Roadshow Film Histeria "Legiun Tulang Lunak" Kelilingi Asia
Berita Warga 
Semarang -;Menyongsong puncak perayaan 20th Kolektif Hysteria, sebuah karya film dokumenter produksi Semaya Production House bertajuk : Legiun Tulang Lunak yang berkisah mengenai strategi komunitas Hysteria Semarang diputar di beberapa negara Asia. Perdana tur Asia film ini ditaja di Hope Space, 204 Soi Krungthonburi, 4, Khlong Ton Sai, Khlong San, Bangkok 10600, Thailand, Senin (21/4) kerjasama dengan komunitas lokal Baan Norg.
Film berdurasi 55 menit ini menjelajah perjalanan Kolektif Hysteria dari tahun ke tahun melibatkan berbagai komunitas maupun warga kampung baik skala Semarang maupun nasional.
Beberapa kampung di Semarang mendapatkan highlight seperti Jatiwayang, Petemesan, Bustaman, Kemijen, Randusari, dan juga satu kampung di Rembang yang menandai kerja-kerja Hysteria di desa.
Direktur Hysteria, Adin Khairudin menyebutkan selain Thailand film juga akan diputar di Vietnam, Filipina, Korea Selatan, dan Malaysia. "Tingkat lokal kami juga membawa kelilng film ini ke 30an kota membentang Jawa, Madura, dan Bali. Bahkan sebulan lalu diputar di sebuah kampus di Swiss," ujarnya.
Hysteria sendiri merupakan kolektif seni yang berdiri di Semarang sejak 11 September 2004 dan telah menginisiasi ribuan program seni dan budaya baik skala lokal maupun nasional. Film ini memotrer bagaimana kolektif bisa mewarnai dan mendinamisir kebudayaan di tempat mereka bermukim.
Dalam kedatangannya kali ini di Thailand rombongan Hysteria yang terdiri dari Ragil Maulana, Hananingsih W, M. Wan Fajar dan Adin tak hanya memutar film tapi juga studi banding menghadiri Wat Lai Fest (Extended Songkran) di Pattaya. Sebagaimana diketahui perang air bersama warga Bustaman jadi andalan program Hysteria sejak 2013. "Film jadi bahasa diplomasi budaya kami dengan jejaring utamanya di Asia, harapannya terjalin pertemanan kemudian kerjasama ke depan baik dari Semarang ke luar maupun dari Asia ke Semarang utamanya," tambah Wan Fajar, salah satu peserta rombongan.
Dalam jangka dekat mereka mencoba untuk membawa karya atau program internasional ini dalam acara dua tahunan mereka Agustus mendatang. (ril/Christian Saputro)
Film berdurasi 55 menit ini menjelajah perjalanan Kolektif Hysteria dari tahun ke tahun melibatkan berbagai komunitas maupun warga kampung baik skala Semarang maupun nasional.
Beberapa kampung di Semarang mendapatkan highlight seperti Jatiwayang, Petemesan, Bustaman, Kemijen, Randusari, dan juga satu kampung di Rembang yang menandai kerja-kerja Hysteria di desa.
Direktur Hysteria, Adin Khairudin menyebutkan selain Thailand film juga akan diputar di Vietnam, Filipina, Korea Selatan, dan Malaysia. "Tingkat lokal kami juga membawa kelilng film ini ke 30an kota membentang Jawa, Madura, dan Bali. Bahkan sebulan lalu diputar di sebuah kampus di Swiss," ujarnya.
Hysteria sendiri merupakan kolektif seni yang berdiri di Semarang sejak 11 September 2004 dan telah menginisiasi ribuan program seni dan budaya baik skala lokal maupun nasional. Film ini memotrer bagaimana kolektif bisa mewarnai dan mendinamisir kebudayaan di tempat mereka bermukim.
Dalam kedatangannya kali ini di Thailand rombongan Hysteria yang terdiri dari Ragil Maulana, Hananingsih W, M. Wan Fajar dan Adin tak hanya memutar film tapi juga studi banding menghadiri Wat Lai Fest (Extended Songkran) di Pattaya. Sebagaimana diketahui perang air bersama warga Bustaman jadi andalan program Hysteria sejak 2013. "Film jadi bahasa diplomasi budaya kami dengan jejaring utamanya di Asia, harapannya terjalin pertemanan kemudian kerjasama ke depan baik dari Semarang ke luar maupun dari Asia ke Semarang utamanya," tambah Wan Fajar, salah satu peserta rombongan.
Dalam jangka dekat mereka mencoba untuk membawa karya atau program internasional ini dalam acara dua tahunan mereka Agustus mendatang. (ril/Christian Saputro)
