Hikmah Syawalan Warga Kampung Mergangsan Kidul: Menjadi Hamba Rabbani Sepanjang Hayat dimulai Syawal
Berita Warga 
Atmago.com, Yogyakarta---Warga RW 23 dan RW 24 Kampung Mergangsan Kidul, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, menggelar acara Hikmah Sawalan pada Senin (31/3/2025) di Masjid Baiturrahman, Tamansiswa Mergangsan Kidul. Dalam kegiatan tersebut, Ustadz Abdul Razaq, M.Si menyampaikan ceramah yang menggugah hati tentang makna Syawal sebagai bulan peningkatan spiritualitas.
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq mengingatkan bahwa Syawal bukan hanya sekadar perayaan setelah Ramadhan, tetapi merupakan momen yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ibadah serta menjaga semangat kebaikan yang telah terbentuk selama bulan suci. Ramadhan adalah bulan latihan, dan setelahnya, diharapkan tetap menjaga keistiqomahan dalam menjalankan perintah Allah.
Beliau menjelaskan bahwa Syawal memiliki makna "Irtifa’a" atau peningkatan. Ini berarti setiap Muslim harus meningkatkan kualitas keimanan dan amal ibadah setelah melewati bulan penuh berkah. Umat Islam diminta untuk menjadi hamba Allah yang Rabbani, bukan hanya sekadar hamba Ramadhan yang rajin beribadah hanya dalam bulan suci saja.
Sebagaimana nasihat para salafus salih: “Jadilah engkau hamba Rab, dan bukan menjadi hamba Ramadhan.” Rasulullah ﷺ pun bersabda, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus, meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, semangat ibadah yang telah dijalankan selama Ramadhan hendaknya tetap berlanjut, bukan berhenti seiring berlalunya bulan puasa.
Selain itu, Ustadz Abdul Razaq menyoroti makna "Ibtidā’ al-Khoir" atau permulaan yang baik. Bulan Syawal adalah awal yang baru setelah Ramadhan, di mana seorang Muslim diharapkan terus melanjutkan kebiasaan baik yang telah dibentuk selama bulan penuh ampunan.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikit pun, meskipun (hanya) kamu bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum." (HR. Muslim). Setiap perbuatan baik, sekecil apa pun, tetap memiliki nilai di sisi Allah.
Makna ketiga adalah "Istimror" atau kesinambungan. Amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadhan harus tetap dipertahankan sepanjang tahun. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka beristiqamah, maka tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati." (QS. Al-Ahqaf: 13).
Agar dapat istiqomah dalam beribadah setelah Ramadhan, Ustadz Abdul Razaq memberikan lima langkah yang bisa dilakukan. Pertama, menambah ilmu, karena dengan ilmu seseorang dapat memahami bagaimana beribadah dengan benar. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu."
Kedua, mencari lingkungan yang baik, karena lingkungan yang mendukung akan membantu seseorang untuk terus berada di jalan kebaikan. Ketiga, menyibukkan diri dengan ketaatan agar pelan-pelan meninggalkan kemaksiatan. Keempat, memastikan tujuan ibadah dengan meluruskan niat agar segala yang dilakukan semata-mata hanya untuk Allah. Terakhir, memperbanyak doa kepada Allah SWT agar diberikan keteguhan dalam beribadah.
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq juga menekankan pentingnya doa dalam menjaga keistiqomahan. Beliau mengutip QS. Ali Imran ayat 8, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Ustadz Abdul Razaq mengajak untuk menjadikan Syawal sebagai titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Idul Fitri bukan hanya sekadar kembali ke fitrah, tetapi juga menjadi momentum untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan. (KangRozaq)
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq mengingatkan bahwa Syawal bukan hanya sekadar perayaan setelah Ramadhan, tetapi merupakan momen yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ibadah serta menjaga semangat kebaikan yang telah terbentuk selama bulan suci. Ramadhan adalah bulan latihan, dan setelahnya, diharapkan tetap menjaga keistiqomahan dalam menjalankan perintah Allah.
Beliau menjelaskan bahwa Syawal memiliki makna "Irtifa’a" atau peningkatan. Ini berarti setiap Muslim harus meningkatkan kualitas keimanan dan amal ibadah setelah melewati bulan penuh berkah. Umat Islam diminta untuk menjadi hamba Allah yang Rabbani, bukan hanya sekadar hamba Ramadhan yang rajin beribadah hanya dalam bulan suci saja.
Sebagaimana nasihat para salafus salih: “Jadilah engkau hamba Rab, dan bukan menjadi hamba Ramadhan.” Rasulullah ﷺ pun bersabda, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus, meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, semangat ibadah yang telah dijalankan selama Ramadhan hendaknya tetap berlanjut, bukan berhenti seiring berlalunya bulan puasa.
Selain itu, Ustadz Abdul Razaq menyoroti makna "Ibtidā’ al-Khoir" atau permulaan yang baik. Bulan Syawal adalah awal yang baru setelah Ramadhan, di mana seorang Muslim diharapkan terus melanjutkan kebiasaan baik yang telah dibentuk selama bulan penuh ampunan.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikit pun, meskipun (hanya) kamu bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum." (HR. Muslim). Setiap perbuatan baik, sekecil apa pun, tetap memiliki nilai di sisi Allah.
Makna ketiga adalah "Istimror" atau kesinambungan. Amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadhan harus tetap dipertahankan sepanjang tahun. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka beristiqamah, maka tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati." (QS. Al-Ahqaf: 13).
Agar dapat istiqomah dalam beribadah setelah Ramadhan, Ustadz Abdul Razaq memberikan lima langkah yang bisa dilakukan. Pertama, menambah ilmu, karena dengan ilmu seseorang dapat memahami bagaimana beribadah dengan benar. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu."
Kedua, mencari lingkungan yang baik, karena lingkungan yang mendukung akan membantu seseorang untuk terus berada di jalan kebaikan. Ketiga, menyibukkan diri dengan ketaatan agar pelan-pelan meninggalkan kemaksiatan. Keempat, memastikan tujuan ibadah dengan meluruskan niat agar segala yang dilakukan semata-mata hanya untuk Allah. Terakhir, memperbanyak doa kepada Allah SWT agar diberikan keteguhan dalam beribadah.
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq juga menekankan pentingnya doa dalam menjaga keistiqomahan. Beliau mengutip QS. Ali Imran ayat 8, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Ustadz Abdul Razaq mengajak untuk menjadikan Syawal sebagai titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Idul Fitri bukan hanya sekadar kembali ke fitrah, tetapi juga menjadi momentum untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan. (KangRozaq)
