KOBBER Manifestasikan Gerakan Kolaborasi pada isu KIBBLA
Berita Warga 
Koalisi masyarakat sipil yang tergabung dalam Komunitas Brebes Bersama (KOBBER) melakukan pertemuan lokakarya secara virtual tentang penyepakatan Modeling Desa Siaga Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Brebes (KIBBLA) kamis lalu 12/8/2021). Sebanyak tiga puluh satu peserta hadir sebagai peserta aktif dalam kegiatan tersebut. Mereka terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD),Perusahaan , Pemerintah Desa, Rumah Sakit Swasta, Baznas, serta Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang tergabung dalam KOBBER.
Menurut dokter Rudi Pangarsaning Utami selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Brebes, situasi pandemi saat ini sangat beresiko pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas. Pasalnya pasien yang terinfeksi Covid-19 saat ini menumpuk di fasilitas kesehatan, karena pada saat yang sama ibu hamil yang membutuhkan penanganan dimungkinkan akan terjadinya penumpukan pasien di faskes. Ia menambahkan "resiko ibu hamil, bersalin maupun nifas selama pandemi covid ini ada beberapa hal, diantaranya tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dikarenakan fasilitas kesehatan disibukkan dengan pasien Covid-19, kurang tersedianya ruang Isolasi di RS, berkurangnya tenaga kesehatan dan ini berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian maternal selama dan pasca pandemi Covid-19.dd
Sementara Kalimi dari pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak menyampaikan apresiasi atas niat baik koalisi masyarakat sipil melakukan gerakan kolaborasi pada isu KIBBLA. Terlebih berdasarkan data dinkes terupdate, ada sekitar enam puluh delapan kematian ibu hamil dan 30%nya disebabkan karena Covid. kematian Ibu tidak bisa dianggap sepele, karena ini berhubungan dengan nyawa, dan perlu kerja bersama untuk mengatasinya, imbuhnya." Ia menambahkan bahwa dengan penerapan desa Siaga KIBBLA bisa menjadi langkah preventif di level masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi persoalan tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Redy Liana perwakilan dari KOBBER menyatakan bahwa kami sudah melakukan mapping isu terkait isu KIBBLA sampai dengan merumuskan rencana aksi. Setidaknya ada tiga hal besar yang akan kita lakukan di daerah modeling ini , yakni mengadakan advokasi isu KIBBLA di level Desa, gerakan pendampingan atau pengawasan bumil oleh masyarakat serta monitoring bersama layanan puskesmas.
Diakhir acara Ada enam poin kesepakatan yang dibahas oleh seluruh peserta, pertama pelaksanaan Modelling Desa Siaga KIBBLA di dua desa yaitu Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari dan Desa Sengon Kecamatan Tanjung. Kedua, pemodelan Desa Siaga KIBBLA bisa berupa pembentukan Forum Kesehatan Desa (FKD) atau mengoptimalkan forum yang sudah ada di level desa. Ketiga, masing- masing pihak turut serta berkontribusi secara aktif dalam pelaksanaan modelling Desa Siaga KIBBLA sesuai kemampuan sumber daya masing-masing. Keempat menyepakati pelaksanaan kolaborasi dalam rangka meningkatkan akuntabilitas melalui monitoring layanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir yang akan dilaksanakan di Puskesmas Wanasari dan Puskesmas Tanjung. Kelima pihak swasta yakni PT Charoen Pokphand Jaya Farm dan PT Yeon Heung Megasari serta BAZNAS Brebes akan mendukung upaya kolaborasi pada wilayah tersebut. Keenam, pelaksanaan program di lapangan akan dilaksanakan oleh Yayasan Eska Unggul Indonesia sebagai mitra utama program Madani bersama Komunitas Brebes Bersama (KOBBER), dengan didukung oleh dinas Kesehatan dan OPD terkait , rumah Sakit Swasta, sektor Swasta, pemerintah desa, puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa serta kader di kedua desa tersebut.
