FORUM MMS IDENTIFIKASI RUANG CSO DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MERESPON COVID-19 DI SUMENEP
Berita Warga

Sumenep, 24 Agustus 2021 - setelah melalui beberapa persiapan akhirnya pertemuan forum MMS berhasil dilaksanakan dengan zoom meeting. Pertemuan Simpul MADANI di Sumenep ini mengusung tema: "Respon Organisasi Masyarakat Sipil Terhadap Dampak Covid-19 Pada Usaha Kecil dan Pengembangan BUMDes”. Semula pertemuan dilaksanakan Pukul 14.00 WIB, namun karena kendala teknis akhirnya digelar kembali pada Pukul 19.30 WIB.
Pertemuan reguler forum ini bertujuan membangun dialektika CSO, LPM Perguruan Tinggi, kalangan Media, Lembaga dan Banom NU dalam merespon keadaan di sekitarnya, khususnya akibat pandemi dan pendalaman isu BUMDes yang disepakati sebagai fokus advokasi. Kegiatan ini sekaligus mempersiapkan pertemuan Pemda dan Tim Teknis untuk menyepakati rencana program percontohan BUMDes Berbasis Masyarakat di Kabupaten Sumenep. Direktur Lakpesdam Sumenep (Moh. Ekoyanto) berharap diskusi sharing pertemuan berikutnya lebih dinamis dan mampu merespon persoalan dari lingkungan terdekat.
Pertemuan ini menampilkan 2 keynote speaker dari Senior CSO Lokal (A Warits Umar, S.Sos) dengan materi: “Pandangan dan Respon OMS terkait Pandemi Covid-19”, dan Direktur Sekolah Perempuan KOBER/ Anggota Simpul MADANI (Raudlatun, M/Pd.I) dengan materi: “Dampak Covid-19 Terhadap Usaha Kecil dan Pengembangan Bumdes Sebagai Alternatif”.
Dalam paparan Pak Warits menyatakan pandemi Covid-19 telah meningkatkan jumlah korban, kerugian harta benda, meluasnya wilayah terdampak, dan berimplikasi pada aspek sosial ekonomi. Pemerintah sudah mengambil langkah, seperti vaksinasi, bantuan sosial, petunjuk teknis protokol kesehatan, edukasi, dan pembatasan masyarakat. Dampaknya sangat dirasakan masyarakat menengah ke bawah, ketimpangan sosial dan kemiskinan merajalela. Pandemi juga mempengaruhi interaksi sosial termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan. Mobilitas sosial mengalami perubahan struktur, dan dimasa penyesuaian ini kemungkinan bisa menjadi baik atau justru sebaliknya.
Lantas bagaimana sebaiknya ? Tidak lain menurut pemateri dengan mentaati protokol, edukasi dan gerakan melawan pandemi, pemetaan ulang struktur sosial ekonomi dan budaya, serta kemandirian ekonomi melalui BUMDes atau ekonomi berbasis keluarga.
Pemateri selanjutnya (Raudlatun, M.Pd.I) menjelaskan dimasa pandemi banyak orang takut keluar rumah, khawatir dengan masalah keuangan, pertemuan antar orang terbatas, banyak karyawan dirumahkan, dan perilaku masyarakat mengalami perubahan. Dunia wirausaha dan pasar lesu, distribusi terhambat, omset turun drastis, permodalan terganggu, kredit macet, dan bahan baku apkir. Lalu bagaimana pilihannya ? apakah menutup usaha, mengurangi produksi dan karyawan, bertahan agar usaha tetap jalan dan karyawan tetap bekerja, diversifikasi produk, mengganti usaha, atau bekerja di tempat lain?
Menurut Raudalatun yang juga Anggota Forum MMS, pihak yang paling terdampak dari situasi pandemi adalah kaum perempuan. Tetapi ibu rumah tangga tidak boleh menyerah atau berpangku tangan saja. Pemateri mencontohkan salah satu upaya merespon pandemi melalui diversifikasi produk seperti yang dilakukan teman-teman Perempuan KOBER dengan inisiatif usaha jamu. Hasilnya sudah terbukti bisa membantu pendapatan keluarga yang mengalami penurunan akibat pandemi.
