KICK OFF LEARNING FORUM KABUPATEN BOYOLALI
Berita Warga

Angka kematian ibu dan bayi di Boyolali dinilai masih cukup tinggi. Di tahun 2020, dari bulan Januari hingga September ini, angka kematian ibu melahirkan sudah sebanyak 13 kasus.
“Jumlah kematian ibu sampai dengan September ini 13 orang. Tahun 2019 kemarin kan Cuma 13. Ini sampai September sudah 13 orang. Masih ada Oktober, November dan Desember, semoga tidak nambah,” ungkap Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya, Badan Perencanaan Pengembangan dan Penelitian Daerah (BP3D) Boyolali, Khusnul Hadi, usai acara lokakarya Forum Masyarakat Madani Boyolali, di Aula kantor setempat, Senin (28/9).
Menurut dia, kasus kematian ibu dan bayi ini menjadi perhatian serius Pemkab Boyolali. Karena kasus kematian ibu dan bayi ini menjadi salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) negara-negara di dunia. Sehingga kasus kematian ibu dan bayi ini harus ditekan atau diturunkan dengan mencari akar masalah kasus tersebut.
“Dengan angka 13 ini ternyata tinggi, walaupun dari sekian ribu penduduk (Boyolali), karena jadi indikator pertama di SDGs, sehingga disorot langsung dunia,” kata Khusnul.
Dikemuakan dia, Dinas Kesehatan Boyolali sudah melakukan upaya maksimal untuk menekan angka kasus kematian ibu dan bayi. Baik melalui kegiatan-kegiatan dan program-programnya.
“Sarana dan prasarana di Boyolali sudah cukup luar biasa, Puskesmas sudah semakin kita dekatkan, pelayanan sudah kita dekatkan, tapi masih cukup tinggi,” imbuh dia.
Sehingga angka kasus itu harus terus diupayakan untuk ditekan dengan mencari pokok permasalahannya dan dicari jalan keluarnya.
“Tapi tadi sekilas dari materi yang disampaikan dari Dinkes (Dinas Kesehatan), itu ternyata setelah dilihat, ibu bayi yang melahirkan yang meninggal ini, kalau kita lihat pendidikannya SD-SMP. Nah ini apakah ada korelasinya, ini masih perlu kajian-kajian, nah ini tugas kami kedepan untuk membuat suatu kajian,” tandasnya.
Pihaknya pun mengapresiasi dengan terbentuknya Forum Masyarakat Madani Boyolali ini, yang salah satu programnya komitmen terhadap masalah kesehatan di Boyolali. Khususnya terkait permasalahan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
“Semoga Formmad bisa mendukung dan menjadi tangan panjang kami selaku Pemkab Boyolali,” harapnya.
Sementara itu Ketua Formmad Boyolali, Eko Bambang Setyawan, mengatakan Formmad merupakan forum masyarakat madani yang dibentuk oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil (OMS) di Boyolali. Kedepan Formmad diharapkan bisa berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah maupun pihak swasta untuk membangun Boyolali yang baik kedepannya.
“Banyak isu dan program, namun saat ini isu utama adalah kesehatan ibu dan anak, angka kematian ibu dan bayi di Boyolali yang masih tinggi,” ujar Eko Bambang.
Pembentukan Formmad difasilitasi LKTS dan didukung Program USAID MADANI, jelas dia, beranggotakan dari berbagai kalangan, baik OMS, IBI, hingga akademisi. Setelah acara lokakarya dilanjutkan pertemuan denganSETDA yang diwakili Asisten I Totok Eko YP beliau menyambut dengan adanya FORMMAD dapat keberlanjutan untuk komunikasi dengan Pemerintah daerah dan keterlibatan dalam pengambilan kebijakan tentunya sesuai dengan visi misi Kabupaten Boyolali. Disampaikan bahwa selama ini kesulitan dalam mengandeng CSO tandas beliau hadir juga Kepala Dinas Kesbangpol, Kepala DINKES, DP2AKB, BP3D dan FORMMAD
“Jumlah kematian ibu sampai dengan September ini 13 orang. Tahun 2019 kemarin kan Cuma 13. Ini sampai September sudah 13 orang. Masih ada Oktober, November dan Desember, semoga tidak nambah,” ungkap Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya, Badan Perencanaan Pengembangan dan Penelitian Daerah (BP3D) Boyolali, Khusnul Hadi, usai acara lokakarya Forum Masyarakat Madani Boyolali, di Aula kantor setempat, Senin (28/9).
Menurut dia, kasus kematian ibu dan bayi ini menjadi perhatian serius Pemkab Boyolali. Karena kasus kematian ibu dan bayi ini menjadi salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) negara-negara di dunia. Sehingga kasus kematian ibu dan bayi ini harus ditekan atau diturunkan dengan mencari akar masalah kasus tersebut.
“Dengan angka 13 ini ternyata tinggi, walaupun dari sekian ribu penduduk (Boyolali), karena jadi indikator pertama di SDGs, sehingga disorot langsung dunia,” kata Khusnul.
Dikemuakan dia, Dinas Kesehatan Boyolali sudah melakukan upaya maksimal untuk menekan angka kasus kematian ibu dan bayi. Baik melalui kegiatan-kegiatan dan program-programnya.
“Sarana dan prasarana di Boyolali sudah cukup luar biasa, Puskesmas sudah semakin kita dekatkan, pelayanan sudah kita dekatkan, tapi masih cukup tinggi,” imbuh dia.
Sehingga angka kasus itu harus terus diupayakan untuk ditekan dengan mencari pokok permasalahannya dan dicari jalan keluarnya.
“Tapi tadi sekilas dari materi yang disampaikan dari Dinkes (Dinas Kesehatan), itu ternyata setelah dilihat, ibu bayi yang melahirkan yang meninggal ini, kalau kita lihat pendidikannya SD-SMP. Nah ini apakah ada korelasinya, ini masih perlu kajian-kajian, nah ini tugas kami kedepan untuk membuat suatu kajian,” tandasnya.
Pihaknya pun mengapresiasi dengan terbentuknya Forum Masyarakat Madani Boyolali ini, yang salah satu programnya komitmen terhadap masalah kesehatan di Boyolali. Khususnya terkait permasalahan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
“Semoga Formmad bisa mendukung dan menjadi tangan panjang kami selaku Pemkab Boyolali,” harapnya.
Sementara itu Ketua Formmad Boyolali, Eko Bambang Setyawan, mengatakan Formmad merupakan forum masyarakat madani yang dibentuk oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil (OMS) di Boyolali. Kedepan Formmad diharapkan bisa berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah maupun pihak swasta untuk membangun Boyolali yang baik kedepannya.
“Banyak isu dan program, namun saat ini isu utama adalah kesehatan ibu dan anak, angka kematian ibu dan bayi di Boyolali yang masih tinggi,” ujar Eko Bambang.
Pembentukan Formmad difasilitasi LKTS dan didukung Program USAID MADANI, jelas dia, beranggotakan dari berbagai kalangan, baik OMS, IBI, hingga akademisi. Setelah acara lokakarya dilanjutkan pertemuan denganSETDA yang diwakili Asisten I Totok Eko YP beliau menyambut dengan adanya FORMMAD dapat keberlanjutan untuk komunikasi dengan Pemerintah daerah dan keterlibatan dalam pengambilan kebijakan tentunya sesuai dengan visi misi Kabupaten Boyolali. Disampaikan bahwa selama ini kesulitan dalam mengandeng CSO tandas beliau hadir juga Kepala Dinas Kesbangpol, Kepala DINKES, DP2AKB, BP3D dan FORMMAD