Dilematis Para Perantau di Masa Pilkada
Berita Warga

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seharusnya bisa diakses semua masyarakat tanpa terkecuali. Namun tidak bagi mereka yang di perantauan. Beberapa memilih absen karena sejumlah hal. Mulai dari ketidaktahuan soal visi dan misi Pasangan Calon (Paslon) di daerahnya hingga ribetnya urusan mudik karena sedang pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19).
Warga Solo yang sedang kuliah di Taiwan, Edrea, Minggu (8/11/2020) menegaskan sikapnya untuk tidak pulang saat pencoblosan di Kota Solo, Rabu (9/12/2020) mendatang. Salah satu alasannya adalah karena ribetnya mengurus kepulangan dari Taiwan menuju Indonesia. Apalagi saat ini semua negara sedang kewalahan mengurusi pandemi Covid-19. “Bakal susah baliknya lagi ke Taiwan nanti. Apalagi Indonesia kasusnya tinggi. Dan biaya pulang pergi itu besar banget,” kata dia.
Selain itu, Edrea, juga tidak mengetahui kejelasan visi dan misi soal Paslon Walikota serta Wakil Walikota Solo sekarang ini. Tak ada sosialisasi bagi warga di luar negeri. Sejauh ini mereka juga tidak difasilitasi pencoblosan di negara tinggal seperti saat Pemilihan Presiden. “Untuk calon ya percaya enggak percaya sih. Soalnya calonnya satu dari partai, satu lagi dari independen. Kelihatan tidak berimbang. Jarang baca soal Pilkada Solo. Malah seringnya baca soal kasus omnimbus law,” kata dia.
Perantau asal Jebres, Charoline, juga mengatakan hal serupa. Ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Bali. Kepulangan di masa Pilkada menurutnya cukup dilematis. Satu sisi memang upaya untuk menyampaikan haknya. Di sisi lain, kalau nekat dia terbentur banyak hal mulai ijin libur yang hanya sehari, hingga harus menanggung biaya sendiri. Aapalagi pandemi seperti ini dirinya cukup insecure untuk bepergian jauh.
Saat ditanya mengenai hak suaranya, Charoline, sudah pasrah. Toh selama ini ia menilai Pilkada Solo seolah sudah menang di kubu Gibran. Dirinya juga jarang menonton debat Pilkada Solo yang disiarkan di televisi. Apalagi membuka program kampanye virtual kedua Paslon di Solo.
Kendati demikian, ia tetap berharap ada perubahan untuk Solo ketika dipegang Walikota terpilih nanti. Di antaranya adalah agar Walikota dan Wakil Walikota baru lebih peduli dengan warganya. Meningkatkan sektor wisata tanpa menambah bangunan gedung. Serta memberi ruang untuk para seniman agar Solo semakin tenar. (Mega Sari)
#PPMN, #PilkadaSolo, Covid-19
Warga Solo yang sedang kuliah di Taiwan, Edrea, Minggu (8/11/2020) menegaskan sikapnya untuk tidak pulang saat pencoblosan di Kota Solo, Rabu (9/12/2020) mendatang. Salah satu alasannya adalah karena ribetnya mengurus kepulangan dari Taiwan menuju Indonesia. Apalagi saat ini semua negara sedang kewalahan mengurusi pandemi Covid-19. “Bakal susah baliknya lagi ke Taiwan nanti. Apalagi Indonesia kasusnya tinggi. Dan biaya pulang pergi itu besar banget,” kata dia.
Selain itu, Edrea, juga tidak mengetahui kejelasan visi dan misi soal Paslon Walikota serta Wakil Walikota Solo sekarang ini. Tak ada sosialisasi bagi warga di luar negeri. Sejauh ini mereka juga tidak difasilitasi pencoblosan di negara tinggal seperti saat Pemilihan Presiden. “Untuk calon ya percaya enggak percaya sih. Soalnya calonnya satu dari partai, satu lagi dari independen. Kelihatan tidak berimbang. Jarang baca soal Pilkada Solo. Malah seringnya baca soal kasus omnimbus law,” kata dia.
Perantau asal Jebres, Charoline, juga mengatakan hal serupa. Ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Bali. Kepulangan di masa Pilkada menurutnya cukup dilematis. Satu sisi memang upaya untuk menyampaikan haknya. Di sisi lain, kalau nekat dia terbentur banyak hal mulai ijin libur yang hanya sehari, hingga harus menanggung biaya sendiri. Aapalagi pandemi seperti ini dirinya cukup insecure untuk bepergian jauh.
Saat ditanya mengenai hak suaranya, Charoline, sudah pasrah. Toh selama ini ia menilai Pilkada Solo seolah sudah menang di kubu Gibran. Dirinya juga jarang menonton debat Pilkada Solo yang disiarkan di televisi. Apalagi membuka program kampanye virtual kedua Paslon di Solo.
Kendati demikian, ia tetap berharap ada perubahan untuk Solo ketika dipegang Walikota terpilih nanti. Di antaranya adalah agar Walikota dan Wakil Walikota baru lebih peduli dengan warganya. Meningkatkan sektor wisata tanpa menambah bangunan gedung. Serta memberi ruang untuk para seniman agar Solo semakin tenar. (Mega Sari)
#PPMN, #PilkadaSolo, Covid-19