Hari Perempuan Internasional: Masa Depan Perempuan Bersama Sampah
Diskusi Komunitas

Suatu ketika dalam sebuah forum pertemuan simpul belajar madani yakni kumpulan OMS di Kabupaten Jombang, salah satu peserta perempuan bercerita bagaimana ia bersama komunitas perempuan menginisiasi berdirinya bank sampah, menurutnya pengendali utama rumah tangga di masyarakat kita adalah perempuan sehingga sampah pun menjadi hal paling dekat dengan perempuan. Padahal dalam tingkat rumah tangga penghasil sampah adalah seluruh anggota keluarga.
Data yang dihimpun Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dimuat dalam situs Bisnis.com tahun 2019 menunjukkan setiap orang per hari secara nasional menghasilkan sampah seberat 0,7 kg, 175.000 ton per hari atau 64 juta ton per tahun. Data ini tidak jauh berbeda dengan kondisi timbulan sampah Kabupaten Jombang, per harinya setiap orang mengasilkan sampah seberat 0,4 kg. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupatren Jombang Miftahul Ulum pada Peringatan HPSN 2022 pada 26 Februari 2022 sekaligus momentum pembukaan TPS3R desa Sambongdukuh.
Fakta ini menunjukkan bahwa sampah yang sudah, sedang, akan, dan terus dihasilkan selama manusia hidup di planet bumi akan terus abadi. Lantas apakah adil jika problem ini sekilas menjadi tanggung jawab individu, bahkan dalam unit keluarga menjadi tanggung jawab perempuan. Sebab, dalam kenyataanya kerja-kerja domestik identik menjadi tugas perempuan. Bersih tidaknya rumah tergantung perempuan. Ketika sampah menumpuk dalam rumah perempuan lah yang paling disalahkan yakni ibu.
Padahal jika ditelisik lebih jauh, sampah yang paling abadi adalah sampah plastik dimana dalam proses produksi dan hulu ke hilir bersifat sangat maskulin. Dikatakan demikian bukanlah tanpa alasan, dalam pandangan ekofeminisme perempuan erat dengan alam dengan watak feminim yakni merawat, melestarikan, menjaga, melindungi, berbanding terbalik dengan watak maskulin yang lekat dengan sifat-sifat merusak. Produksi plastik diperoleh dari bahan baku yang berasal dari tambang material bumi. Awal munculnya plastik diyakini sebagai inovasi penemuan ilmu pengetahuan. bahkan, teknologi dirancang dalam berbagai inovasi bersifat maskulin. Pasalnya, inovasi ini diproyeksikan untuk akumulasi ekonomi semata. Sehingga produksi plastik yang sebesar-besarnya harus berbanding lurus dengan konsumsi plastik sebanyak-banyaknya. Dapat disimpulkan indikator pertumbuhan ekonomi sama dengan menihilkan kerusakan lingkungan.
Ketika lingkungan tercemar akibat dari sampah-sampah yang telah diproduksi berbagai korporasi, perempuan yang paling rentan dirugikan. Sebab selama ini, kerja-kerja domestik tidak bisa dipisahkan dari lingkungan. Seperti air adalah kebutuhan utama bagi kehidupan. Sampah plastik telah mencemari alam baik di darat, laut, dan udara. Dalam situs Greenpeace menunjukkan data penelitian Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia pada 2010 bahwa tiap satu menit sampah plastik seluruh dunia dibuang ke laut setara muatan satu truk penuh. Sampah plastik melalui pembakaran terbuka atau insenerasi menjadi pemicu penghasil emisi karbondioksida (CO2) terbesar dalam metode pengelolaan limbah plastik. Artinya tidak ada ruang di bumi ini tanpa sampah plastik. Mikroplastik yang terurai di wilayah perairan maupun tanah mengancam kesehatan.
