Webinar Keberagaman untuk Mewujudkan Inklusi Sosial di Kota Solo
Berita Warga

Webinar dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2021. Hadir sebagai pembicara Bapak Indradi, Kepala Kantor Kesbangpol Kota Surakarta, Bapak Marzuki dari Gusdurian, Ibu Silvia Yulianti dari Atmago dan Bp. Akbarudin Arif Koordinator Komunitas Belajar Madani Kota Surakarta.
Bp. Marzuki dari Gusdurian menyampaikan
pentingnya mewujudkan toleransi dalam praktek. "Toleransi tidak sekedar kita diam. Toleransi yaitu saling mengenal, saling berinteraksi, dan memberikan manfaat.
Ormas (Organisasi Masyarakat) dibentuk dengan adanya kesamaan. Untuk kepentingan masyarakat. Dengan tujuan utama yang diperjuangkan," jelasnya.
Ibu Silvia dari Atma Connect. Dalam penjelasannya Atma Connect adalah organisasi non profit yang mempunyai misi menyadarkan masyarakat melalui teknologi untuk kepentingan bersama. Untuk mencapai misi itu dikembangkan Atmago
sebagai platform yang berbasis masyarakat untuk saling berbagi informasi. Dengan tagline "warga bantu warga". Ada menu yang bisa diakses seperti: berita warga, laporan warga, loker, berita event dll.
Ibu Silvia menekankan pentingnya platform sosial untuk menghadirkan suara asli dari pelaku. "Suara suara asli oleh pelaku sangat penting untuk dihadirkan," paparnya.
Sementara itu Bapak Indradi memulai presentasi dengan menyampaikan visi misi dan issue strategis Pembangunan Kota Surakarta. Disampaikan bahwa visi Pembangunan 2021-2026 Kota Surakarta adalah Mewujudkan Surakarta sebagai Kota Budaya yang Modern, Tangguh, Gesit, Kreatif dan Sejahtera. Sementara issue yang relevan dengan tema seminar adalah issue yakni pembangunan kondusivitas kota dan pemenuhan hak dasar masyarakat secara inklusif. Dalam paparan Kepala Kesbangpol Kota Surakarta, issue kelima ini digambarkan sebagai bola lampu yang menerangi penanganan persoalan persoalan yang lain. Issue. Inklusi sosial menjadi sangat penting karena Solo dikenal sebagai kota dengan sumbu pendek. Kegagalan mengelola inklusi sosial akan membuat pengelolaan persoalan persoalan yang lain tidak lancar.
Pak Indradi dalam paparannya menggarisbawahi harapan akan terwujudnya kota yang inklusif dengan menyampaikan,“ Harapannya tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak mau ber-Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak toleran terhadap perbedaan. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak menghargai penganut agama lain, warga suku lain, dan etnis lain.”
Pembicara keempat Akbarudin Arif menyampaikan adanya dua fenomena masyarakat secara sosiologis. Yang pertama sepertinya bersatu tetapi nyatanya bercerai berai dalam identitas dan urusan. Sementara yang kedua sepertinya bercerai berai sibuk dengan identitas dan urusan, tetapi sejatinya bersatu. Kendati tidak banyak diperhatikan, fenomena pertama saat ini menggejala sehingga masyarakat kedua in perlu diketemukan kembali dan diperkuat. Caranya? Dengan sinergi pengetahuan. Dimulai dari lingkaran terkecil, jika kita bertemu dengan identitas yang sama jadikan kesamaan itu menjadi alasan untuk bersatu. Dan jika bertemu dengan identitas yang berbeda, jadikanlah perbedaan itu menjadi alasan yang lebih besar untuk bersama dan bersatu. Dengan cara itu, kita perlahan menjadi masyarakat inklusif bersatu dalam kemanusiaan. (TINA- Kompip Solo)
Bp. Marzuki dari Gusdurian menyampaikan
pentingnya mewujudkan toleransi dalam praktek. "Toleransi tidak sekedar kita diam. Toleransi yaitu saling mengenal, saling berinteraksi, dan memberikan manfaat.
Ormas (Organisasi Masyarakat) dibentuk dengan adanya kesamaan. Untuk kepentingan masyarakat. Dengan tujuan utama yang diperjuangkan," jelasnya.
Ibu Silvia dari Atma Connect. Dalam penjelasannya Atma Connect adalah organisasi non profit yang mempunyai misi menyadarkan masyarakat melalui teknologi untuk kepentingan bersama. Untuk mencapai misi itu dikembangkan Atmago
sebagai platform yang berbasis masyarakat untuk saling berbagi informasi. Dengan tagline "warga bantu warga". Ada menu yang bisa diakses seperti: berita warga, laporan warga, loker, berita event dll.
Ibu Silvia menekankan pentingnya platform sosial untuk menghadirkan suara asli dari pelaku. "Suara suara asli oleh pelaku sangat penting untuk dihadirkan," paparnya.
Sementara itu Bapak Indradi memulai presentasi dengan menyampaikan visi misi dan issue strategis Pembangunan Kota Surakarta. Disampaikan bahwa visi Pembangunan 2021-2026 Kota Surakarta adalah Mewujudkan Surakarta sebagai Kota Budaya yang Modern, Tangguh, Gesit, Kreatif dan Sejahtera. Sementara issue yang relevan dengan tema seminar adalah issue yakni pembangunan kondusivitas kota dan pemenuhan hak dasar masyarakat secara inklusif. Dalam paparan Kepala Kesbangpol Kota Surakarta, issue kelima ini digambarkan sebagai bola lampu yang menerangi penanganan persoalan persoalan yang lain. Issue. Inklusi sosial menjadi sangat penting karena Solo dikenal sebagai kota dengan sumbu pendek. Kegagalan mengelola inklusi sosial akan membuat pengelolaan persoalan persoalan yang lain tidak lancar.
Pak Indradi dalam paparannya menggarisbawahi harapan akan terwujudnya kota yang inklusif dengan menyampaikan,“ Harapannya tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak mau ber-Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak toleran terhadap perbedaan. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak menghargai penganut agama lain, warga suku lain, dan etnis lain.”
Pembicara keempat Akbarudin Arif menyampaikan adanya dua fenomena masyarakat secara sosiologis. Yang pertama sepertinya bersatu tetapi nyatanya bercerai berai dalam identitas dan urusan. Sementara yang kedua sepertinya bercerai berai sibuk dengan identitas dan urusan, tetapi sejatinya bersatu. Kendati tidak banyak diperhatikan, fenomena pertama saat ini menggejala sehingga masyarakat kedua in perlu diketemukan kembali dan diperkuat. Caranya? Dengan sinergi pengetahuan. Dimulai dari lingkaran terkecil, jika kita bertemu dengan identitas yang sama jadikan kesamaan itu menjadi alasan untuk bersatu. Dan jika bertemu dengan identitas yang berbeda, jadikanlah perbedaan itu menjadi alasan yang lebih besar untuk bersama dan bersatu. Dengan cara itu, kita perlahan menjadi masyarakat inklusif bersatu dalam kemanusiaan. (TINA- Kompip Solo)