Aduuh.. Semua ini gara-gara si DIA "COVID-19"
Citizen News

Tahun 2020 ini merupakan tahun yang tidak bisa dilupakan seumur hidup saya bahkan mungkin orang lainpun sama, saya berprofesi sebagai tenaga pengajar yang berlokasi di Kab. Sukabumi sedangkan rumah saya di kota sukabumi. Desember 2019 saya melihat diberita televisi banyak orang yang terkena Virus Corona di kota Wuhan China hingga pemerintah negara tersebut menetapkan kota itu di Lockdown agar Virus tersebut tidak menyebar ke seluruh negeri. Sialnya ternyata virus ini sampai ke indonesia, Bulan Februari saya melihat berita di televisi diberbagai channel bahwa sudah ada yang positif dan dirawat di daerah jakarta, saya mulai was-was namun tetap masih punya rasa optimis karena letak kota jakarta dengan sukabumi itu berjauhan ditambah dengan tanggapnya tindakan pemerintah terhadap kasus tersebut membuat saya menjadi yakin bahwa virus tersebut tidak akan menyebar. Pucuk dicinta Ulam pun tiba hal-hal yang sebetulnya saya tidak inginkan ternyata kejadian angka positif corona di indonesia terus meningkat, Sabtu 14 Maret 2020 saya membaca berita online yang dijadikan headline bahwa Mendikbud mengadakan rapat dengan Komisi X yang menghasilkan bahwa “kegiatan belajar mengajar di sekolah di pindahkan menjadi di rumah sebagai antisipasi dari penyebaran virus corona dan Ujian Nasional untuk tahun ini ditiadakan” itulah berita yang saya garis bawahi disitu. Mimpi apa saya semalam, persiapan untuk ujian sudah 95% eh ini malah ditiadakan, Ujian Madrasah soalnya udah pada diperbanyak eh ini ga boleh dilaksanain di sekolah.. Disinilah awal mula banyak cerita pengalaman saya gara-gara si DIA juga Pencegahannya :
1.) Ujian Nasional
Ujian nasional tahun 2020 ini resmi ditiadakan hasil rapat antara Mendikbud dengan Komisi X DPR RI, hal ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah agar penyebaran Covid-19 ini dapat diminimalisir bahkan dihentikan. Itulah kalimat yang saya dapatkan dari berbagai media, UN tidak jadi dilaksanakan membuat pengorbanan saya sepintas menjadi sia-sia karena sungguh sulit juga untuk menyiapkan calon peserta UN tahun ini dikarenakan wajib untuk mempunyai NISN yang valid sesuai dengan identitas aslinya, dan proses pengerjaan tersebut tidaklah sebentar perlu kesabaran juga ketelitian karena website untuk pengerjaan tersebut sering lemot karena banyak yang pakai ditambah harus menunggu persetujuan dari admin kabupaten membuat saya lupa waktu akan bekerja kadang siang kadang malam kadang subuh. Alhamdulillah semua siswa sudah lengkap dan valid, simulasi UNpun dibulan Januari berjalan cukup lancar meskpun ada saja masalah namun itulah yang dicari agar pelaksanaan UN Utama bisa berjalan lancar tanpa masalah untuk pelaksanaan nanti. Hmm Gara-gara si DIA UN nya ga jadi, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
2.) Ujian Madrasah
Ujian Madrasah ini bisa dilakukan asal tidak dilaksanakan di sekolah atau dengan pengerjaan yang berkerumun dalam 1 tempat, bisa tidak dilakukan dengan mengambil kelulusan nilai yang diambil dari semester 1 s/d 5. Itu kalimat yang saya dapatkan dari surat-surat edaran baik dari dinas pendidikan ataupun kementerian agama. Mengikuti himbauan dari kementerian agama kab. Sukabumi Pelaksanaan Ujian Madrasah batal dilaksanakan disekolah. Persiapan yang kembali sudah 95% dari soal-soal hinggal ruang ujian sudah ditempel nomor peserta akhirnya tidak ditempati, kembali saya harus melamun dengan tatapan kosong karena bingung juga ini soal-soal mau dibagaimanakan karena sekolah ini masih memakai sistem Ujian Madrasah berbasis kertas pensil bukan online, jika di onlinekan siswa-siswa pasti belum siap semua karena masih ada yang tidak punya HP, punya HP tidak semua punya kuota, itulah masalah yang dihadapi di sekolah saya waktu itu. Akhirnya panitia berunding dan hasilnya Ujian Madrasahpun di Take Home kan. Gara-gara si DIA UM nya jadi dikerjain di rumah, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
