Mencari Solusi Penurunan Muka Air Tanah Rancaekek
Citizen News

𝗠𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶 𝗦𝗼𝗹𝘂𝘀𝗶 𝗣𝗲𝗻𝘂𝗿𝘂𝗻𝗮𝗻 𝗠𝘂𝗸𝗮 𝗔𝗶𝗿 𝗧𝗮𝗻𝗮𝗵 𝗥𝗮𝗻𝗰𝗮𝗲𝗸𝗲𝗸
𝗜𝗡𝗙𝗢𝗞𝗔𝗕 – Hasil kajian Pusat Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL), Badan Geologi mengatakan, Kecamatan Rancaekek memiliki sistem akuifer tertekan (akuifer dalam atau artesis) pada kedalaman sekitar 50 hingga 150 meter.
"Pola aliran air tanah dalam pada daerah dataran Rancaekek dan sekitarnya menunjukan adanya fenomena kerucut penurunan muka air tanah," tutur Rita, dikutip dari Ayo Bandung.
Berdasarkan atas Peta Konservasi Air Tanah (CAT) Bandung –Soreang yang disusun oleh Badan Geologi pada 2010 lalu, di Rancaekek terdapat penurunan muka air tanah tertekan (air tanah dalam atau artesis) hingga sekitar 60 meter di bawah muka tanah setempat.
"Daerah tersebut masuk kategori rawan, karena tingkat penurunannya 40 % sampai 60% dari kondisi awal," tuturnya.
Salah satu penyebab kondisi tersebut disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebih, sehingga merusak tatanan air yang terkandung di dalam tanah.
Sehingga untuk mendapatkan air tanah yang bersih dan laik pakai, harus menggali dengan kedalaman lebih dari 70 meter.
Pengambilan air tanah secara berlebih, salah satunya disebabkan keberadaan industri, walaupun kata Rita harus dilakukan evaluasi lanjutan untuk menjadikan industri sebagai kambing hitam.
Industri memang membutuhkan air yang banyak untuk menutupi kebutuhannya. Sehingga, seluruh Industri hampir dipastikan menggali sumur dengan kedalaman mencapai ratusan meter.
"Sumur-sumur bor tidak berizin tidak bisa dikontrol debit pemompaan air tanahnya, sehingga berpotensi menjadi penyebab rusaknya kondisi air tanah di suatu wilayah," katanya.
Selengkapnya di
🔗 http://infokabupatenbandung.com
#infokabupatenbandung #kabupatenbandung #bandung #infokab #rancaekek
𝗜𝗡𝗙𝗢𝗞𝗔𝗕 – Hasil kajian Pusat Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL), Badan Geologi mengatakan, Kecamatan Rancaekek memiliki sistem akuifer tertekan (akuifer dalam atau artesis) pada kedalaman sekitar 50 hingga 150 meter.
"Pola aliran air tanah dalam pada daerah dataran Rancaekek dan sekitarnya menunjukan adanya fenomena kerucut penurunan muka air tanah," tutur Rita, dikutip dari Ayo Bandung.
Berdasarkan atas Peta Konservasi Air Tanah (CAT) Bandung –Soreang yang disusun oleh Badan Geologi pada 2010 lalu, di Rancaekek terdapat penurunan muka air tanah tertekan (air tanah dalam atau artesis) hingga sekitar 60 meter di bawah muka tanah setempat.
"Daerah tersebut masuk kategori rawan, karena tingkat penurunannya 40 % sampai 60% dari kondisi awal," tuturnya.
Salah satu penyebab kondisi tersebut disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebih, sehingga merusak tatanan air yang terkandung di dalam tanah.
Sehingga untuk mendapatkan air tanah yang bersih dan laik pakai, harus menggali dengan kedalaman lebih dari 70 meter.
Pengambilan air tanah secara berlebih, salah satunya disebabkan keberadaan industri, walaupun kata Rita harus dilakukan evaluasi lanjutan untuk menjadikan industri sebagai kambing hitam.
Industri memang membutuhkan air yang banyak untuk menutupi kebutuhannya. Sehingga, seluruh Industri hampir dipastikan menggali sumur dengan kedalaman mencapai ratusan meter.
"Sumur-sumur bor tidak berizin tidak bisa dikontrol debit pemompaan air tanahnya, sehingga berpotensi menjadi penyebab rusaknya kondisi air tanah di suatu wilayah," katanya.
Selengkapnya di
🔗 http://infokabupatenbandung.com
#infokabupatenbandung #kabupatenbandung #bandung #infokab #rancaekek