Gerakan pemilahan sampah dari rumah tangga muncul menjadi salah satu solusi agar tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari laut dan darat. Siapakah yang berperan? Ya perempuan. Sisa-sisa plastik yang tidak bisa didaur ulang diselamatkan dapat bentuk ecobric. Siapakah selama ini yang banyak melakukan itu? Perempuan. Dapat dikatakan berbagai dampak kerusakan lingkungan dengan watak maskulinnya dibebankan pada perempuan. Ayu Nuzul
Data yang dihimpun Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dimuat dalam situs Bisnis.com tahun 2019 menunjukkan setiap orang per hari secara nasional menghasilkan sampah seberat 0,7 kg, 175.000 ton per hari atau 64 juta ton per tahun. Data ini tidak jauh berbeda dengan kondisi timbulan sampah Kabupaten Jombang, per harinya setiap orang mengasilkan sampah seberat 0,4 kg. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupatren Jombang Miftahul Ulum pada Peringatan HPSN 2022 pada 26 Februari 2022 sekaligus momentum pembukaan TPS3R desa Sambongdukuh.
Fakta ini menunjukkan bahwa sampah yang sudah, sedang, akan, dan terus dihasilkan selama manusia hidup di planet bumi akan terus abadi. Lantas apakah adil jika problem ini sekilas menjadi tanggung jawab individu, bahkan dalam unit keluarga menjadi tanggung jawab perempuan. Sebab, dalam kenyataanya kerja-kerja domestik identik menjadi tugas perempuan. Bersih tidaknya rumah tergantung perempuan. Ketika sampah menumpuk dalam rumah perempuan lah yang paling disalahkan yakni ibu.
Padahal jika ditelisik lebih jauh, sampah yang paling abadi adalah sampah plastik dimana dalam proses produksi dan hulu ke hilir bersifat sangat maskulin. Dikatakan demikian bukanlah tanpa alasan, dalam pandangan ekofeminisme perempuan erat dengan alam dengan watak feminim yakni merawat, melestarikan, menjaga, melindungi, berbanding terbalik dengan watak maskulin yang lekat dengan sifat-sifat merusak. Produksi plastik diperoleh dari bahan baku yang berasal dari tambang material bumi. Awal munculnya plastik diyakini sebagai inovasi penemuan ilmu pengetahuan. bahkan, teknologi dirancang dalam berbagai inovasi bersifat maskulin. Pasalnya, inovasi ini diproyeksikan untuk akumulasi ekonomi semata. Sehingga produksi plastik yang sebesar-besarnya harus berbanding lurus dengan konsumsi plastik sebanyak-banyaknya. Dapat disimpulkan indikator pertumbuhan ekonomi sama dengan menihilkan kerusakan lingkungan.
Ketika lingkungan tercemar akibat dari sampah-sampah yang telah diproduksi berbagai korporasi, perempuan yang paling rentan dirugikan. Sebab selama ini, kerja-kerja domestik tidak bisa dipisahkan dari lingkungan. Seperti air adalah kebutuhan utama bagi kehidupan. Sampah plastik telah mencemari alam baik di darat, laut, dan udara. Dalam situs Greenpeace menunjukkan data penelitian Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia pada 2010 bahwa tiap satu menit sampah plastik seluruh dunia dibuang ke laut setara muatan satu truk penuh. Sampah plastik melalui pembakaran terbuka atau insenerasi menjadi pemicu penghasil emisi karbondioksida (CO2) terbesar dalam metode pengelolaan limbah plastik. Artinya tidak ada ruang di bumi ini tanpa sampah plastik. Mikroplastik yang terurai di wilayah perairan maupun tanah mengancam kesehatan.
Gerakan pemilahan sampah dari rumah tangga muncul menjadi salah satu solusi agar tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari laut dan darat. Siapakah yang berperan? Ya perempuan. Sisa-sisa plastik yang tidak bisa didaur ulang diselamatkan dapat bentuk ecobric. Siapakah selama ini yang banyak melakukan itu? Perempuan. Dapat dikatakan berbagai dampak kerusakan lingkungan dengan watak maskulinnya dibebankan pada perempuan. Ayu Nuzul