3.) Belajar Online
Siswa-siswa terhitung dari 16 Maret hingga sekarang menjadi belajar Online, banyak keluhan yang saya dapatkan mulai dari guru-guru seperti tidak aktifnya semua siswa yang mengerjakan tugas, padahal jika dilihat dalam grup WA siswa itu menyimak tapi tidak mengerjakan tugas, kuota yang terserap cukup banyak per-harinya, jawaban siswa yang cenderung sama persis dengan yang lain, kurangnya perhatian dari orang tua siswa sehingga siswa itu tidak tepat secara jawaban juga lamban dalam pengerjaan. Kemudian keluhan siswa seperti tidak punya kuota, materi yang kurang dimengerti, tidak efektifnya untuk berdiskusi. Namun disamping itu ada hal yang menarik juga ketika keterbatasan menimpa namun dengan tekad dan kesabaran yang kuat ia dapat melaluinya yaitu ada siswa yang mengumpulkan tugasnya yang sering kali malam hari, kebetulan itu merupakan tugas saya yang berikan, saya tanya kenapa kamu mengumpulkan tugas malam hari padahal saya suruh siang hari terakhir jam 14.00, dia menjawab “ Maaf Pak saya kirimnya malam hari karena saya ga punya kuota, malam hari saya bisa ikut wifian ke ortu yang pulang kerja” mendengar itu saya jadi terharu dan apresiasi karena masih ada siswa yang terus berjuang untuk menyelesaikan tugasnya. Kemudian adapula siswa yang sering telat mengerjakan hingga selesainya itu kadang sampe 3 hari lambannya baru mengumpulkan, saya tanya juga pada dia “kenapa kamu baru selesai mengumpulkan tugas” jawab dia “Maaf pak karena saya kalo pagi-pagi sampai siang bahkan sore hari suka disuruh ngasuh adik pa” saya tanya lagi “kenapa kamu ga ngunci diri dikamar untuk mengerjakan tugas-tugasnya” Ia menjawab “saya ga punya kamar pak, rumah saya ngontrak, jadi saya susah ngerjain tugas bahkan terkadang saya ikut kerumah temen buat ngerjain tugas biar tenang dan fokus” kembali hati saya terenyuh mendengarnya. Gara-gara si DIA belajarnya jadi Online, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
4.) Orang Tua Protes
Karena kegiatan belajar mengajar sudah dipindahkan ke rumah, ada saja orang tua yang menanyakan perihal keringanan pembayaran sekolah terutama SPP karena dinilai sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar disekolah padahal kegiatan tersebut dialihkan menjadi ke online yaitu siswa-siswa belajar secara online dengan guru memberikan tugas kepada siswa lewat grup WA. Kemudian, Uang Ujian yang orangtua siswa bahkan ada yang menanyakan seperti ini kepada saya selaku wali kelasnya lewat chat WA “Pak Maaf ini Uang Ujian apakah ada keringanan? kan UN ga jadi dilaksanakan terus uang itu dikemanakan mohon transparansinya” Gila, itu orangtua sampe ngomongnya kaya gitu, ga abis pikir juga saya, trus saya lapor deh ke kepala, beliau memberikan solusi dan cara menghadapinya, kata beliau “caranya harus malepah gedang meh raoseun ka anjena” kirain mau langsung sama beliau tapi tetep yang harus jawabnya sama saya dulu katanya kan selaku wali kelas, yowes saya hadapi deh itu orang tua, saya telpon dengan mengikuti arahan dari pak kepala yang lucunya ketika di chat WA isinya tuh seperti yang emosi menggebu-gebu tp setelah berbincang dengan saya akhirnya beliau paham dan memaklumi bhkan mnta maaf ats chat yg sblmnya, akhirnya masalah tersebut selesai juga. Gara-gara si DIA, saya jadi ngurusin orangtua siswa yang protes, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
