Merawat Hubungan Manusia, Gusdurian Tasikmalaya Gelar Forum Diskusi Bulanan Perdana
Berita Warga

Dalam rangka menjalin silaturahmi dan kolaborasi, komunitas Pecinta Gus Dur yang tergabung dalam Gusdurian Tasikmalaya mengadakan Forum Diskusi Bulanan Perdana, Kamis (4/8).
Kegiatan yang mengusung tema Merawat Hubungan Manusia tersebut bertempat di areal pusat kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Tasikmalaya dan menghadirkan dua narasumber yaitu Mubalig JAI, Muhammad Ali dan Pustawakan Keraton Kanoman, Farihin.
Koordinator Tasikmalaya, Gusdurian Tasikmalaya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan ajang sinergi berbagai komunitas, lintas kepercayaan, dan organisasi kepemudaan.
"Gusdurian Tasikmalaya berkomitmen untuk senantiasa menjalin sinergi dengan berbagai pihak tanpa membeda-bedakan. Ke depannya, Forum bulanan ini akan dikemas sebaik mungkin dan akan terus berlanjut," ujarnya.
Selanjutnya, Muhammad Ali dalam kesempatan tersebut menyampaikan perihal cara merawat keberagaman diantara manusia.
"Manusia diciptakan Tuhan sangat beragam, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Rasul Muhammad pun telah mencontohkan bagaimana seharusnya kita menyikapi keberagaman tersebut. Ada banyak kisah yang menceritakan terkait sikap rasul tersebut," Ujarnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan alasan kenapa ada keberagaman dan bagaimana cara merawatnya.
"Keberagaman ada sebagai media untuk saling mengenal. Oleh karena itu marilah kita rawat keberagaman tersebut dengan cara menjadikan Tuhan dan Jungjungan kita sebagai role modelnya dan mengcopi pastenya ke dalam diri kita," tutupnya.
Sementara itu, Farihin dalam kesempatan tersebut menyampaikan ihwal geneologi manusia yang sudah dicatat Tuhan sejak ajali.
"Pertemuan kita hari ini, dengan latar belakang yang berbeda-beda merupakan sebuah anugerah dan bukan kebetulan, tapi memang sudah ada sejak ajali ,” ujarnya.
Selain itu, Farihin juga menjelaskan sejarah perang bubat yang menjadi stereotip manusia hingga berabad-abad.
"Perang bubat yang terjadi tahun 1357 M sangat berpengaruh besar pada rasisme suku Jawa dan Sunda, namun kalau kita pandai membaca sejarah hingga tuntas, hal ini tidak akan terjadi pada manusia abad ini," pungkasnya.
Diskusi diawali dengan pembacaan Sya"ir Tanpo Wathon Gus Dur dan Mahallul Qiyam serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, para penggerak Gusdurian Tasikmalaya, perwakilan pengurus JAI Tasikmalaya, PC IPPNU Kab. Tasikmalaya, Simpul Rahima, Kuluwung, Himacitas, dan para mahasiswa. (AFR)
Kegiatan yang mengusung tema Merawat Hubungan Manusia tersebut bertempat di areal pusat kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Tasikmalaya dan menghadirkan dua narasumber yaitu Mubalig JAI, Muhammad Ali dan Pustawakan Keraton Kanoman, Farihin.
Koordinator Tasikmalaya, Gusdurian Tasikmalaya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan ajang sinergi berbagai komunitas, lintas kepercayaan, dan organisasi kepemudaan.
"Gusdurian Tasikmalaya berkomitmen untuk senantiasa menjalin sinergi dengan berbagai pihak tanpa membeda-bedakan. Ke depannya, Forum bulanan ini akan dikemas sebaik mungkin dan akan terus berlanjut," ujarnya.
Selanjutnya, Muhammad Ali dalam kesempatan tersebut menyampaikan perihal cara merawat keberagaman diantara manusia.
"Manusia diciptakan Tuhan sangat beragam, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Rasul Muhammad pun telah mencontohkan bagaimana seharusnya kita menyikapi keberagaman tersebut. Ada banyak kisah yang menceritakan terkait sikap rasul tersebut," Ujarnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan alasan kenapa ada keberagaman dan bagaimana cara merawatnya.
"Keberagaman ada sebagai media untuk saling mengenal. Oleh karena itu marilah kita rawat keberagaman tersebut dengan cara menjadikan Tuhan dan Jungjungan kita sebagai role modelnya dan mengcopi pastenya ke dalam diri kita," tutupnya.
Sementara itu, Farihin dalam kesempatan tersebut menyampaikan ihwal geneologi manusia yang sudah dicatat Tuhan sejak ajali.
"Pertemuan kita hari ini, dengan latar belakang yang berbeda-beda merupakan sebuah anugerah dan bukan kebetulan, tapi memang sudah ada sejak ajali ,” ujarnya.
Selain itu, Farihin juga menjelaskan sejarah perang bubat yang menjadi stereotip manusia hingga berabad-abad.
"Perang bubat yang terjadi tahun 1357 M sangat berpengaruh besar pada rasisme suku Jawa dan Sunda, namun kalau kita pandai membaca sejarah hingga tuntas, hal ini tidak akan terjadi pada manusia abad ini," pungkasnya.
Diskusi diawali dengan pembacaan Sya"ir Tanpo Wathon Gus Dur dan Mahallul Qiyam serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, para penggerak Gusdurian Tasikmalaya, perwakilan pengurus JAI Tasikmalaya, PC IPPNU Kab. Tasikmalaya, Simpul Rahima, Kuluwung, Himacitas, dan para mahasiswa. (AFR)