Sukitman Sang Pemberi Petunjuk Penemuan Korban G30S/PKI Di Lubang Buaya
Citizen News

𝗦𝘂𝗸𝗶𝘁𝗺𝗮𝗻 𝗦𝗮𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶 𝗣𝗲𝘁𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸 𝗣𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗚𝟯𝟬𝗦/𝗣𝗞𝗜 𝗗𝗶 𝗟𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗕𝘂𝗮𝘆𝗮
🇮🇩 #orangindonesia
𝗦𝘂𝗸𝗶𝘁𝗺𝗮𝗻 merupakan seorang polisi yang menjadi saksi mata kebrutalan peristiwa G30S/PKI. Ia bahkan hampir menjadi salah satu korban yang hendak ditenggelamkan di lubang buaya. Namun ia dapat selamat dan bertugas hingga akhir masa jabatan di Kepolisian Republik Indonesia.
Kisah Sukitman menjadi saksi pembantaian jenderal di lubang buaya Sukitman merupakan pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 30 Maret 1943. Usai lulus dari Sekolah Rakjat, ia bertekad mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi.
Usai melakukan pendaftaran yang cukup berliku, ia akhirnya dilantik sebagai Agen Polisi tingkat II pada 1 Januari 1963. Hari-hari ia lalui dengan berbagai tugas sesuai dengan jabatannya.
Suryani Sebelum Peristiwa G30S PKI Lalu pada 1 Oktober 1965 tengah malam, Sukitman mendengar suara tembakan dari Markas Besar Angkatan Kepolisian (Mabak) yang sekarang menjadi Mabes Polri.
Ia yang saat itu tengah berjaga malam usai berpatroli bergegas menuju lokasi sumber tembakan. Namun di tengah perjalanan, ia dihadang oleh sekelompok pasukan bersenjata. Ia pun diminta untuk melemparkan senjata dan mengangkat tangannya.
Pasukan bersenjata pun bergegas menutup mata Sukitman dan mengikat kedua tangannya. Ia lalu dibawa ke lubang buaya menggunakan sebuah mobil bersama dengan jenazah Brigjen D.I Panjaitan.
Sesampainya di lubang buaya, Sukitman mendengar salah seorang dari pasukan bersenjata telah menewaskan Jenderal Ahmad Yani. ia juga mendengar penyiksaan yang diterima para korban penculikan hingga akhirnya dimasukkan ke dalam sumur sambil diberondong peluru senjata api.
Pada waktu itu, ia sudah berpasrah jika dirinya menjadi target pembunuhan selanjutnya. Akan tetapi, salah seorang dari pasukan bersenjata mencegahnya karena ia dianggap tidak ‘berbahaya’ dan akhirnya dibebaskan.
Sepulangnya dari penculikan, Sukitman menjalani proses interogasi oleh kepolisian. Ia juga memandu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk menemukan lokasi sumur pembantaian para jenderal saat Gerakan 30 September 1965 berlangsung.
Usai peristiwa tersebut, ia masih bertugas sebagai seorang polisi hingga pensiun pada 1998 dengan pangkat terakhirnya adalah Ajun Komisaris Polisi.
Sumber :
inews.id
@inewsdotid
🌐 http://inews.id
#sejarah #g30s #lubangbuaya
🇮🇩 #orangindonesia
𝗦𝘂𝗸𝗶𝘁𝗺𝗮𝗻 merupakan seorang polisi yang menjadi saksi mata kebrutalan peristiwa G30S/PKI. Ia bahkan hampir menjadi salah satu korban yang hendak ditenggelamkan di lubang buaya. Namun ia dapat selamat dan bertugas hingga akhir masa jabatan di Kepolisian Republik Indonesia.
Kisah Sukitman menjadi saksi pembantaian jenderal di lubang buaya Sukitman merupakan pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 30 Maret 1943. Usai lulus dari Sekolah Rakjat, ia bertekad mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi.
Usai melakukan pendaftaran yang cukup berliku, ia akhirnya dilantik sebagai Agen Polisi tingkat II pada 1 Januari 1963. Hari-hari ia lalui dengan berbagai tugas sesuai dengan jabatannya.
Suryani Sebelum Peristiwa G30S PKI Lalu pada 1 Oktober 1965 tengah malam, Sukitman mendengar suara tembakan dari Markas Besar Angkatan Kepolisian (Mabak) yang sekarang menjadi Mabes Polri.
Ia yang saat itu tengah berjaga malam usai berpatroli bergegas menuju lokasi sumber tembakan. Namun di tengah perjalanan, ia dihadang oleh sekelompok pasukan bersenjata. Ia pun diminta untuk melemparkan senjata dan mengangkat tangannya.
Pasukan bersenjata pun bergegas menutup mata Sukitman dan mengikat kedua tangannya. Ia lalu dibawa ke lubang buaya menggunakan sebuah mobil bersama dengan jenazah Brigjen D.I Panjaitan.
Sesampainya di lubang buaya, Sukitman mendengar salah seorang dari pasukan bersenjata telah menewaskan Jenderal Ahmad Yani. ia juga mendengar penyiksaan yang diterima para korban penculikan hingga akhirnya dimasukkan ke dalam sumur sambil diberondong peluru senjata api.
Pada waktu itu, ia sudah berpasrah jika dirinya menjadi target pembunuhan selanjutnya. Akan tetapi, salah seorang dari pasukan bersenjata mencegahnya karena ia dianggap tidak ‘berbahaya’ dan akhirnya dibebaskan.
Sepulangnya dari penculikan, Sukitman menjalani proses interogasi oleh kepolisian. Ia juga memandu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk menemukan lokasi sumur pembantaian para jenderal saat Gerakan 30 September 1965 berlangsung.
Usai peristiwa tersebut, ia masih bertugas sebagai seorang polisi hingga pensiun pada 1998 dengan pangkat terakhirnya adalah Ajun Komisaris Polisi.
Sumber :
inews.id
@inewsdotid
🌐 http://inews.id
#sejarah #g30s #lubangbuaya