5.) Stigma Negatif dari Masyarakat
Awal bulan Mei 2020 di Kel. Benteng Kec. Warudoyong terdapat orang yang positif, itupun orang tersebut bekerja sebagai ART di rumah yang majikannya bekerja di sebuah instansi, dan di instansi tersebut majikannya terkena virus corona hingga akhirnya menyebar ke ART tersebut. Secara kediaman sebetulnya dia tidak tinggal dirumah yang di RW. 09 ketika dia positif namun ia pernah berkomunikasi dengan orang dirumahnya. Itulah info yang saya dapatkan dari beberapa tetangga dan info lainnya, secara wilayah betul dia masuk RW. yang bertepatan dengan domisili rumah saya sendiri, namun secara jarak antara kampung rumah saya dengan rumah yang sekarang orang-orangnya menjadi ODP itu cukup jauh bahkan dibatasi oleh pesawahan yang sangat luas namun orang-orang sering menyebut yang positif itu di kampung sebutlah “Paris” padahal rumah itu menurut saya tidak termasuk kampung ini, ko masih dikait-kaitkan dengan kampung ini, alhasil stigma negatif masyarakat bermunculan hingga istri saya dan saya sendiri pun terkena candaan rekan kerja ketika diadakan rapat secara langsung disekolah meskipun dengan memperhatikan protokol covid-19, candaanya seperti ini “Awas tah awaas di Kampung Prancis aya nu positif, kade ah kena” meskpiun hanya candaan tapi ga enak juga mendengarnya. Gara-gara si DIA, saya jadi kena stigma negatif, aduuuh walaaah, apaboleh buat.
6.) Eksistensi PMI Kota Sukabumi Meningkat Pesat
Selasa 17 Maret 2020 saya melihat berita online di Sukabumi Update PMI melaksanakan penyemprotan desinfektan di area Stasiun dan Terminal, setelah itu saya lihat banyak permintaan penyemprotan dari berbagai Pihak maupun Instansi untuk dilakukan penyemprotan desinfektan ke wilayah-wilayahnya, namun yang menjadi prioritas PMI adalah tempat-tempat umum seperti mesjid, perkantoran pemerintahan dan sekolah-sekolah. Kemudian PMI pun sering kali mengadakan penyemprotan gabungan dengan pihak dinkes, damkar maupun relawan lainnya atas permintaan dari Bapak Wali Kota. Disitu masyarakat menjadi lebih mengenal PMI bahwa tidak hanya Untuk donor darah saja akan tetapi PMI juga turut membantu dalam hal kesiapsiagaan dalam bencana ataupun pandemi corona ini. Hikmahnya Gara-gara si DIA, PMI Kota Sukabumi jadi melejit namanya.
7.) Kesigapan Warga
Kesigapan warga khususnya di Kampung saya adalah memportal jalan masuk ke kampung, kendaraan yang dari luar kota sukabumi tidak diperkenankan untuk bertamu ke kampung ini kecuali sudah mengisolasi diri atau dites terlebih dulu dan hasilnya negatif corona. Warga masyarakat dihimbau untuk selalu tetap dirumah, selalu memakai masker jika keluar rumah, menyediakan tempat untuk bercuci tangan disetiap RTnya dan terus menghimbau agar terus hidup bersih dan sehat oleh RT setempat. Gara-gara si DIA, Kampung saya jdi tidak sebebas sebelumnya
8. ) Kesigapan Sekolah
Selama waktu pelaksanaan Belajar Mengajar dipindahkan kerumah, sekolah telah mempersiapkan diri dengan membeli masker, hand sanitizer, penyemprotan desinfektan diseluruh lingkungan sekolah. Gara-gara si DIA, Sekolah saya jdi disemprot semua alhasil bau karbol juga wktu itu.
Jika lebih dirincikan mungkin cerita ini masih panjang, inilah cerita pengalaman saya dan pencegahan mengenai virus corona ini yang secara langsung saya rasakan.
