, Minasatene dan Kampung Sampakang, Desa Kanaungan, Labakkang pada Jumat, (13/5).

“Pasca dilakukan sosialisasi pada April lalu, kini dilakukan pengukuran lahan untuk pembangunan reaktor biogas,” terang Sjamsuddin Moedji, Program Manager RESOPA.

Setelah proses pengukuran lahan di Belae kelar, tim langsung bergegas ke Kampung Sampakang untuk melakukan hal yang sama. Hal ini, oleh Sjamsuddin dikatakann di luar jadwal awal karena agenda pengkuran di Sampakang akan dilakukan pada Sabtu, (14/5).

“Melihat situasinya, kami langsung menyelesaikan saja karena waktu dan kesiapan tim kerja mendukung,” ucapnya.

Di Kampung Belae akan dibangun tiga reaktor untuk user Haeruddin, Muh Asri, dan Hamzah. Sedangkan di Kampung Sampakang dua user yakni Muzakkir dan Tajuddin. Rosmiaty Lantara, Konsultan Biogas menerangkan jika pemilihan user ini didasarkan empat persyaratan, yaitu: memiliki ternak dan dikandangkan semi permanen, memiliki lahan untuk membangun reaktor, mampu mengisi reaktor dengan tahi sapi, dan berkomitmen merawat dan memelihara serta memanfaatkan bioslurry.

“Reaktor biogas yang akan dibangun memiliki volume 4 kubik dengan kedalaman lubang 1,6 m dan diameter 2,5 m. Jadi, dengan ukuran demikian bisa disuplai dua hingga tiga ekor sapi untuk bahan tahinya,” terang Rosmiaty.

Pembangunan reaktor sudah mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Dipaparkan lebih lanjut jika nama biogas nantinya adalah Biru (Biogas Rumahan). Modelnya fixed dome bentuk rumah. Fixed dome ini berbentuk kubah yang terbuat dari batu bata dan beton dan tertanam di bawah tanah.

“Hal tersebut memang didesain untuk ditanam dipermukaan tanah agar terhindar dari kemungkinan kerusakan fisik dan menghemat ruang,” lanjutnya.

Bangunan utama dari instalasi Biogas berupa digester yang berfungsi untuk menampung gas metan. Lokasi yang akan dibangun dekat dengan kandang sapi sehingga tahi sapi langsung tersalurkan ke digester. Selain itu, juga harus dibangun penampung lumpur di mana lumpur tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Proses pembangunan lima reaktor biogas di dua kampung lokus, masih keterangan Rosmiaty, ditargetkan memakan waktu sekitar satu bulan. Dalam proses pengukuran, Sjamsuddin Moedji menyampaikan optimis user dalam mendukung progam RESOPA ini.

“Muzakkir, user di Kampung Sampakang langsung melakukan penggalian lubang setelah dilakukan pengukuran. User yang lain juga sudah melakukan pembersihan area lahan yang akan akan dibangun reaktor,” bebernya.

Pembangunan reaktor biogas hanyalah permulaan dalam proses mendorong keberdayaan petani dalam memanfaatkan tahi sapi sebagai sumber energi terbarukan. Iksan Mahfud menambahkan jika proses selanjutnya akan dilakukan juga Sekolah Lapang bagi kelompok tani di dua lokus dalam memanfaatkan bioslurry sebagai pupuk organik.

“Sekolah Lapang akan dilaksanakan setelah reaktor biogas sudah terbangun dan menghasilkan bioslurry,” ucapnya.

Tagar Populer

Berita Warga Terkait

Berita Warga Terpopuler

Berita Warga Terbaru

Jelajahi Informasi Lebih Dalam

Berita Warga

Kabar berita terkini dari warga

Loker

Informasi lapangan pekerjaan

Acara

Undangan acara untuk warga

Laporan Warga

Masalah yang terjadi di lingkungan

Komunitas

Ruang komunitas AtmaGo

Lihat kabar pilihan, khusus dirangkum untukmu!

Masuk Daftar