CINTA DIRI SENDIRI YANG UTAMA
Diskusi Komunitas 
Cinta itu butuh keberanian. Keberanian untuk mengungkapkan, dan keberanian untuk mewujudkan.
Sebelum kita mengungkapkan cinta kita pada orang lain, sudahkah kita mencintai diri kita sendiri?
Bagaimana kita mengharapkan orang lain untuk mencintai kita jika kita saja tidak cinta diri sendiri?
Terkadang kita sibuk dan berusaha keras agar orang lain menyukai atau mencintai kita. Bahkan sampai mengorbankan perasaan, waktu dan tenaga. Dengan dalih "Enggak enak sama si A, takut jadi bahan omongan", kita melakukan hal-hal yang sebetulnya kita tidak nyaman dan terpaksa melakukannya.
Bahkan di jaman milenial sekarang serba digital, semua berlomba-lomba posting untuk mendapatkan like. Semakin banyak like, semakin kita merasa bangga. Seringkali demi like, kita meng-"create" konten palsu. Sampai kapan???......
Kawan, kita tidak bisa mengontrol jalan pikiran orang lain. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai dan mencintai kita. Yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah me"manage" diri kita untuk menghadapi pandangan orang lain.
Caranya?
Kita tingkatkan kapasitas diri. Selalu berusaha berbuat hal-hal positif. Lakukan praktek baik.
Jangan terlalu peduli dengan omongan orang. Jika ada yang komentar negatif tentang diri kita, cukup didengarkan untuk koreksi diri. Jika ada yang nyinyir, abaikan.
Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Lebih baik kita fokus menyenangkan dan membahagiakan diri sendiri. Sekali lagi, cintai diri kita sendiri.
Jika kita bahagia, akan tercermin dari perbuatan sehari-hari. Orang yang bahagia selalu memancarkan aura positif ke sekelilingnya. Orang yang bahagia lebih mudah tersenyum dan menukarkan kebahagiaan ke orang lain.
Ketika kita sudah bahagia dengan mencintai diri sendiri, barulah belajar untuk mencintai orang lain. Jadi ketika cinta tidak berbalas, kita masih berbahagia karena masih ada yang mencintai kita. Siapa?
Diri kita sendiri.
Part 3 : Percaya diri sebagai tanda cinta
Sebelum kita mengungkapkan cinta kita pada orang lain, sudahkah kita mencintai diri kita sendiri?
Bagaimana kita mengharapkan orang lain untuk mencintai kita jika kita saja tidak cinta diri sendiri?
Terkadang kita sibuk dan berusaha keras agar orang lain menyukai atau mencintai kita. Bahkan sampai mengorbankan perasaan, waktu dan tenaga. Dengan dalih "Enggak enak sama si A, takut jadi bahan omongan", kita melakukan hal-hal yang sebetulnya kita tidak nyaman dan terpaksa melakukannya.
Bahkan di jaman milenial sekarang serba digital, semua berlomba-lomba posting untuk mendapatkan like. Semakin banyak like, semakin kita merasa bangga. Seringkali demi like, kita meng-"create" konten palsu. Sampai kapan???......
Kawan, kita tidak bisa mengontrol jalan pikiran orang lain. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai dan mencintai kita. Yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah me"manage" diri kita untuk menghadapi pandangan orang lain.
Caranya?
Kita tingkatkan kapasitas diri. Selalu berusaha berbuat hal-hal positif. Lakukan praktek baik.
Jangan terlalu peduli dengan omongan orang. Jika ada yang komentar negatif tentang diri kita, cukup didengarkan untuk koreksi diri. Jika ada yang nyinyir, abaikan.
Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Lebih baik kita fokus menyenangkan dan membahagiakan diri sendiri. Sekali lagi, cintai diri kita sendiri.
Jika kita bahagia, akan tercermin dari perbuatan sehari-hari. Orang yang bahagia selalu memancarkan aura positif ke sekelilingnya. Orang yang bahagia lebih mudah tersenyum dan menukarkan kebahagiaan ke orang lain.
Ketika kita sudah bahagia dengan mencintai diri sendiri, barulah belajar untuk mencintai orang lain. Jadi ketika cinta tidak berbalas, kita masih berbahagia karena masih ada yang mencintai kita. Siapa?
Diri kita sendiri.
Part 3 : Percaya diri sebagai tanda cinta