ANGKA KEMISKINAN DI BANTEN
Berita Warga

Angka Kemiskinan Di Banten Mengalami Fluktuasi Dai Thun 2002 - 2019
SERANG, TitikNOL – Angka kemiskinan Provinsi Banten berdasarkan hasil Survai Sosial ekonomi Nasional (Susenas) pada bulan maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan September 2018. Penurunan tersebut poin sebesar 0,16.
“Maret 2019 sebesar 5,09 persen sedangkan September 2018 sebesar 2,25 persen. Hal itu sejalan dengan berkurangnya penduduk miskin sebanyak 14,28 ribu orang dari 668,74 ribu orang pada bulan September 2018 menjadi 654,46 ribu orang pada maret 2019,” tertulis dalam pers rilis BPS yang diterima TitikNOL saat konferesni pers di kantor BPS Banten, Senin (15/7/2019).
Namun berdasarkan grafik dari tahun 2002 sampai maret 2019, angka kemiskinan berdasarkan presentase mengalami fluktuasi.
“2002 sebesar 9,22 persen, 2003 sebesar 9,56 persen, 2004 sebesar 8,58 persen. Februari 2005 8,86. Maret 2006 9,79. Maret 2007 9,07. Maret 2008 8,15. Maret 2009 7,64. Maret 2010 7,16. Maret 2011 6,32. September 2011 6,26. Maret 2012 5,85. September 2012 5,71. Maret 2013 5,74. September 2013 5,89. Maret 2014 5,35. September 2014 5,51. Maret 2015 5,9. September 2015 5,75. Maret 2016 5,42. September 2016 5,36. Maret 2017 5,45. September 2017 5,59. Maret 2018 5,24. September 2018 5,25. Maret 2019 5,09,” tertulis dalam grafik BPS yang diolah dari Susenas.
Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana mengatakan fluktuasi atau naik turunya angka kemiskinan di Provinsi Banten diakibatkan tidak stabilnya harga pada makanan.
“Kalau dilihat dari data bps tadi yang paling berpengaruh dari data kemiskinan dimakanan jadi fluktuasi itu emang paling banyak dari makanan dari beras maupun rokok dan daging ayam dan sebagainya karena peranan makana itu 57 persen dibandingkan dengan non makanan karena kan orang miskin selain makan perlu juga ongkos, beli baju, sekolah dan sebagainya,” katanya.
Adhi Wiriana juga meminta kepada pihak pemerintah dareah agar terus menjaga kesetabilan harga pangan di pasaran agar kemiskinan bisa dikendalikan.
“Jadi kalau fluktuasi di makanannya besar (fluktuasi harga, red) itu akan mengakibatkan si penduduk miskin mengalami fluktuasi yang besar juga. Temen temen di pemda menjaga hara, karena fluktuasi harga ini bisa mengakibatkan fluktuasi juga di penduduk miskin,” Tukasnya#atmagobanten
SERANG, TitikNOL – Angka kemiskinan Provinsi Banten berdasarkan hasil Survai Sosial ekonomi Nasional (Susenas) pada bulan maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan September 2018. Penurunan tersebut poin sebesar 0,16.
“Maret 2019 sebesar 5,09 persen sedangkan September 2018 sebesar 2,25 persen. Hal itu sejalan dengan berkurangnya penduduk miskin sebanyak 14,28 ribu orang dari 668,74 ribu orang pada bulan September 2018 menjadi 654,46 ribu orang pada maret 2019,” tertulis dalam pers rilis BPS yang diterima TitikNOL saat konferesni pers di kantor BPS Banten, Senin (15/7/2019).
Namun berdasarkan grafik dari tahun 2002 sampai maret 2019, angka kemiskinan berdasarkan presentase mengalami fluktuasi.
“2002 sebesar 9,22 persen, 2003 sebesar 9,56 persen, 2004 sebesar 8,58 persen. Februari 2005 8,86. Maret 2006 9,79. Maret 2007 9,07. Maret 2008 8,15. Maret 2009 7,64. Maret 2010 7,16. Maret 2011 6,32. September 2011 6,26. Maret 2012 5,85. September 2012 5,71. Maret 2013 5,74. September 2013 5,89. Maret 2014 5,35. September 2014 5,51. Maret 2015 5,9. September 2015 5,75. Maret 2016 5,42. September 2016 5,36. Maret 2017 5,45. September 2017 5,59. Maret 2018 5,24. September 2018 5,25. Maret 2019 5,09,” tertulis dalam grafik BPS yang diolah dari Susenas.
Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana mengatakan fluktuasi atau naik turunya angka kemiskinan di Provinsi Banten diakibatkan tidak stabilnya harga pada makanan.
“Kalau dilihat dari data bps tadi yang paling berpengaruh dari data kemiskinan dimakanan jadi fluktuasi itu emang paling banyak dari makanan dari beras maupun rokok dan daging ayam dan sebagainya karena peranan makana itu 57 persen dibandingkan dengan non makanan karena kan orang miskin selain makan perlu juga ongkos, beli baju, sekolah dan sebagainya,” katanya.
Adhi Wiriana juga meminta kepada pihak pemerintah dareah agar terus menjaga kesetabilan harga pangan di pasaran agar kemiskinan bisa dikendalikan.
“Jadi kalau fluktuasi di makanannya besar (fluktuasi harga, red) itu akan mengakibatkan si penduduk miskin mengalami fluktuasi yang besar juga. Temen temen di pemda menjaga hara, karena fluktuasi harga ini bisa mengakibatkan fluktuasi juga di penduduk miskin,” Tukasnya#atmagobanten