Entah sampai kapan wabah corona ini akan berakhir, ada yang mengatakan di bulan Juni, Juli, Agustus, September dan mungkin akhir tahun 2020 ini. Yang jelas untuk saya sendiri selaku masyarakat virus ini tidak akan ada akhirnya kalau di diri kita sendiri tidak disiplin mengikuti anjuran pemerintah untuk selalu hidup bersih, rajin cuci tangan, makan makanan bergizi, tetap dirumah dan jika keluarpun harus selalu memakai masker dan jaga jarak dengan orang lain. Tetap semangat karena hidup tetap terus berjalan, Usaha harus terus dilakukan dan sisanya kita serahkan pada sang Maha Kuasa, Yang menciptakan segalanya dan yang bisa dengan Mudahnya membolak balikan kehidupan yaitu Allah SWT.
#SukabumiLawanCorona
#PMISukabumi
1.) Ujian Nasional
Ujian nasional tahun 2020 ini resmi ditiadakan hasil rapat antara Mendikbud dengan Komisi X DPR RI, hal ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah agar penyebaran Covid-19 ini dapat diminimalisir bahkan dihentikan. Itulah kalimat yang saya dapatkan dari berbagai media, UN tidak jadi dilaksanakan membuat pengorbanan saya sepintas menjadi sia-sia karena sungguh sulit juga untuk menyiapkan calon peserta UN tahun ini dikarenakan wajib untuk mempunyai NISN yang valid sesuai dengan identitas aslinya, dan proses pengerjaan tersebut tidaklah sebentar perlu kesabaran juga ketelitian karena website untuk pengerjaan tersebut sering lemot karena banyak yang pakai ditambah harus menunggu persetujuan dari admin kabupaten membuat saya lupa waktu akan bekerja kadang siang kadang malam kadang subuh. Alhamdulillah semua siswa sudah lengkap dan valid, simulasi UNpun dibulan Januari berjalan cukup lancar meskpun ada saja masalah namun itulah yang dicari agar pelaksanaan UN Utama bisa berjalan lancar tanpa masalah untuk pelaksanaan nanti. Hmm Gara-gara si DIA UN nya ga jadi, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
2.) Ujian Madrasah
Ujian Madrasah ini bisa dilakukan asal tidak dilaksanakan di sekolah atau dengan pengerjaan yang berkerumun dalam 1 tempat, bisa tidak dilakukan dengan mengambil kelulusan nilai yang diambil dari semester 1 s/d 5. Itu kalimat yang saya dapatkan dari surat-surat edaran baik dari dinas pendidikan ataupun kementerian agama. Mengikuti himbauan dari kementerian agama kab. Sukabumi Pelaksanaan Ujian Madrasah batal dilaksanakan disekolah. Persiapan yang kembali sudah 95% dari soal-soal hinggal ruang ujian sudah ditempel nomor peserta akhirnya tidak ditempati, kembali saya harus melamun dengan tatapan kosong karena bingung juga ini soal-soal mau dibagaimanakan karena sekolah ini masih memakai sistem Ujian Madrasah berbasis kertas pensil bukan online, jika di onlinekan siswa-siswa pasti belum siap semua karena masih ada yang tidak punya HP, punya HP tidak semua punya kuota, itulah masalah yang dihadapi di sekolah saya waktu itu. Akhirnya panitia berunding dan hasilnya Ujian Madrasahpun di Take Home kan. Gara-gara si DIA UM nya jadi dikerjain di rumah, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
3.) Belajar Online
