Edukasi Catin; Wujudkan Keluarga Tangguh dan berkualitas PDNA Garut bekerjasama dengan Kemenag Garut
Community Discussion 
Masih maraknya pernikahan anak, kehamilan di luar nikah, dan perceraian yang terjadi di masyarakat tentu membuat hati kita semua miris. Salah satu faktor penyebab tingginya angka perceraian dan persoalan perkawinan lainnya dalam keluarga adalah karena ke-kurang-siapan pasangan dalam menghadapi kehidupan perkawinan itu sendiri, terutama kesiapan mental untuk menerima dan beradaptasi.
Sebagai organisasi dengan gerakan ramah perempuan dan anak, PDNA Garut selalu peduli dengan isu dan problematika perempuan dan anak, salah satunya dalam komitmen perwujudan keluarga muda tangguh dan berkualitas. Atas dasar realitas dan kebutuhan tersebut, PDNA Garut mengupayakan program yang diamanatkan oleh PPNA untuk membekali para calon pengantin dengan SAMARA COURSE (kursus Sakinah Mawadah Wa Rohmah/kuliah pra nikah). Harapannya kegiatan ini menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan keluarga tangguh dan kokoh dengan pilar-pilar yang mendukungnya, serta dapat memberikan kebermanfaatan dakwah untuk masyarakat luas di Kab.Garut.
Terkait langkah tersebut, PDNA Garut menemui Kepala Kemenag Kab.Garut, Bapak Dr. H.Cece Hidayat, M.Si. Bersama jajaran PDNA lainnya, Ketua Umum PDNA Garut, Eka Komalasari dan ketua Departemen Sosial, Rosi memaparkan urgensi dan konsep SAMARA Course sebagai salah satu alternatif dalam mengedukasi para catin (calon pengantin) di Kab.Garut. Dalam hal ini tentu dapat dilakukan sinergitas dan kolaborasi dengan Kemenag Kab.Garut sebagai pihak yang telah memiliki program terkait, terutama dalam hal penerbitan dokumen administratif catin yang telah mengikuti edukasi Pra nikah.
Menanggapi apa yang disampaikan oleh PDNA Garut, kepala Kemenag Garut menyambut baik mengenai rencana kerjasama dan upaya kolaborasi yang akan dilakukan ke depan mengenai urgensi kesiapan para catin dalam menyongsong pernikahan, terutama inisiasi ini muncul dari unsur masyarakat sipil, seperti halnya PDNA. Menurutnya, masyarakat saat ini masih belum mementingkan dalam menyiapkan pernikahan dengan matang, seperti masih banyaknya pernikahan di bawah umur dan perceraian yang tinggi. Kondisi ini turut pula menyumbang persoalan sosial masyarakat lainnya. Terutama persoalan Stunting, Kabupaten Garut saat ini memiliki tingkat kasus stunting yang cukup tinggi di Jawa Barat, hal demikian salah satu penyebabnya adalah banyaknya kasus perceraian, keluarga tidak utuh, anak terabaikan, atau orangtua terlampau sibuk. Beliau menambahkan bahwa saat ini Garut juga berada dalam kondisi darurat perceraian. Diperkirakan ada sekitar ribuan kasus perceraian per tahunnya, belum lagi yang kasusnya belum tercatat di KUA. Faktornya karena calon pengantin kurang pembekalan ilmu pernikahan, parenting, lemah dalam hal ekonomi atau buruknya manajemen keuangan keluarga. Pada akhirnya fenomena janda/duda ini mengakibatkan juga pada penelantaran anak.
Dari diskusi ini, nantinya PDNA Garut akan turut pula menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada Bupati Garut dalam upaya pencegahan praktik pernikahan di bawah umur dan memastikan catin sudah ter-edukasi. Rekomendasi kebijakan ini akan mendorong pemerintah untuk mewajibkan adanya tambahan kelengkapan administrasi, yaitu sertifikat pelatihan pra nikah kepada calon pengantin sebagai pra syarat wajib selain KK, KTP, Akta Lahir dan dokumen penting lainnya. Secara teknis, pra syarat ini nantinya akan diwajibkan oleh seluruh Kepala Desa di Kabupaten Garut, ketika masyarakat memproses persyaratan dokumen pernikahan.
