Ceramah Subuh di Masjid Hidayah Al-Ma’ruf: Renungan Akhir Ramadhan untuk Meraih Keberkahan
Berita Warga

Atmago.com, Yogyakarta---Ba’da subuh di hari ke dua puluh sembilan di Masjid Hidayah Al-Ma’ruf, Kampung Joyonegaran, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (29/3/2025), ceramah disampaikan oleh Ustadz Abdul Razaq, M.Si.
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq mengajak seluruh jamaah untuk melakukan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah mereka selama bulan Ramadhan.
“Mumpung masih ada kesempatan, kesehatan, dan hati yang digerakkan untuk terus melakukan amaliyah Ramadhan, jangan disia-siakan hari-hari terakhir ini,” ujar beliau yang juga merupakan Dosen ASMI Desanta Yogyakarta.
Ia mengingatkan empat hal penting yang harus diperhatikan menjelang berakhirnya bulan suci. Pertama, bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan merasakan nikmatnya Ramadhan.
“Kita harus selalu bersyukur dan berdoa agar Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan yang akan datang,” katanya, seraya mengutip QS. Lukman ayat 12 tentang pentingnya bersyukur.
Kedua, melakukan evaluasi ibadah selama Ramadhan agar bisa ditingkatkan di sisa hari yang ada. “Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 agar kita memperhatikan apa yang telah kita siapkan untuk hari esok. Selain itu, seluruh amalan sangat ditentukan oleh akhirnya, sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya’ (HR. Bukhari),” tuturnya.
Namun, menjelang akhir Ramadhan, godaan justru semakin besar. Rasa malas, kantuk, dan berbagai hambatan lain bisa muncul. Ustadz Abdul Razaq mengingatkan bahwa semakin besar ujian, semakin besar pula pahala yang akan diperoleh. “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan’ (HR. At-Turmudzi). Oleh karena itu, kita harus terus berjuang untuk mempertahankan kualitas ibadah kita hingga akhir,” jelasnya.
Ketiga, memohon ampun kepada Allah dengan memperbanyak istighfar dan taubat. Rasulullah SAW mengajarkan doa istighfar terbaik: Allaahumma innaka "afuwwun tuhibbul "afwa fa"fu "annii—yang artinya, ‘Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai orang yang meminta maaf, maka maafkanlah aku.’ Ustadz Abdul Razaq menekankan bahwa istighfar dapat menutup kekurangan ibadah yang dilakukan selama Ramadhan.
“Abu Hurairah mengatakan bahwa ghibah dan perbuatan sia-sia dapat mengurangi pahala Ramadhan, dan istighfar adalah cara terbaik untuk memperbaikinya,” tambahnya.
Keempat, menjaga ketaatan setelah Ramadhan berlalu. “Ibadah bukan hanya kewajiban di bulan Ramadhan, tetapi harus menjadi kebiasaan seumur hidup. Kita harus taat kepada Allah tanpa tapi dan tanpa nanti, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa ayat 59,” tegasnya.
Ramadhan boleh berlalu, tetapi semangat ibadah harus tetap menyala. “Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk menjaga kebaikan yang telah kita bangun selama Ramadhan ini,” tutup Ustadz Abdul Razaq yang juga pernah tinggal di Asrama Panti Asuhan Muhammadiyah Kota Probolinggo. (KangRozaq)
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdul Razaq mengajak seluruh jamaah untuk melakukan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah mereka selama bulan Ramadhan.
“Mumpung masih ada kesempatan, kesehatan, dan hati yang digerakkan untuk terus melakukan amaliyah Ramadhan, jangan disia-siakan hari-hari terakhir ini,” ujar beliau yang juga merupakan Dosen ASMI Desanta Yogyakarta.
Ia mengingatkan empat hal penting yang harus diperhatikan menjelang berakhirnya bulan suci. Pertama, bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan merasakan nikmatnya Ramadhan.
“Kita harus selalu bersyukur dan berdoa agar Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan yang akan datang,” katanya, seraya mengutip QS. Lukman ayat 12 tentang pentingnya bersyukur.
Kedua, melakukan evaluasi ibadah selama Ramadhan agar bisa ditingkatkan di sisa hari yang ada. “Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 agar kita memperhatikan apa yang telah kita siapkan untuk hari esok. Selain itu, seluruh amalan sangat ditentukan oleh akhirnya, sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya’ (HR. Bukhari),” tuturnya.
Namun, menjelang akhir Ramadhan, godaan justru semakin besar. Rasa malas, kantuk, dan berbagai hambatan lain bisa muncul. Ustadz Abdul Razaq mengingatkan bahwa semakin besar ujian, semakin besar pula pahala yang akan diperoleh. “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan’ (HR. At-Turmudzi). Oleh karena itu, kita harus terus berjuang untuk mempertahankan kualitas ibadah kita hingga akhir,” jelasnya.
Ketiga, memohon ampun kepada Allah dengan memperbanyak istighfar dan taubat. Rasulullah SAW mengajarkan doa istighfar terbaik: Allaahumma innaka "afuwwun tuhibbul "afwa fa"fu "annii—yang artinya, ‘Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai orang yang meminta maaf, maka maafkanlah aku.’ Ustadz Abdul Razaq menekankan bahwa istighfar dapat menutup kekurangan ibadah yang dilakukan selama Ramadhan.
“Abu Hurairah mengatakan bahwa ghibah dan perbuatan sia-sia dapat mengurangi pahala Ramadhan, dan istighfar adalah cara terbaik untuk memperbaikinya,” tambahnya.
Keempat, menjaga ketaatan setelah Ramadhan berlalu. “Ibadah bukan hanya kewajiban di bulan Ramadhan, tetapi harus menjadi kebiasaan seumur hidup. Kita harus taat kepada Allah tanpa tapi dan tanpa nanti, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa ayat 59,” tegasnya.
Ramadhan boleh berlalu, tetapi semangat ibadah harus tetap menyala. “Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk menjaga kebaikan yang telah kita bangun selama Ramadhan ini,” tutup Ustadz Abdul Razaq yang juga pernah tinggal di Asrama Panti Asuhan Muhammadiyah Kota Probolinggo. (KangRozaq)