Siswa-siswa terhitung dari 16 Maret hingga sekarang menjadi belajar Online, banyak keluhan yang saya dapatkan mulai dari guru-guru seperti tidak aktifnya semua siswa yang mengerjakan tugas, padahal jika dilihat dalam grup WA siswa itu menyimak tapi tidak mengerjakan tugas, kuota yang terserap cukup banyak per-harinya, jawaban siswa yang cenderung sama persis dengan yang lain, kurangnya perhatian dari orang tua siswa sehingga siswa itu tidak tepat secara jawaban juga lamban dalam pengerjaan. Kemudian keluhan siswa seperti tidak punya kuota, materi yang kurang dimengerti, tidak efektifnya untuk berdiskusi. Namun disamping itu ada hal yang menarik juga ketika keterbatasan menimpa namun dengan tekad dan kesabaran yang kuat ia dapat melaluinya yaitu ada siswa yang mengumpulkan tugasnya yang sering kali malam hari, kebetulan itu merupakan tugas saya yang berikan, saya tanya kenapa kamu mengumpulkan tugas malam hari padahal saya suruh siang hari terakhir jam 14.00, dia menjawab “ Maaf Pak saya kirimnya malam hari karena saya ga punya kuota, malam hari saya bisa ikut wifian ke ortu yang pulang kerja” mendengar itu saya jadi terharu dan apresiasi karena masih ada siswa yang terus berjuang untuk menyelesaikan tugasnya. Kemudian adapula siswa yang sering telat mengerjakan hingga selesainya itu kadang sampe 3 hari lambannya baru mengumpulkan, saya tanya juga pada dia “kenapa kamu baru selesai mengumpulkan tugas” jawab dia “Maaf pak karena saya kalo pagi-pagi sampai siang bahkan sore hari suka disuruh ngasuh adik pa” saya tanya lagi “kenapa kamu ga ngunci diri dikamar untuk mengerjakan tugas-tugasnya” Ia menjawab “saya ga punya kamar pak, rumah saya ngontrak, jadi saya susah ngerjain tugas bahkan terkadang saya ikut kerumah temen buat ngerjain tugas biar tenang dan fokus” kembali hati saya terenyuh mendengarnya. Gara-gara si DIA belajarnya jadi Online, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
4.) Orang Tua Protes
Karena kegiatan belajar mengajar sudah dipindahkan ke rumah, ada saja orang tua yang menanyakan perihal keringanan pembayaran sekolah terutama SPP karena dinilai sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar disekolah padahal kegiatan tersebut dialihkan menjadi ke online yaitu siswa-siswa belajar secara online dengan guru memberikan tugas kepada siswa lewat grup WA. Kemudian, Uang Ujian yang orangtua siswa bahkan ada yang menanyakan seperti ini kepada saya selaku wali kelasnya lewat chat WA “Pak Maaf ini Uang Ujian apakah ada keringanan? kan UN ga jadi dilaksanakan terus uang itu dikemanakan mohon transparansinya” Gila, itu orangtua sampe ngomongnya kaya gitu, ga abis pikir juga saya, trus saya lapor deh ke kepala, beliau memberikan solusi dan cara menghadapinya, kata beliau “caranya harus malepah gedang meh raoseun ka anjena” kirain mau langsung sama beliau tapi tetep yang harus jawabnya sama saya dulu katanya kan selaku wali kelas, yowes saya hadapi deh itu orang tua, saya telpon dengan mengikuti arahan dari pak kepala yang lucunya ketika di chat WA isinya tuh seperti yang emosi menggebu-gebu tp setelah berbincang dengan saya akhirnya beliau paham dan memaklumi bhkan mnta maaf ats chat yg sblmnya, akhirnya masalah tersebut selesai juga. Gara-gara si DIA, saya jadi ngurusin orangtua siswa yang protes, aduuuh walaaah, apaboleh buat karena semua ini demi menghentikan penyebaran Covid-19 saya menerimanya dengan besar hati.
