HARMONI (KAMPUNG) MADANI
Berita Warga

Webinar ini terselenggara atas kerjasama Prodi Sosiologi FISIP Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS), Yayasan Harmoni dan Komunitas Belajar Madani Solo (KOMBES) melalui Zoom pada hari Rabu, 29 September 2021 dan diikuti oleh 127 peserta dari perwakilan mahasiswa prodi Sosiologi UNS, akademisi dari UKSW, FC MADANI, KOMBES dan komunitas.
DR. A.Ramdhon (Dosen prodi Sosiologi FISIP Universitas sebelas Maret Surakarta (UNS) menyampaikan maksud dari kegiatan kelas Sosiologi perkotaan dengan mempertemukan Harmoni (kampung) Madani adalah menjadi ruang untuk saling berbagi pengalaman dan program. Ujungnya adalah kolaborasi private sektor dan CSO, Pemerintah serta kampus bisa mendorong dan menguatkan pengetahuan bersama untuk pembangunan melalui sinergi pengetahuan dengan tema “Harmoni (kampung) Madani”.
Zahra N. Fatma selaku perwakilan dari Yayasan Harmoni Corporate Social Responcibilty (CSR) produsen Cat Indaco dengan menyampaikan 4 programnya antara lain adalah; Memberikan kontribusi di masyarakat terhadap peningkatan di bidang pemberdayaan ekonomi, penghijauan/pelestarian lingkungan (green environment), kesehatan,keagamaan, pendidikan dan sosial budaya, Mendukung upaya-upaya Pemerintah dalam mencapai Sustainibiity Development Goals(SDGs), Mengintegrasikan program pengembangan masyarakat (community development) bersama dengan stakeholders terkait serta Melibatkan partisipasi masyarakat dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program. Beliau menyampaian tentang kegiatannya selama ini khususnya 3 dampingan utama di Kebakkramat (Karanganyar), dukungan sekolah adiwiyata (sekolah ramah lingkungan). Ini adalah wujud dari kontribusi dari CSR dan kedepan peran kolaborasi atar CSO, Pemerintah, Komunitas dan Perguruan tinggi bisa bersinergi untuk mendukung masyarakat yang harmoni.
Eko Setiawan dari Komunitas Belajar Madani Solo (KOMBES) juga mewakili dari KOMPIP menyampaikan konsep kampung Madani ada kesamaan misi bersama yayasan Harmoni salah satunya adalah mendukung capaian pemerintah Indonesia dalam capaian indikator SDGs tahun2030, di indikator ke 17 yaitu kolaborasi para pihak, inilah titik awal untuk mencapai tujuan kampung MADANI. Apa itu kampung Madani, yaitu kampung belajar warga/kampung empowering, kampung yang inklusif terhadap masyarakat Miskin, Difabel, perempuan kepala rumahtangga, anak dll, Pembangunannya berbasis data, berindikasi pada Peningkatan pendapatan kelompok sasaran (kualitas hidup) serta terkoneksinya mobilisasi SDM. Dimulai dengan penyampaian hasil survey partisipasi masyarakat marginal di Kota Surakarta yang didukung oleh program MADANI. Partisipasi masyarakat marginal dalam pembangunan Kelurahan (Perencanaan, Pelaksanaan hingga monev)”; sebagian besar responden atau sebanyak 57% menyatakan masyarakat marginal belum dilibatkan dalam pembangunan di Kelurahan (Perencanaan, Pelaksanaan hingga monev) sedangkan 43% responden menyatakan sudah dilibatkan. Hal ini bisa menjadi hipotesa awal bahwa ketidakhadiran masyarakat marjinal dari proses perencanaan hingga monev berkontribusi pada distribusi kesejahteraan yang tidak adil. Dengan gagasan Kampung Madani inilah salahsatu pintu masuk awal bagaimana menjawab gap-gap perencanaan dan realisasi, baik melalui perencanaan pembagunan tahunan kelurahan maupun dengan pendekatan pintu yang lain, yang di mulai dari Komunitas belajar Madani Solo (KOMBES) yang terdiri dari 11 CSO, Perwakilan individu dari Pemerintah, praktisi, akademisi, Pers dan private sector kemudian meluas dengan jaringan di Pemerintah Kecamatan, Kelurahan, Lembaga kemasyarakatan Kelurahan dan masyarakat Kelurahan sebagai ruang belajar/empowering mendorong laboratory Kampung Madani di 2 Kelurahan modeling yaitu kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Pajang untuk bisa berbagi sumberdaya dan pengetahuan untuk mencapai kampung yang MADANI. (Tina-Eko)
DR. A.Ramdhon (Dosen prodi Sosiologi FISIP Universitas sebelas Maret Surakarta (UNS) menyampaikan maksud dari kegiatan kelas Sosiologi perkotaan dengan mempertemukan Harmoni (kampung) Madani adalah menjadi ruang untuk saling berbagi pengalaman dan program. Ujungnya adalah kolaborasi private sektor dan CSO, Pemerintah serta kampus bisa mendorong dan menguatkan pengetahuan bersama untuk pembangunan melalui sinergi pengetahuan dengan tema “Harmoni (kampung) Madani”.
