Dua Dekade Pimpin Bambu Nusantara, Titik Sugianti Ingin Terus Bermanfaat bagi Sesama
Citizen News

Tidak banyak perempuan yang terpanggil untuk menggeluti permasalahan sosial, maupun kesehatan masyarakat saat ini. Apalagi harus memperjuangkan hak, sekaligus konsisten hingga 20 tahun mendampingi mereka.
Adalah Titik Sugianti, Direktur Yayasan Bambu Nusantara merupakan satu dari segelintir perempuan berani tersebut. Dua puluh tahun lalu, Titik adalah seorang perempuan karir dengan titel dokter hewan asal Kota Madiun. Dia juga sudah melanglang buana dalam bisnis jasa konstruksi. Bisa dibayangkan, kondisi finansial Titik kala itu.
Namun, karena kondisi sosial yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dia lihat saat itu membuat hatinya tergerak. Dia ingin memberikan pendampingan sekaligus melayani mereka, dengan kemampuan yang dipunyai. Bersama salah seorang sahabatnya, dia kemudian mendirikan Yayasan Bambu Nusantara pada 2002 silam. Yakni sebuah yayasan yang berfokus pada penanggulangan serta pendampingan ODHA.
Daerah pertama yang menjadi wilayah jangkauannya kala itu yakni Kota Surabaya dan kemudian meluas sampai Kabupaten Nganjuk dan sekitarnya. Nganjuk kala itu terkenal dengan salah satu lokalisasi, yang menjadikan warga dalam lokalisasi itu masuk kategori risiko tinggi.
Bermodal keberanian dan kepedulian terhadap sesama, Titik berusaha mendekati para wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi itu. Tidak mudah seperti yang dibayangkan, niat baik Titik sering mendapatkan penolakan. Namun dengan proses dan perjuangan yang keras, Titik perlahan bisa memberikan edukasi dan pendampingan tentang HIV tersebut.
Baru empat tahun kemudian, Titik bisa melihat buah hasil kerja kerasnya. Salah satunya diukur dari mulai munculnya kesadaran WPS dalam penggunaan kondom, aktif melakukan VCT hingga rajin merawat diri.
Tidak berhenti disitu, melalui tangan dingin nenek satu cucu itu Yayasan Bambu Nusantara terus berkembang pesat. Tidak hanya Nganjuk, kini yayasan itu memiliki enam wilayah jangkauan di Jawa Timur. Meliputi Kabupaten Nganjuk, Jombang, Kota Kabupaten Madiun, Blitar dan Magetan.
Berbagai program pendampingan dan layanan terhadap sesama terus dilakukan. Tidak hanya komunitas WPS, Bambu Nusantara juga menjangkau berbagai komunitas risiko tinggi lainnya. Seperti Laki Suka Laki (LSL), remaja putri yang terlibat dalam jaringan Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) hingga ibu rumah tangga yang suaminya berganti-ganti pasangan.
Sejak tahun lalu, Titik juga mulai menjangkau para komunitas LSL di kabupaten Jombang. Dari hasil penjangkauan, banyak ditemukan pelajar yang terjerat kasus tersebut. Hal itu pula yang mendasari tim Bambu Nusantara memberikan edukasi tentang human immunodeficiency virus (HIV).
Puluhan pelajar itu, mendapatkan edukasi tentang penyakit HIV. Mulai dari penyebab, cara penularan, bahaya, serta pencegahan maupun perawatan penyakit tersebut. Selain itu juga wawasan tentang siapa saja yang rentan atau berisiko tinggi tertular. Mengingat hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh virus itu belum ditemukan obatnya tersebut.
Terbaru, Titik mengembangkan sayap dengan menjadikan Bambu Nusantara sebagai mitra dari USAID MADANI. Sebuah program yang diselenggarakan selama lima tahun yang didukung Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dan dirancang untuk memperkuat akuntabilitas pemerintah dan mendorong keberagaman sosial di Indonesia.
Melalui program itu, Titik mendampingi sedikitnya 27 lapak UMKM di Kota Madiun. Melalui berbagai program pelatihan, puluhan pelapak itu didorong untuk menciptakan produk yang berdaya saing di pasaran. Salah satunya dengan menggelar workshop bersama AYOSTART, dalam membekali pelapak agar mampu memantik ide kreatif dan inovatif para pelapak.