Pemateri juga menjelaskan 6 prinsip dalam pengelolaan BUMDes. Berdasarkan pengamatan umumnya BUMDes di Sumenep dibentuk untuk memenuhi instruksi, dan bukan atas dasar kebutuhan. Karena itu perkembangan BUMDes tidak seperti yang diharapkan. Rencana piloting (model) BUMDes di 3 desa menjadi tantangan tersendiri bagi forum MMS. Komitmen dan dukungan para pihak khususnya Pemda dan OPD terkait sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya.
Pada sesi diskusi dan tanya jawab, seluruh peserta diberikan kesempatan bertanya, menyampaikan pendapat dan klarifikasi. Ternyata diskusinya fokus pada apa yang dapat dikontribusikan CSO dalam merespon dampak pandemi di Sumenep? Tentu ada beberapa alternatif, seperti penguatan ekonomi, pengawasan bantuan covid-19, membangun kesadaran kritis, atau mensukseskan gerakan vaksin. Tetapi disadari kalangan CSO bukanlah Malaikat yang bisa melakukan segalanya, sehingga diperlukan untuk duduk bersama dan membaca kembali kondisi sosial. Hal ini akan diupayakan terus menjadi agenda pembahasan atau diskusi forum MMS berikuntya.
Keberadaan BUMDes juga ditegaskan sangat penting serta berpotensi untuk pemberdayaan masyarakat dan Pemerintah Desa. Rekomendasi secara umum perlu dibentuk unit tim untuk mengkaji kelayakan usaha, membuat analisa usaha dan bisnis plan. Pembentukan unit usaha harus cermat, tidak terburu, sesuai kebutuhan (bukan keinginan), dan harus dikaji dengan matang.
Dinamisnya proses diskusi dan penyampaian gagasan peserta menyebabkan pertemuan tidak terasa hingga larut malam (Pukul 21.30 WIB). Pertemuan ditutup dengan menyepakati rencana persiapan pertemuan Forum MMS dengan Pemda dan Tim Teknis Kabupaten untuk menyepakati fokus area pilot, pembagian peran para pihak, serta dukungan untuk program percontohan BUMDes di 3 desa.
Salam Semangat Berinovasi…! (Icha)
Pertemuan reguler forum ini bertujuan membangun dialektika CSO, LPM Perguruan Tinggi, kalangan Media, Lembaga dan Banom NU dalam merespon keadaan di sekitarnya, khususnya akibat pandemi dan pendalaman isu BUMDes yang disepakati sebagai fokus advokasi. Kegiatan ini sekaligus mempersiapkan pertemuan Pemda dan Tim Teknis untuk menyepakati rencana program percontohan BUMDes Berbasis Masyarakat di Kabupaten Sumenep. Direktur Lakpesdam Sumenep (Moh. Ekoyanto) berharap diskusi sharing pertemuan berikutnya lebih dinamis dan mampu merespon persoalan dari lingkungan terdekat.
Pertemuan ini menampilkan 2 keynote speaker dari Senior CSO Lokal (A Warits Umar, S.Sos) dengan materi: “Pandangan dan Respon OMS terkait Pandemi Covid-19”, dan Direktur Sekolah Perempuan KOBER/ Anggota Simpul MADANI (Raudlatun, M/Pd.I) dengan materi: “Dampak Covid-19 Terhadap Usaha Kecil dan Pengembangan Bumdes Sebagai Alternatif”.
Dalam paparan Pak Warits menyatakan pandemi Covid-19 telah meningkatkan jumlah korban, kerugian harta benda, meluasnya wilayah terdampak, dan berimplikasi pada aspek sosial ekonomi. Pemerintah sudah mengambil langkah, seperti vaksinasi, bantuan sosial, petunjuk teknis protokol kesehatan, edukasi, dan pembatasan masyarakat. Dampaknya sangat dirasakan masyarakat menengah ke bawah, ketimpangan sosial dan kemiskinan merajalela. Pandemi juga mempengaruhi interaksi sosial termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan. Mobilitas sosial mengalami perubahan struktur, dan dimasa penyesuaian ini kemungkinan bisa menjadi baik atau justru sebaliknya.
