Kurikulum Merdeka Sebagai Transformasi Pendidikan Berkarakter
Berita Warga 
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan penyempurnaan seiring dengan dinamika perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Salah satu perubahan signifikan dalam sistem pendidikan adalah pengembangan kurikulum. Saat ini, Indonesia telah menerapkan kurikulum baru bernama Kurikulum Merdeka, yang mana kurikulum tersebut mulai diperkenalkan secara bertahap sejak tahun 2021 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kurikulum Merdeka hadir sebagai respon atas berbagai tantangan yang muncul dalam penerapan kurikulum sebelumnya, seperti Kurikulum 2013, yang dianggap kurang fleksibel dan sulit untuk disesuaikan dengan kebutuhan serta potensi peserta didik di berbagai daerah.
Latar belakang penerapan Kurikulum Merdeka didasari oleh hasil evaluasi dari implementasi Kurikulum 2013 yang menunjukkan adanya kesenjangan dalam pencapaian kompetensi siswa, rendahnya kemampuan literasi dan numerasi, serta keterbatasan kreativitas dalam proses pembelajaran. Selain itu, pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 turut memperlihatkan kelemahan dalam sistem pembelajaran konvensional yang terlalu bergantung pada metode tatap muka. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk melakukan transformasi dalam sistem pendidikan yang lebih adaptif dan fleksibel terhadap perubahan.
Kurikulum Merdeka menawarkan konsep pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa (student-centered learning) dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi sesuai dengan minat dan bakat mereka. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, yang mencakup dimensi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, kebinekaan global, gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kreativitas. Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi guru dalam menyusun perangkat ajar, memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks lokal, serta menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) untuk memperkuat keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi di kalangan siswa.
Pemerintah juga memperkenalkan Platform Merdeka Mengajar sebagai sarana untuk mendukung guru dalam mengakses materi ajar, berbagi praktik baik, dan meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan. Meski demikian, implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sarana dan prasarana, kesiapan guru dalam menerapkan metode pembelajaran baru, serta dukungan dari pihak sekolah dan orang tua. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka diharapkan mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan dalam sistem pendidikan Indonesia, sekaligus menjadi landasan untuk menciptakan generasi yang memiliki kompetensi global tanpa meninggalkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Namun, keberhasilan penerapan kurikulum ini sangat bergantung pada kesiapan semua elemen pendidikan, mulai dari guru, siswa, sekolah, hingga dukungan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah.
Kesimpulannya, Perkembangan Kurikulum Merdeka merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan sistem pendidikan di Indonesia yang sebelumnya dianggap kurang fleksibel dan kurang adaptif terhadap kebutuhan siswa. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, memberikan kebebasan bagi guru dalam menyusun metode pengajaran, serta mengembangkan Profil Pelajar Pancasila sebagai landasan utama dalam pembentukan karakter siswa. Meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penerapannya di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sarana dan kesiapan guru. Oleh karena itu, keberhasilan Kurikulum Merdeka memerlukan dukungan penuh dari semua elemen pendidikan, termasuk pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua, agar tujuan pembelajaran yang mandiri dan kontekstual dapat tercapai secara optimal.
Penulis: Chintya Nur Aini, Istianah, dan Fatimatuz Zahroh dari Institut Al Azhar Menganti.
Latar belakang penerapan Kurikulum Merdeka didasari oleh hasil evaluasi dari implementasi Kurikulum 2013 yang menunjukkan adanya kesenjangan dalam pencapaian kompetensi siswa, rendahnya kemampuan literasi dan numerasi, serta keterbatasan kreativitas dalam proses pembelajaran. Selain itu, pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 turut memperlihatkan kelemahan dalam sistem pembelajaran konvensional yang terlalu bergantung pada metode tatap muka. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk melakukan transformasi dalam sistem pendidikan yang lebih adaptif dan fleksibel terhadap perubahan.
Kurikulum Merdeka menawarkan konsep pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa (student-centered learning) dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi sesuai dengan minat dan bakat mereka. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, yang mencakup dimensi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, kebinekaan global, gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kreativitas. Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi guru dalam menyusun perangkat ajar, memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks lokal, serta menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) untuk memperkuat keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi di kalangan siswa.
Pemerintah juga memperkenalkan Platform Merdeka Mengajar sebagai sarana untuk mendukung guru dalam mengakses materi ajar, berbagi praktik baik, dan meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan. Meski demikian, implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sarana dan prasarana, kesiapan guru dalam menerapkan metode pembelajaran baru, serta dukungan dari pihak sekolah dan orang tua. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka diharapkan mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan dalam sistem pendidikan Indonesia, sekaligus menjadi landasan untuk menciptakan generasi yang memiliki kompetensi global tanpa meninggalkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Namun, keberhasilan penerapan kurikulum ini sangat bergantung pada kesiapan semua elemen pendidikan, mulai dari guru, siswa, sekolah, hingga dukungan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah.
Kesimpulannya, Perkembangan Kurikulum Merdeka merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan sistem pendidikan di Indonesia yang sebelumnya dianggap kurang fleksibel dan kurang adaptif terhadap kebutuhan siswa. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, memberikan kebebasan bagi guru dalam menyusun metode pengajaran, serta mengembangkan Profil Pelajar Pancasila sebagai landasan utama dalam pembentukan karakter siswa. Meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penerapannya di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sarana dan kesiapan guru. Oleh karena itu, keberhasilan Kurikulum Merdeka memerlukan dukungan penuh dari semua elemen pendidikan, termasuk pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua, agar tujuan pembelajaran yang mandiri dan kontekstual dapat tercapai secara optimal.
Penulis: Chintya Nur Aini, Istianah, dan Fatimatuz Zahroh dari Institut Al Azhar Menganti.