Pertemuan ini diakhiri dengan komitmen kerjasama dan kolaborasi antara PDNA Garut sebagai salah satu OMS dan Kemenag Garut dalam upaya pembentukan keluarga yang berkualitas dan tangguh melalui edukasi bagi para catin. Program ini diharapkan dapat mencegah persoalan sosial kemasyarakatan lain di Kab.Garut, diantaranya kasus perceraian, kemiskinan, Stunting, AKI AKB, dan sebagainya.
@kominmas PDNA Garut
Sebagai organisasi dengan gerakan ramah perempuan dan anak, PDNA Garut selalu peduli dengan isu dan problematika perempuan dan anak, salah satunya dalam komitmen perwujudan keluarga muda tangguh dan berkualitas. Atas dasar realitas dan kebutuhan tersebut, PDNA Garut mengupayakan program yang diamanatkan oleh PPNA untuk membekali para calon pengantin dengan SAMARA COURSE (kursus Sakinah Mawadah Wa Rohmah/kuliah pra nikah). Harapannya kegiatan ini menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan keluarga tangguh dan kokoh dengan pilar-pilar yang mendukungnya, serta dapat memberikan kebermanfaatan dakwah untuk masyarakat luas di Kab.Garut.
Terkait langkah tersebut, PDNA Garut menemui Kepala Kemenag Kab.Garut, Bapak Dr. H.Cece Hidayat, M.Si. Bersama jajaran PDNA lainnya, Ketua Umum PDNA Garut, Eka Komalasari dan ketua Departemen Sosial, Rosi memaparkan urgensi dan konsep SAMARA Course sebagai salah satu alternatif dalam mengedukasi para catin (calon pengantin) di Kab.Garut. Dalam hal ini tentu dapat dilakukan sinergitas dan kolaborasi dengan Kemenag Kab.Garut sebagai pihak yang telah memiliki program terkait, terutama dalam hal penerbitan dokumen administratif catin yang telah mengikuti edukasi Pra nikah.
Menanggapi apa yang disampaikan oleh PDNA Garut, kepala Kemenag Garut menyambut baik mengenai rencana kerjasama dan upaya kolaborasi yang akan dilakukan ke depan mengenai urgensi kesiapan para catin dalam menyongsong pernikahan, terutama inisiasi ini muncul dari unsur masyarakat sipil, seperti halnya PDNA. Menurutnya, masyarakat saat ini masih belum mementingkan dalam menyiapkan pernikahan dengan matang, seperti masih banyaknya pernikahan di bawah umur dan perceraian yang tinggi. Kondisi ini turut pula menyumbang persoalan sosial masyarakat lainnya. Terutama persoalan Stunting, Kabupaten Garut saat ini memiliki tingkat kasus stunting yang cukup tinggi di Jawa Barat, hal demikian salah satu penyebabnya adalah banyaknya kasus perceraian, keluarga tidak utuh, anak terabaikan, atau orangtua terlampau sibuk. Beliau menambahkan bahwa saat ini Garut juga berada dalam kondisi darurat perceraian. Diperkirakan ada sekitar ribuan kasus perceraian per tahunnya, belum lagi yang kasusnya belum tercatat di KUA. Faktornya karena calon pengantin kurang pembekalan ilmu pernikahan, parenting, lemah dalam hal ekonomi atau buruknya manajemen keuangan keluarga. Pada akhirnya fenomena janda/duda ini mengakibatkan juga pada penelantaran anak.
Dari diskusi ini, nantinya PDNA Garut akan turut pula menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada Bupati Garut dalam upaya pencegahan praktik pernikahan di bawah umur dan memastikan catin sudah ter-edukasi. Rekomendasi kebijakan ini akan mendorong pemerintah untuk mewajibkan adanya tambahan kelengkapan administrasi, yaitu sertifikat pelatihan pra nikah kepada calon pengantin sebagai pra syarat wajib selain KK, KTP, Akta Lahir dan dokumen penting lainnya. Secara teknis, pra syarat ini nantinya akan diwajibkan oleh seluruh Kepala Desa di Kabupaten Garut, ketika masyarakat memproses persyaratan dokumen pernikahan.
Pertemuan ini diakhiri dengan komitmen kerjasama dan kolaborasi antara PDNA Garut sebagai salah satu OMS dan Kemenag Garut dalam upaya pembentukan keluarga yang berkualitas dan tangguh melalui edukasi bagi para catin. Program ini diharapkan dapat mencegah persoalan sosial kemasyarakatan lain di Kab.Garut, diantaranya kasus perceraian, kemiskinan, Stunting, AKI AKB, dan sebagainya.
@kominmas PDNA Garut
