Peduli Lingkungan, Endang Widayati Petani Perempuan Ponorogo Peraih Penghargaan OASE KIM dan WEA
Citizen News 
Menjaga lingkungan tetap asri menjadi kunci utama kehidupan yang baik. Prinsip itu diyakini Endang Widayati,47 warga Ponorogo dalam kiprahnya menjaga bumi agar tetap lestari dengan melakukan belbagai kegiatan konservasi.
Kepedulian Endang terhadap lingkungan itu, bermula dari kejadian yang dialami para petani Ponorogo 10 tahun lalu. Tepatnya, pada tahun 2010 silam. Saat itu, para petani di wilayahnya Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengeluhkan tingginya serangan hama wereng pada tanaman padi yang membuat puluhan petani gagal panen.
Tidak hanya di Ponorogo, bencana pertanian serupa juga terjadi ditingkat nasional.
Setelah mendengar banyak keluhan petani, Endang yang merupakan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Harapan itu merasa terpanggil. Tepatnya pada 2012, atau satu dekade lalu.
Perempuan kelahiran tahun 1975 itu, kemudian berfikir keras bagimana caranya agar tanaman padi dari puluhan hektar sawah di daerah tempat tinggalnya bahkan juga se di Indonesia itu tidak terserang hama wereng.
Melalui diskusi dengan para ahli hama, dan juga pendamping lapangan dari dinas terkai, Endang menemukan cara alami untuk mengusir hama. Yakni dengan menanam aneka tanaman bunga pengendali hama, yang dinamakan refugia.
Pemilihan refugia, menjadi rumahnya predator pemakan hama. Sehingga menjadikan fungsi refugia sebagai penyeimbang ekosistem sawah. Akhirnya, hama dan jumlah predator seimbang, ekosistem sawah akan stabil.
Sebagai percontohan, ibu satu anak itu menerapkan cara tersebut disekitar milik keluarganya. Tidak bisa berdampak langsung, hasil dari tanam refugia itu baru terlihat beberapa kali panen.
Awalnya, program itu tidak mendapat respon baik dari petani di sekitarnya. Namun dengan ketelatenan dan bukti nyata, para petani kemudian beralih mengikuti cara yang ditempuh Endang tersebut. Karena hal itu, 2018 Ponorogo keluar dari kawasan status endemik wereng.
Hal itu yang membuat perempuan asal Dukuh Malang, Desa Lembah, Kecamatan Babadan itu merasa harus berbuat lebih lagi, bagi para petani. Salah satunya, dengan mengajak para petani untuk membuat lubang resapan air atau biopori. Karena saat kemarau para petani di wilayahnya mengalami kesulitan air. Bahkan, hingga terjadi krisis air di 32 desa di Ponorogo kala itu.
Mengacu pada kondisi itu pula, Endang terus meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan ikut aktif melakukan konservasi di dataran tinggi Kabupaten Ponorogo. Seperti di wilayah Pulung, Ngebel, Sawoo dan lainnya. Sudah ribuan pohon yang ditanam, di lahan kosong yang ada di kawasan hutan. Dari catatan Endang, sedikitnya ada lima hektar lahan, yang sudah dijangkau bersama komunitas peduli lingkungan kabupaten setempat.
Bahkan, agar tidak kerepotan dalam pengadaan bibit perempuan yang juga aktif dalam komunitas gender itu sengaja menyemai sendiri bibit-bibit pohon yang akan ditanam. Menariknya, biji-bijian yang akan disemai biasanya diperoleh dari memungut biji jatuh yang ada di sekitaran pohon induk. Seperti apukat, jambu, asam jawa, duwet, kemudian ada sengon, jati, indigovera, ketapang kencana, dan masih banyak lainnya.
Selain menanam, Endang melalui komunitasnya juga mengupayakan pembuatan kompos untuk aneka tanaman itu. Menggunakan bahan kotoran sapi, para anggota komunitas diberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Sehingga menjadi pupuk alami bagi tanaman tersebut.
Setiap tahunnya, Endang sedikitnya telah berhasil menyemai dan menamam lima ribu pohon berbagai jenis. Dia juga aktif melakukan pendampingan komunitas peduli lingkungan di Kabupaten Ponorogo.