Melalui belbagai pendampingan itu, mulai dari penanggulangan HIV/AIDS hingga pelapak Titik berharap agar dirinya mampu memberikan energi positif untuk memotivasi masyarakat luas.
#ayomenulis#AtmaGo#jurnalismewarga
Adalah Titik Sugianti, Direktur Yayasan Bambu Nusantara merupakan satu dari segelintir perempuan berani tersebut. Dua puluh tahun lalu, Titik adalah seorang perempuan karir dengan titel dokter hewan asal Kota Madiun. Dia juga sudah melanglang buana dalam bisnis jasa konstruksi. Bisa dibayangkan, kondisi finansial Titik kala itu.
Namun, karena kondisi sosial yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dia lihat saat itu membuat hatinya tergerak. Dia ingin memberikan pendampingan sekaligus melayani mereka, dengan kemampuan yang dipunyai. Bersama salah seorang sahabatnya, dia kemudian mendirikan Yayasan Bambu Nusantara pada 2002 silam. Yakni sebuah yayasan yang berfokus pada penanggulangan serta pendampingan ODHA.
Daerah pertama yang menjadi wilayah jangkauannya kala itu yakni Kota Surabaya dan kemudian meluas sampai Kabupaten Nganjuk dan sekitarnya. Nganjuk kala itu terkenal dengan salah satu lokalisasi, yang menjadikan warga dalam lokalisasi itu masuk kategori risiko tinggi.
Bermodal keberanian dan kepedulian terhadap sesama, Titik berusaha mendekati para wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi itu. Tidak mudah seperti yang dibayangkan, niat baik Titik sering mendapatkan penolakan. Namun dengan proses dan perjuangan yang keras, Titik perlahan bisa memberikan edukasi dan pendampingan tentang HIV tersebut.
Baru empat tahun kemudian, Titik bisa melihat buah hasil kerja kerasnya. Salah satunya diukur dari mulai munculnya kesadaran WPS dalam penggunaan kondom, aktif melakukan VCT hingga rajin merawat diri.
Tidak berhenti disitu, melalui tangan dingin nenek satu cucu itu Yayasan Bambu Nusantara terus berkembang pesat. Tidak hanya Nganjuk, kini yayasan itu memiliki enam wilayah jangkauan di Jawa Timur. Meliputi Kabupaten Nganjuk, Jombang, Kota Kabupaten Madiun, Blitar dan Magetan.
Berbagai program pendampingan dan layanan terhadap sesama terus dilakukan. Tidak hanya komunitas WPS, Bambu Nusantara juga menjangkau berbagai komunitas risiko tinggi lainnya. Seperti Laki Suka Laki (LSL), remaja putri yang terlibat dalam jaringan Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) hingga ibu rumah tangga yang suaminya berganti-ganti pasangan.
Sejak tahun lalu, Titik juga mulai menjangkau para komunitas LSL di kabupaten Jombang. Dari hasil penjangkauan, banyak ditemukan pelajar yang terjerat kasus tersebut. Hal itu pula yang mendasari tim Bambu Nusantara memberikan edukasi tentang human immunodeficiency virus (HIV).
Puluhan pelajar itu, mendapatkan edukasi tentang penyakit HIV. Mulai dari penyebab, cara penularan, bahaya, serta pencegahan maupun perawatan penyakit tersebut. Selain itu juga wawasan tentang siapa saja yang rentan atau berisiko tinggi tertular. Mengingat hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh virus itu belum ditemukan obatnya tersebut.
Terbaru, Titik mengembangkan sayap dengan menjadikan Bambu Nusantara sebagai mitra dari USAID MADANI. Sebuah program yang diselenggarakan selama lima tahun yang didukung Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dan dirancang untuk memperkuat akuntabilitas pemerintah dan mendorong keberagaman sosial di Indonesia.
Melalui program itu, Titik mendampingi sedikitnya 27 lapak UMKM di Kota Madiun. Melalui berbagai program pelatihan, puluhan pelapak itu didorong untuk menciptakan produk yang berdaya saing di pasaran. Salah satunya dengan menggelar workshop bersama AYOSTART, dalam membekali pelapak agar mampu memantik ide kreatif dan inovatif para pelapak.
Melalui belbagai pendampingan itu, mulai dari penanggulangan HIV/AIDS hingga pelapak Titik berharap agar dirinya mampu memberikan energi positif untuk memotivasi masyarakat luas.
#ayomenulis#AtmaGo#jurnalismewarga