Zahra N. Fatma selaku perwakilan dari Yayasan Harmoni Corporate Social Responcibilty (CSR) produsen Cat Indaco dengan menyampaikan 4 programnya antara lain adalah; Memberikan kontribusi di masyarakat terhadap peningkatan di bidang pemberdayaan ekonomi, penghijauan/pelestarian lingkungan (green environment), kesehatan,keagamaan, pendidikan dan sosial budaya, Mendukung upaya-upaya Pemerintah dalam mencapai Sustainibiity Development Goals(SDGs), Mengintegrasikan program pengembangan masyarakat (community development) bersama dengan stakeholders terkait serta Melibatkan partisipasi masyarakat dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program. Beliau menyampaian tentang kegiatannya selama ini khususnya 3 dampingan utama di Kebakkramat (Karanganyar), dukungan sekolah adiwiyata (sekolah ramah lingkungan). Ini adalah wujud dari kontribusi dari CSR dan kedepan peran kolaborasi atar CSO, Pemerintah, Komunitas dan Perguruan tinggi bisa bersinergi untuk mendukung masyarakat yang harmoni.
Eko Setiawan dari Komunitas Belajar Madani Solo (KOMBES) juga mewakili dari KOMPIP menyampaikan konsep kampung Madani ada kesamaan misi bersama yayasan Harmoni salah satunya adalah mendukung capaian pemerintah Indonesia dalam capaian indikator SDGs tahun2030, di indikator ke 17 yaitu kolaborasi para pihak, inilah titik awal untuk mencapai tujuan kampung MADANI. Apa itu kampung Madani, yaitu kampung belajar warga/kampung empowering, kampung yang inklusif terhadap masyarakat Miskin, Difabel, perempuan kepala rumahtangga, anak dll, Pembangunannya berbasis data, berindikasi pada Peningkatan pendapatan kelompok sasaran (kualitas hidup) serta terkoneksinya mobilisasi SDM. Dimulai dengan penyampaian hasil survey partisipasi masyarakat marginal di Kota Surakarta yang didukung oleh program MADANI. Partisipasi masyarakat marginal dalam pembangunan Kelurahan (Perencanaan, Pelaksanaan hingga monev)”; sebagian besar responden atau sebanyak 57% menyatakan masyarakat marginal belum dilibatkan dalam pembangunan di Kelurahan (Perencanaan, Pelaksanaan hingga monev) sedangkan 43% responden menyatakan sudah dilibatkan. Hal ini bisa menjadi hipotesa awal bahwa ketidakhadiran masyarakat marjinal dari proses perencanaan hingga monev berkontribusi pada distribusi kesejahteraan yang tidak adil. Dengan gagasan Kampung Madani inilah salahsatu pintu masuk awal bagaimana menjawab gap-gap perencanaan dan realisasi, baik melalui perencanaan pembagunan tahunan kelurahan maupun dengan pendekatan pintu yang lain, yang di mulai dari Komunitas belajar Madani Solo (KOMBES) yang terdiri dari 11 CSO, Perwakilan individu dari Pemerintah, praktisi, akademisi, Pers dan private sector kemudian meluas dengan jaringan di Pemerintah Kecamatan, Kelurahan, Lembaga kemasyarakatan Kelurahan dan masyarakat Kelurahan sebagai ruang belajar/empowering mendorong laboratory Kampung Madani di 2 Kelurahan modeling yaitu kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Pajang untuk bisa berbagi sumberdaya dan pengetahuan untuk mencapai kampung yang MADANI. (Tina-Eko)