TRAINING ANTI HOAX/MISINFORMATION/DISINFORMATION
Citizen News

#TrainingAntiHoax3
Internet telah membuat informasi berkembang lebih cepat dan dengan jangkauan lebih luas. Tidak perlu waktu yang lama untuk mempublish berita sampai ke ruang baca netizen.
Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena dari 272,1 juta penduduk Indonesia, 175,4 juta adalah pengguna internet dan 160 juta orang merupakan pengguna media sosial. Indonesia merupakan salah satu negara pengguna internet dan media sosial terbesar.
Meningkatnya perkembangan pengguna internet dan kemudahan berselancar di dunia maya memiliki dampak positif antara lain semakin cepat diterimanya berita oleh masyarakat namun di sisi lain juga membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatnya berita palsu/hoax. Penggunaan internet memiliki dua sisi yang berseberangan, jadi tergantung usernya apakah lebih dominan pada sisi kemanfaatan atau sebaliknya terutama yang berkaitan dengan penyebaran informasi palsu/hoax.
Menyebarnya hoax di dunia maya ini sebenarnya bukan merupakan masalah yang hanya terjadi di Indonesia. Di negara maju sekalipun mengalami masalah serius terkait penyebaran hoax di media sosial, terutama Facebook dan Twitter.
Media sosial seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal yang positif terutama untuk berinteraksi dengan sesama warga dan menyebarluaskan konten-konten produktif. Namun banyak juga yang memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang keliru. Tentunya hal ini dapat mengancam persatuan dan kedamaian yang sudah terbangun di masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, USAID Madani bersama AtmagoConnect pada tanggal 3 Juli 2021, menginisiasi training untuk mencegah peredaran berita hoax, yang diikuti oleh berbagai Lead Partner.
Peserta training sangat bersyukur dengan adanya pelatihan ini, paling tidak dengan materi yang disampaikan, peserta dapat belajar memilah-milah mana konten-konten hoax, melalui berbagai cara antara lain mewaspadai “judul provokatif”, “menelusuri situs yang menyebarkan berita”, “memeriksa fakta”, “mengecek keaslian video/foto” dan lain-lain.
Karena itu peserta dilatih bukan hanya membuat dan menyebarkan
konten, utamanya yang berkaitan dengan masalah publik, tapi kita harus memiliki kepekaan untuk “menyaring” dan men”sharing” berita. Seringkali begitu a menerima berita dari anggota grup di media sosial, tanpa menyaring langsung meneruskan/membaginya.Padahal berita atau informasi yang dibagikan belum tentu benar.
Kita berlomba dengan pembuat hoax, sehingga perlu ekstra hati-hati menyebarkan informasi terutama melalui media sosial. Untuk meminimalisir berita hoax yang bertebaran saat ini, perlu kiranya kita melakukan check and recheck kebenarannya melalui materi training yang telah diterima.
Internet telah membuat informasi berkembang lebih cepat dan dengan jangkauan lebih luas. Tidak perlu waktu yang lama untuk mempublish berita sampai ke ruang baca netizen.
Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena dari 272,1 juta penduduk Indonesia, 175,4 juta adalah pengguna internet dan 160 juta orang merupakan pengguna media sosial. Indonesia merupakan salah satu negara pengguna internet dan media sosial terbesar.
Meningkatnya perkembangan pengguna internet dan kemudahan berselancar di dunia maya memiliki dampak positif antara lain semakin cepat diterimanya berita oleh masyarakat namun di sisi lain juga membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatnya berita palsu/hoax. Penggunaan internet memiliki dua sisi yang berseberangan, jadi tergantung usernya apakah lebih dominan pada sisi kemanfaatan atau sebaliknya terutama yang berkaitan dengan penyebaran informasi palsu/hoax.
Menyebarnya hoax di dunia maya ini sebenarnya bukan merupakan masalah yang hanya terjadi di Indonesia. Di negara maju sekalipun mengalami masalah serius terkait penyebaran hoax di media sosial, terutama Facebook dan Twitter.
Media sosial seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal yang positif terutama untuk berinteraksi dengan sesama warga dan menyebarluaskan konten-konten produktif. Namun banyak juga yang memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang keliru. Tentunya hal ini dapat mengancam persatuan dan kedamaian yang sudah terbangun di masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, USAID Madani bersama AtmagoConnect pada tanggal 3 Juli 2021, menginisiasi training untuk mencegah peredaran berita hoax, yang diikuti oleh berbagai Lead Partner.
Peserta training sangat bersyukur dengan adanya pelatihan ini, paling tidak dengan materi yang disampaikan, peserta dapat belajar memilah-milah mana konten-konten hoax, melalui berbagai cara antara lain mewaspadai “judul provokatif”, “menelusuri situs yang menyebarkan berita”, “memeriksa fakta”, “mengecek keaslian video/foto” dan lain-lain.
Karena itu peserta dilatih bukan hanya membuat dan menyebarkan
konten, utamanya yang berkaitan dengan masalah publik, tapi kita harus memiliki kepekaan untuk “menyaring” dan men”sharing” berita. Seringkali begitu a menerima berita dari anggota grup di media sosial, tanpa menyaring langsung meneruskan/membaginya.Padahal berita atau informasi yang dibagikan belum tentu benar.
Kita berlomba dengan pembuat hoax, sehingga perlu ekstra hati-hati menyebarkan informasi terutama melalui media sosial. Untuk meminimalisir berita hoax yang bertebaran saat ini, perlu kiranya kita melakukan check and recheck kebenarannya melalui materi training yang telah diterima.