Festival Jazz Internasional "Suara Musi 2024" Perlu Evaluasi Serius
Berita Warga

Penulis Ali Goik
Festival Jazz Internasional "Suara Musi 2024" digadang-gadang sebagai ajang bergengsi yang dapat mengangkat citra Palembang di kancah internasional. Namun, harapan tersebut tampaknya jauh dari kenyataan. Sejumlah masalah mendasar dalam penyelenggaraan patut menjadi catatan serius bagi pihak penyelenggara agar perhelatan ini tidak sekadar menjadi acara seremonial yang mengecewakan.
Pertama, ketidaksesuaian tema menjadi sorotan utama. Musik jazz, yang seharusnya menjadi jantung dari acara ini, justru tergeser oleh penampilan yang tidak relevan, seperti tarian ibu-ibu PKK. Meskipun keberagaman seni budaya patut diapresiasi, menempatkan pertunjukan yang tidak sejalan dengan konsep festival jazz hanya mengaburkan identitas acara. Festival ini membutuhkan kurasi acara yang lebih ketat dan konsisten dengan tema musik jazz itu sendiri.
Kedua, kualitas sound system yang buruk menunjukkan kurangnya perhatian terhadap aspek teknis yang fundamental. Festival musik, apalagi yang membawa embel-embel "internasional," semestinya mampu memberikan pengalaman audio yang berkualitas tinggi. Alih-alih memanjakan telinga penonton, suara yang tidak optimal hanya menambah daftar kekecewaan. Ini adalah persoalan serius yang harus menjadi prioritas di masa mendatang.
Lebih disayangkan lagi, batalnya penampilan grup dulmuluk jazz menambah kesan bahwa festival ini kurang matang dalam perencanaan. Kehadiran mereka diharapkan menjadi salah satu momen unik yang memadukan seni tradisi dengan musik jazz. Namun, ketiadaan klarifikasi yang jelas mengenai pembatalan ini semakin memperburuk citra penyelenggaraan acara.
Festival ini memiliki potensi besar untuk menjadi ikon kebanggaan Palembang. Namun, potensi tersebut hanya bisa terwujud jika ada perbaikan yang serius. Penyelenggara dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Palembang perlu menata ulang perencanaan, memilih pengisi acara yang sesuai, dan memastikan kualitas teknis yang mumpuni. Dengan begitu, Festival Jazz Internasional "Suara Musi" bisa menjadi perhelatan yang dinanti-nantikan dan membanggakan, bukan sekadar janji tanpa realisasi.
Karena telah teragenda dalam event tahunan di dinas Pariwisata Kota Palembang kedepan, festival ini harus tampil lebih baik—bukan hanya untuk menjaga reputasinya, tetapi juga untuk memenuhi ekspektasi para pecinta musik jazz sejati.
Festival Jazz Internasional "Suara Musi 2024" digadang-gadang sebagai ajang bergengsi yang dapat mengangkat citra Palembang di kancah internasional. Namun, harapan tersebut tampaknya jauh dari kenyataan. Sejumlah masalah mendasar dalam penyelenggaraan patut menjadi catatan serius bagi pihak penyelenggara agar perhelatan ini tidak sekadar menjadi acara seremonial yang mengecewakan.
Pertama, ketidaksesuaian tema menjadi sorotan utama. Musik jazz, yang seharusnya menjadi jantung dari acara ini, justru tergeser oleh penampilan yang tidak relevan, seperti tarian ibu-ibu PKK. Meskipun keberagaman seni budaya patut diapresiasi, menempatkan pertunjukan yang tidak sejalan dengan konsep festival jazz hanya mengaburkan identitas acara. Festival ini membutuhkan kurasi acara yang lebih ketat dan konsisten dengan tema musik jazz itu sendiri.
Kedua, kualitas sound system yang buruk menunjukkan kurangnya perhatian terhadap aspek teknis yang fundamental. Festival musik, apalagi yang membawa embel-embel "internasional," semestinya mampu memberikan pengalaman audio yang berkualitas tinggi. Alih-alih memanjakan telinga penonton, suara yang tidak optimal hanya menambah daftar kekecewaan. Ini adalah persoalan serius yang harus menjadi prioritas di masa mendatang.
Lebih disayangkan lagi, batalnya penampilan grup dulmuluk jazz menambah kesan bahwa festival ini kurang matang dalam perencanaan. Kehadiran mereka diharapkan menjadi salah satu momen unik yang memadukan seni tradisi dengan musik jazz. Namun, ketiadaan klarifikasi yang jelas mengenai pembatalan ini semakin memperburuk citra penyelenggaraan acara.
Festival ini memiliki potensi besar untuk menjadi ikon kebanggaan Palembang. Namun, potensi tersebut hanya bisa terwujud jika ada perbaikan yang serius. Penyelenggara dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Palembang perlu menata ulang perencanaan, memilih pengisi acara yang sesuai, dan memastikan kualitas teknis yang mumpuni. Dengan begitu, Festival Jazz Internasional "Suara Musi" bisa menjadi perhelatan yang dinanti-nantikan dan membanggakan, bukan sekadar janji tanpa realisasi.
Karena telah teragenda dalam event tahunan di dinas Pariwisata Kota Palembang kedepan, festival ini harus tampil lebih baik—bukan hanya untuk menjaga reputasinya, tetapi juga untuk memenuhi ekspektasi para pecinta musik jazz sejati.