5.) Stigma Negatif dari Masyarakat
Awal bulan Mei 2020 di Kel. Benteng Kec. Warudoyong terdapat orang yang positif, itupun orang tersebut bekerja sebagai ART di rumah yang majikannya bekerja di sebuah instansi, dan di instansi tersebut majikannya terkena virus corona hingga akhirnya menyebar ke ART tersebut. Secara kediaman sebetulnya dia tidak tinggal dirumah yang di RW. 09 ketika dia positif namun ia pernah berkomunikasi dengan orang dirumahnya. Itulah info yang saya dapatkan dari beberapa tetangga dan info lainnya, secara wilayah betul dia masuk RW. yang bertepatan dengan domisili rumah saya sendiri, namun secara jarak antara kampung rumah saya dengan rumah yang sekarang orang-orangnya menjadi ODP itu cukup jauh bahkan dibatasi oleh pesawahan yang sangat luas namun orang-orang sering menyebut yang positif itu di kampung sebutlah “Paris” padahal rumah itu menurut saya tidak termasuk kampung ini, ko masih dikait-kaitkan dengan kampung ini, alhasil stigma negatif masyarakat bermunculan hingga istri saya dan saya sendiri pun terkena candaan rekan kerja ketika diadakan rapat secara langsung disekolah meskipun dengan memperhatikan protokol covid-19, candaanya seperti ini “Awas tah awaas di Kampung Prancis aya nu positif, kade ah kena” meskpiun hanya candaan tapi ga enak juga mendengarnya. Gara-gara si DIA, saya jadi kena stigma negatif, aduuuh walaaah, apaboleh buat.
6.) Eksistensi PMI Kota Sukabumi Meningkat Pesat
Selasa 17 Maret 2020 saya melihat berita online di Sukabumi Update PMI melaksanakan penyemprotan desinfektan di area Stasiun dan Terminal, setelah itu saya lihat banyak permintaan penyemprotan dari berbagai Pihak maupun Instansi untuk dilakukan penyemprotan desinfektan ke wilayah-wilayahnya, namun yang menjadi prioritas PMI adalah tempat-tempat umum seperti mesjid, perkantoran pemerintahan dan sekolah-sekolah. Kemudian PMI pun sering kali mengadakan penyemprotan gabungan dengan pihak dinkes, damkar maupun relawan lainnya atas permintaan dari Bapak Wali Kota. Disitu masyarakat menjadi lebih mengenal PMI bahwa tidak hanya Untuk donor darah saja akan tetapi PMI juga turut membantu dalam hal kesiapsiagaan dalam bencana ataupun pandemi corona ini. Hikmahnya Gara-gara si DIA, PMI Kota Sukabumi jadi melejit namanya.
7.) Kesigapan Warga
Kesigapan warga khususnya di Kampung saya adalah memportal jalan masuk ke kampung, kendaraan yang dari luar kota sukabumi tidak diperkenankan untuk bertamu ke kampung ini kecuali sudah mengisolasi diri atau dites terlebih dulu dan hasilnya negatif corona. Warga masyarakat dihimbau untuk selalu tetap dirumah, selalu memakai masker jika keluar rumah, menyediakan tempat untuk bercuci tangan disetiap RTnya dan terus menghimbau agar terus hidup bersih dan sehat oleh RT setempat. Gara-gara si DIA, Kampung saya jdi tidak sebebas sebelumnya
8. ) Kesigapan Sekolah
Selama waktu pelaksanaan Belajar Mengajar dipindahkan kerumah, sekolah telah mempersiapkan diri dengan membeli masker, hand sanitizer, penyemprotan desinfektan diseluruh lingkungan sekolah. Gara-gara si DIA, Sekolah saya jdi disemprot semua alhasil bau karbol juga wktu itu.
Jika lebih dirincikan mungkin cerita ini masih panjang, inilah cerita pengalaman saya dan pencegahan mengenai virus corona ini yang secara langsung saya rasakan.
Entah sampai kapan wabah corona ini akan berakhir, ada yang mengatakan di bulan Juni, Juli, Agustus, September dan mungkin akhir tahun 2020 ini. Yang jelas untuk saya sendiri selaku masyarakat virus ini tidak akan ada akhirnya kalau di diri kita sendiri tidak disiplin mengikuti anjuran pemerintah untuk selalu hidup bersih, rajin cuci tangan, makan makanan bergizi, tetap dirumah dan jika keluarpun harus selalu memakai masker dan jaga jarak dengan orang lain. Tetap semangat karena hidup tetap terus berjalan, Usaha harus terus dilakukan dan sisanya kita serahkan pada sang Maha Kuasa, Yang menciptakan segalanya dan yang bisa dengan Mudahnya membolak balikan kehidupan yaitu Allah SWT.
#SukabumiLawanCorona
#PMISukabumi