Karena kepeduliannya itulah, Endang diganjar penghargaan dari Ibu Negara Iriana Jokowi melalui program Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM). Yakni dengan kategori Perempuan Berjasa dan Berprestasi Jawa Timur pada peringatan Hari Kartini April 2022 lalu. Selain itu, Endang juga sebagai salah satu perempuan penggerak akar rumput organisasi Women"s Earth Alliance pada 2021.(*)
#jurnalismewarga#ayomenulis#AtmaGo#advokasi
Kepedulian Endang terhadap lingkungan itu, bermula dari kejadian yang dialami para petani Ponorogo 10 tahun lalu. Tepatnya, pada tahun 2010 silam. Saat itu, para petani di wilayahnya Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengeluhkan tingginya serangan hama wereng pada tanaman padi yang membuat puluhan petani gagal panen.
Tidak hanya di Ponorogo, bencana pertanian serupa juga terjadi ditingkat nasional.
Setelah mendengar banyak keluhan petani, Endang yang merupakan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Harapan itu merasa terpanggil. Tepatnya pada 2012, atau satu dekade lalu.
Perempuan kelahiran tahun 1975 itu, kemudian berfikir keras bagimana caranya agar tanaman padi dari puluhan hektar sawah di daerah tempat tinggalnya bahkan juga se di Indonesia itu tidak terserang hama wereng.
Melalui diskusi dengan para ahli hama, dan juga pendamping lapangan dari dinas terkai, Endang menemukan cara alami untuk mengusir hama. Yakni dengan menanam aneka tanaman bunga pengendali hama, yang dinamakan refugia.
Pemilihan refugia, menjadi rumahnya predator pemakan hama. Sehingga menjadikan fungsi refugia sebagai penyeimbang ekosistem sawah. Akhirnya, hama dan jumlah predator seimbang, ekosistem sawah akan stabil.
Sebagai percontohan, ibu satu anak itu menerapkan cara tersebut disekitar milik keluarganya. Tidak bisa berdampak langsung, hasil dari tanam refugia itu baru terlihat beberapa kali panen.
Awalnya, program itu tidak mendapat respon baik dari petani di sekitarnya. Namun dengan ketelatenan dan bukti nyata, para petani kemudian beralih mengikuti cara yang ditempuh Endang tersebut. Karena hal itu, 2018 Ponorogo keluar dari kawasan status endemik wereng.
Hal itu yang membuat perempuan asal Dukuh Malang, Desa Lembah, Kecamatan Babadan itu merasa harus berbuat lebih lagi, bagi para petani. Salah satunya, dengan mengajak para petani untuk membuat lubang resapan air atau biopori. Karena saat kemarau para petani di wilayahnya mengalami kesulitan air. Bahkan, hingga terjadi krisis air di 32 desa di Ponorogo kala itu.
Mengacu pada kondisi itu pula, Endang terus meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan ikut aktif melakukan konservasi di dataran tinggi Kabupaten Ponorogo. Seperti di wilayah Pulung, Ngebel, Sawoo dan lainnya. Sudah ribuan pohon yang ditanam, di lahan kosong yang ada di kawasan hutan. Dari catatan Endang, sedikitnya ada lima hektar lahan, yang sudah dijangkau bersama komunitas peduli lingkungan kabupaten setempat.
Bahkan, agar tidak kerepotan dalam pengadaan bibit perempuan yang juga aktif dalam komunitas gender itu sengaja menyemai sendiri bibit-bibit pohon yang akan ditanam. Menariknya, biji-bijian yang akan disemai biasanya diperoleh dari memungut biji jatuh yang ada di sekitaran pohon induk. Seperti apukat, jambu, asam jawa, duwet, kemudian ada sengon, jati, indigovera, ketapang kencana, dan masih banyak lainnya.
Selain menanam, Endang melalui komunitasnya juga mengupayakan pembuatan kompos untuk aneka tanaman itu. Menggunakan bahan kotoran sapi, para anggota komunitas diberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Sehingga menjadi pupuk alami bagi tanaman tersebut.
Setiap tahunnya, Endang sedikitnya telah berhasil menyemai dan menamam lima ribu pohon berbagai jenis. Dia juga aktif melakukan pendampingan komunitas peduli lingkungan di Kabupaten Ponorogo.
Karena kepeduliannya itulah, Endang diganjar penghargaan dari Ibu Negara Iriana Jokowi melalui program Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM). Yakni dengan kategori Perempuan Berjasa dan Berprestasi Jawa Timur pada peringatan Hari Kartini April 2022 lalu. Selain itu, Endang juga sebagai salah satu perempuan penggerak akar rumput organisasi Women"s Earth Alliance pada 2021.(*)
#jurnalismewarga#ayomenulis#AtmaGo#advokasi