Tim GESI MADANI Bertandang ke Mitra Utama di Pangkep
Community Discussion

Pagi itu, Rabu, (24/8) sekira pukul sembilan pagi Yuni Chuzaifah, Konsultan GESI MADANI tiba di Kantor Lembaga Demokrasi Celebes. Dikatakan oleh Junardi Jufri, FC USAID MADANI Pangkep jika kedatangan langsung Tim GESI MADANI untuk berinteraksi langsung dengan Mitra Utama terkai penerpan isu GESI.
Dalam perbincangan yang berlangsung interaktif ini, Yuni langsung saja melakukan proses umpan balik. Ia memulai pertanyaannya yang ingin mengetahui sejarah singkat Lembaga Demokrasi Celebes (Lekrac) hingga terlibat dalam program USAID MADANI.
Oleh Firdaus AR, Program Manager, ia menceritakan sejarah singkat Lekrac yang semula bernama Komite Komunitas Demokrasi Pangkep (KKDP) yang merupakan lembaga alumni Sekolah Demokrasi Pangkep.
“Karena kebutuhan administrasi untuk menjadi Mitra Utama, akhirnya kami lakukan perubahan nama di Akta Notaris,” tukanya.
Di awal program Lekrac belumlah menjadi Mitra Utama, adalah YASMIB Sulawesi yang mengemban tugas itu sebelum akhirnya berpindah ke Lekrac di tahun 2021 setelah melalui proses asesmen kapasitas yang dimentoring oleh YASMIB Sulawesi.
Yuni kemudian banyak memaparkan terkait GESI yang menurutnya menyangkut hak azasi manusia. Ia menyebutkan perlu ada keterlibatan, proses, dan respons. “GESI itu mencakup siapa pun yang dipinggirkan baik perempuan, lelaki, minoritas, dan mayoritas. Semua harus dirangkul dalam satu sistem yang setara,” pungkasnya.
Hal-hal seperti itu perlu diatur dalam dokumen lembaga agar menjadi pedoman dalam implementasi GESI. Ini bukan persoalan angka-angka keterlibatan kaum marjinal dalam penerima program, melainkan apakah program yang dijalankan lembaga betul-betul telah mengakomodasi kepentingan mereka.
Sesi asesmen GESI ini selain berinteraksi dengan Mitra Utama, juga dilakukan pada anggota Learning Forum (LF). Haniah, A Bangsawan, dan Sahariah tiga anggota LF MABACA bergantian memberikan keterangan kepada Yuni.
“Kita di LF terdiri tujuh OMS dengan fokus isu berbeda. Tetapi, perbedaan ini bisa menjadi modal kekuatan jika kita mampu mengelolanya dengan baik,” tukas Haniah, PresidiumMABACA.
Setelah cukup berbincang dengan Mitra Utama dan LF, Yuni lalu menyambangi Kantor Desa Kabba untuk berjumpa dengan anggota Pokja Kolaboratif Desa Sehat (PKDS). Hadir Koordinator PKDS, Nismayani dan Nurbaya, anggota PKDS serta Nasrah, Bidan Pustu.
Yuni menggali banyak informasi mengenai program desa yang berpihak pada perempuan. “Saat ini ada program yang sedang dicanangkan berupa pertanian perempuan di mana anggarannya dari desa,” beber Nurbaya.
Nismayani memaparkan program kolaborasi yang telah dijalankan di desa seperti Puskesmas Keliling ke lokus desa terjauh untuk memberikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan gratis pada lansia dan ibu hamil.
“Kami senang dengan adanya bantuan program MADANI yang membantu menyatukan semua pihak untuk bekerjasama,” ucapnya.
Dalam perbincangan yang berlangsung interaktif ini, Yuni langsung saja melakukan proses umpan balik. Ia memulai pertanyaannya yang ingin mengetahui sejarah singkat Lembaga Demokrasi Celebes (Lekrac) hingga terlibat dalam program USAID MADANI.
Oleh Firdaus AR, Program Manager, ia menceritakan sejarah singkat Lekrac yang semula bernama Komite Komunitas Demokrasi Pangkep (KKDP) yang merupakan lembaga alumni Sekolah Demokrasi Pangkep.
“Karena kebutuhan administrasi untuk menjadi Mitra Utama, akhirnya kami lakukan perubahan nama di Akta Notaris,” tukanya.
Di awal program Lekrac belumlah menjadi Mitra Utama, adalah YASMIB Sulawesi yang mengemban tugas itu sebelum akhirnya berpindah ke Lekrac di tahun 2021 setelah melalui proses asesmen kapasitas yang dimentoring oleh YASMIB Sulawesi.
Yuni kemudian banyak memaparkan terkait GESI yang menurutnya menyangkut hak azasi manusia. Ia menyebutkan perlu ada keterlibatan, proses, dan respons. “GESI itu mencakup siapa pun yang dipinggirkan baik perempuan, lelaki, minoritas, dan mayoritas. Semua harus dirangkul dalam satu sistem yang setara,” pungkasnya.
Hal-hal seperti itu perlu diatur dalam dokumen lembaga agar menjadi pedoman dalam implementasi GESI. Ini bukan persoalan angka-angka keterlibatan kaum marjinal dalam penerima program, melainkan apakah program yang dijalankan lembaga betul-betul telah mengakomodasi kepentingan mereka.
Sesi asesmen GESI ini selain berinteraksi dengan Mitra Utama, juga dilakukan pada anggota Learning Forum (LF). Haniah, A Bangsawan, dan Sahariah tiga anggota LF MABACA bergantian memberikan keterangan kepada Yuni.
“Kita di LF terdiri tujuh OMS dengan fokus isu berbeda. Tetapi, perbedaan ini bisa menjadi modal kekuatan jika kita mampu mengelolanya dengan baik,” tukas Haniah, PresidiumMABACA.
Setelah cukup berbincang dengan Mitra Utama dan LF, Yuni lalu menyambangi Kantor Desa Kabba untuk berjumpa dengan anggota Pokja Kolaboratif Desa Sehat (PKDS). Hadir Koordinator PKDS, Nismayani dan Nurbaya, anggota PKDS serta Nasrah, Bidan Pustu.
Yuni menggali banyak informasi mengenai program desa yang berpihak pada perempuan. “Saat ini ada program yang sedang dicanangkan berupa pertanian perempuan di mana anggarannya dari desa,” beber Nurbaya.
Nismayani memaparkan program kolaborasi yang telah dijalankan di desa seperti Puskesmas Keliling ke lokus desa terjauh untuk memberikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan gratis pada lansia dan ibu hamil.
“Kami senang dengan adanya bantuan program MADANI yang membantu menyatukan semua pihak untuk bekerjasama,” ucapnya.