Pekka dan Difabel Solo bertemu DPRD Jateng
Community Discussion 
Lead Partner Program Madani di Kota Solo adalah Kompip. Tetapi ibarat bus besar, kegiatan di Solo drivernya tidak selalu mengandalkan Kompip dengan input dari Madani USAID secara langsung. CSO-CSO yang tergabung dalam Kombes bisa bergantian ikut memberikan menjadi dinamisator dan penguatan.
Jumat 28 Oktober 2022 kelompok Pekka dan Difabel mendapat undangan untuk diskusi bersama DPRD provinsi Jateng dengan tema "Problematika Masyarakat Marginal". FGD ini kerjasama antara DPRD provinsi Jateng dengan lembaga PPAP Seroja salah satu anggota learning forum Solo (Kombes).
Kegiatan diskusi menghadirkan narasumber ketua lembaga PPAP Seroja Ibu Retno Heny Pujiati, S.Sos dan wakil ketua DPRD Jateng Bpk. H. Quatly Alkatiri. Selain dari kelompok Pekka dan Difabel hadir juga dari kelompok marginal lainnya (PKL, pengamen jalanan, PSK dll).
Di sessi diskusi banyak pertanyaan dan uneg-uneg yang di sampaikan oleh peserta diantaranya apa yang disampaikan oleh Ibu Pamikatsih (lembaga interaksi) beliau menyampaikan bahwa kelompok difabel itu tidak mempunyai masalah, yang bermasalah adalah anda yang normal. Bahwa aksesibilitas bukan hanya milik difabel tapi milik semua orang. Kelompok difabel ingin dipahami dengan haknya.
Begitu juga apa yang disampaikan oleh Bpk. Tugino, beliau adalah salah satu anggota kelompok difabel dari kelurahan Pajang yang mempunyai ketrampilan jahit. "Saya mempunyai keterbatasan, tapi saya mempunyai kemampuan. Saya ingin setara dengan orang -orang normal. Tidak butuh belas kasih, hanya butuh perhatian dari pemerintah dan DPRD" ujar beliau.
Selain dari difabel, kelompok PKL juga menyampaikan tentang kebijakan Kota dengan adanya zero PKL. Kelompok pengamen jalanan juga menyanyangkan sikap Satpol PP dalam melakukan pendataan masih belum ramah.
Apa yang telah di sampaikan oleh kelompok marginal dalam diskusi tersebut akan ditindak lanjuti oleh wakil ketua DPRD Jateng. Menurut Bapak Quatly kalau ada kebijakan zero PKL, Pemda harus memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat. Ketua lembaga Seroja juga menyampaikan bahwa Solo masih punya PR besar, angka kemiskinan Solo naik. Perjuangan kita belum selesai.
Jumat 28 Oktober 2022 kelompok Pekka dan Difabel mendapat undangan untuk diskusi bersama DPRD provinsi Jateng dengan tema "Problematika Masyarakat Marginal". FGD ini kerjasama antara DPRD provinsi Jateng dengan lembaga PPAP Seroja salah satu anggota learning forum Solo (Kombes).
Kegiatan diskusi menghadirkan narasumber ketua lembaga PPAP Seroja Ibu Retno Heny Pujiati, S.Sos dan wakil ketua DPRD Jateng Bpk. H. Quatly Alkatiri. Selain dari kelompok Pekka dan Difabel hadir juga dari kelompok marginal lainnya (PKL, pengamen jalanan, PSK dll).
Di sessi diskusi banyak pertanyaan dan uneg-uneg yang di sampaikan oleh peserta diantaranya apa yang disampaikan oleh Ibu Pamikatsih (lembaga interaksi) beliau menyampaikan bahwa kelompok difabel itu tidak mempunyai masalah, yang bermasalah adalah anda yang normal. Bahwa aksesibilitas bukan hanya milik difabel tapi milik semua orang. Kelompok difabel ingin dipahami dengan haknya.
Begitu juga apa yang disampaikan oleh Bpk. Tugino, beliau adalah salah satu anggota kelompok difabel dari kelurahan Pajang yang mempunyai ketrampilan jahit. "Saya mempunyai keterbatasan, tapi saya mempunyai kemampuan. Saya ingin setara dengan orang -orang normal. Tidak butuh belas kasih, hanya butuh perhatian dari pemerintah dan DPRD" ujar beliau.
Selain dari difabel, kelompok PKL juga menyampaikan tentang kebijakan Kota dengan adanya zero PKL. Kelompok pengamen jalanan juga menyanyangkan sikap Satpol PP dalam melakukan pendataan masih belum ramah.
Apa yang telah di sampaikan oleh kelompok marginal dalam diskusi tersebut akan ditindak lanjuti oleh wakil ketua DPRD Jateng. Menurut Bapak Quatly kalau ada kebijakan zero PKL, Pemda harus memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat. Ketua lembaga Seroja juga menyampaikan bahwa Solo masih punya PR besar, angka kemiskinan Solo naik. Perjuangan kita belum selesai.