Dokumen kesepakatan akan ditindak lanjuti melalui penandatangan oleh para pihak melalui kunjungan terbatas oleh KOBBER. Rencana tindaklanjut pertemuan ini akan mengumpulkan para pihak untuk mengkonkritkan rencana aksi kesepakatan ini di minggu keempat bulan agustus ini.
Menurut dokter Rudi Pangarsaning Utami selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Brebes, situasi pandemi saat ini sangat beresiko pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas. Pasalnya pasien yang terinfeksi Covid-19 saat ini menumpuk di fasilitas kesehatan, karena pada saat yang sama ibu hamil yang membutuhkan penanganan dimungkinkan akan terjadinya penumpukan pasien di faskes. Ia menambahkan "resiko ibu hamil, bersalin maupun nifas selama pandemi covid ini ada beberapa hal, diantaranya tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dikarenakan fasilitas kesehatan disibukkan dengan pasien Covid-19, kurang tersedianya ruang Isolasi di RS, berkurangnya tenaga kesehatan dan ini berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian maternal selama dan pasca pandemi Covid-19.dd
Sementara Kalimi dari pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak menyampaikan apresiasi atas niat baik koalisi masyarakat sipil melakukan gerakan kolaborasi pada isu KIBBLA. Terlebih berdasarkan data dinkes terupdate, ada sekitar enam puluh delapan kematian ibu hamil dan 30%nya disebabkan karena Covid. kematian Ibu tidak bisa dianggap sepele, karena ini berhubungan dengan nyawa, dan perlu kerja bersama untuk mengatasinya, imbuhnya." Ia menambahkan bahwa dengan penerapan desa Siaga KIBBLA bisa menjadi langkah preventif di level masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi persoalan tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Redy Liana perwakilan dari KOBBER menyatakan bahwa kami sudah melakukan mapping isu terkait isu KIBBLA sampai dengan merumuskan rencana aksi. Setidaknya ada tiga hal besar yang akan kita lakukan di daerah modeling ini , yakni mengadakan advokasi isu KIBBLA di level Desa, gerakan pendampingan atau pengawasan bumil oleh masyarakat serta monitoring bersama layanan puskesmas.
Diakhir acara Ada enam poin kesepakatan yang dibahas oleh seluruh peserta, pertama pelaksanaan Modelling Desa Siaga KIBBLA di dua desa yaitu Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari dan Desa Sengon Kecamatan Tanjung. Kedua, pemodelan Desa Siaga KIBBLA bisa berupa pembentukan Forum Kesehatan Desa (FKD) atau mengoptimalkan forum yang sudah ada di level desa. Ketiga, masing- masing pihak turut serta berkontribusi secara aktif dalam pelaksanaan modelling Desa Siaga KIBBLA sesuai kemampuan sumber daya masing-masing. Keempat menyepakati pelaksanaan kolaborasi dalam rangka meningkatkan akuntabilitas melalui monitoring layanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir yang akan dilaksanakan di Puskesmas Wanasari dan Puskesmas Tanjung. Kelima pihak swasta yakni PT Charoen Pokphand Jaya Farm dan PT Yeon Heung Megasari serta BAZNAS Brebes akan mendukung upaya kolaborasi pada wilayah tersebut. Keenam, pelaksanaan program di lapangan akan dilaksanakan oleh Yayasan Eska Unggul Indonesia sebagai mitra utama program Madani bersama Komunitas Brebes Bersama (KOBBER), dengan didukung oleh dinas Kesehatan dan OPD terkait , rumah Sakit Swasta, sektor Swasta, pemerintah desa, puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa serta kader di kedua desa tersebut.
Dokumen kesepakatan akan ditindak lanjuti melalui penandatangan oleh para pihak melalui kunjungan terbatas oleh KOBBER. Rencana tindaklanjut pertemuan ini akan mengumpulkan para pihak untuk mengkonkritkan rencana aksi kesepakatan ini di minggu keempat bulan agustus ini.