Lantas bagaimana sebaiknya ? Tidak lain menurut pemateri dengan mentaati protokol, edukasi dan gerakan melawan pandemi, pemetaan ulang struktur sosial ekonomi dan budaya, serta kemandirian ekonomi melalui BUMDes atau ekonomi berbasis keluarga.
Pemateri selanjutnya (Raudlatun, M.Pd.I) menjelaskan dimasa pandemi banyak orang takut keluar rumah, khawatir dengan masalah keuangan, pertemuan antar orang terbatas, banyak karyawan dirumahkan, dan perilaku masyarakat mengalami perubahan. Dunia wirausaha dan pasar lesu, distribusi terhambat, omset turun drastis, permodalan terganggu, kredit macet, dan bahan baku apkir. Lalu bagaimana pilihannya ? apakah menutup usaha, mengurangi produksi dan karyawan, bertahan agar usaha tetap jalan dan karyawan tetap bekerja, diversifikasi produk, mengganti usaha, atau bekerja di tempat lain?
Menurut Raudalatun yang juga Anggota Forum MMS, pihak yang paling terdampak dari situasi pandemi adalah kaum perempuan. Tetapi ibu rumah tangga tidak boleh menyerah atau berpangku tangan saja. Pemateri mencontohkan salah satu upaya merespon pandemi melalui diversifikasi produk seperti yang dilakukan teman-teman Perempuan KOBER dengan inisiatif usaha jamu. Hasilnya sudah terbukti bisa membantu pendapatan keluarga yang mengalami penurunan akibat pandemi.
Pemateri juga menjelaskan 6 prinsip dalam pengelolaan BUMDes. Berdasarkan pengamatan umumnya BUMDes di Sumenep dibentuk untuk memenuhi instruksi, dan bukan atas dasar kebutuhan. Karena itu perkembangan BUMDes tidak seperti yang diharapkan. Rencana piloting (model) BUMDes di 3 desa menjadi tantangan tersendiri bagi forum MMS. Komitmen dan dukungan para pihak khususnya Pemda dan OPD terkait sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya.
Pada sesi diskusi dan tanya jawab, seluruh peserta diberikan kesempatan bertanya, menyampaikan pendapat dan klarifikasi. Ternyata diskusinya fokus pada apa yang dapat dikontribusikan CSO dalam merespon dampak pandemi di Sumenep? Tentu ada beberapa alternatif, seperti penguatan ekonomi, pengawasan bantuan covid-19, membangun kesadaran kritis, atau mensukseskan gerakan vaksin. Tetapi disadari kalangan CSO bukanlah Malaikat yang bisa melakukan segalanya, sehingga diperlukan untuk duduk bersama dan membaca kembali kondisi sosial. Hal ini akan diupayakan terus menjadi agenda pembahasan atau diskusi forum MMS berikuntya.
Keberadaan BUMDes juga ditegaskan sangat penting serta berpotensi untuk pemberdayaan masyarakat dan Pemerintah Desa. Rekomendasi secara umum perlu dibentuk unit tim untuk mengkaji kelayakan usaha, membuat analisa usaha dan bisnis plan. Pembentukan unit usaha harus cermat, tidak terburu, sesuai kebutuhan (bukan keinginan), dan harus dikaji dengan matang.
Dinamisnya proses diskusi dan penyampaian gagasan peserta menyebabkan pertemuan tidak terasa hingga larut malam (Pukul 21.30 WIB). Pertemuan ditutup dengan menyepakati rencana persiapan pertemuan Forum MMS dengan Pemda dan Tim Teknis Kabupaten untuk menyepakati fokus area pilot, pembagian peran para pihak, serta dukungan untuk program percontohan BUMDes di 3 desa.
Salam Semangat Berinovasi…! (Icha)