Warga Awilarangan Cianjur Kembali Membangun Desanya Pasca Gempa Melalui Gotong Royong - Bagian 2
Berita Warga

Bagian ke-2 dari artikel sebelumnya: https://www.atmago.com/berita-warga/warga-awilarangan-cianjur-kembali-membangun-desanya-pasca-gempa-melalui-gotong-royong-bagian-1_3f8f4c9e-af83-41d1-88b9-e1675475e14f
Gempa Cianjur mengajarkan kita atas pentingya rumah tahan gempa. Cianjur yang dianggap sebagai wilayah aman bencana ternyata tak luput dari bencana. Minim resiko bukan berarti tanpa resiko. Beberapa rumah yang masih berdiri kokoh justru adalah rumah panggung yang memang masuk dalam kategori rumah tahan gempa. Tak beda jauh dengan gempa Yogyakarta tahun 2006 dimana rumah kayu malah lebih mampu bertahan dibanding dengan tembok bata.
Dengan teknologi hari ini, pembangunan rumah tahan gempa tidak lagi rumah kayu tradisional namun rumah modern yang memang didesain untuk kuat menghadapi gempa. Sudah seharusnya konsep rumah tahan gempa menjadi bagian dari perencanaan pembangunan. Dengan banyaknya warga Cianjur yang kehilangan rumahnya, maka sudah selayaknya pemerintah mengulurkan tangannya membangunkan kembali rumah untuk masyarakat Cianjur. Tidak hanya sekedar membangun rumah, namun juga harus tahan gempa.
Gotong Royong Warga Aliwarangan
Kegiatan gotong-royong membersihkan puing-puing sisa gempa berjalan dengan lancar. Hujan yang terus turun bukanlah halangan yang berarti bagi warga Awilarangan. Terpal darurat didirikan demi berteduh dari hujan, meski beberapa kali kegiatan gotong-royong sempat terhenti karena hujan deras, tapi tidak dengan semangat warga Awilarangan. Tumpukan puing puing yang mengganggu area publik berhasil disingkirkan dan dialihkan untuk menutup jalan yang berlubang. Tidak hanya wilayah publik yang dibersihkan, beberapa rumah yang masih ada puing-puingnya juga dibersihkan.
Selain memang karena kebutuhan dalam membersihkan dan merapikan kembali lingkunganya, faktor religi ternyata cukup berperan dalam menggerakan masyarakat. Masyarakat Awilarangan yang mayoritas muslim merasa bahwa penting untuk mempersiapkan diri menyambut bulan ramadhan dan lebaran yang kian hari kian dekat.
Beberapa hal menarik terjadi selama gotong-royong berlangsung. Beberapa warga yang awalnya bersih-bersih sendiri menjadi tersadar dengan kemudahan yang didapatkan ketika melakukan gotong-royong. Maka dari situ sekali lagi perasaan perasaan kebersamaan dan kesamaan nasib berhasil diperkuat.
Kegiatan gotong royong tersebut ternyata memberikan kesan tersendiri bagi Herman. Salah satu yang paling berkesan oleh Herman terjadi ketika masyarakat melakukan kegiatan gotong-royong dengan membersihkan dan merenovasi mushola yang awalnya dipakai seadanya.
Awalnya Herman mengumumkan kegiatan gotong royong ini secara online yaitu di aplikasi www.atmago.com, kemudian warga menyambut baik inisiasi yang dibuat tersebut, dua hari warga bersih-bersih puing-puing secara bersama-sama.
“Ketika diadakan kerja bakti ini, warga menjadi sadar kembali setelah trauma pasca gempa dan kemudian mau bekerja bersama kembali, dua hari setelah kegiatan (gotong royong bersama), ada dua musala yang awalnya orang tidak terlalu pedulikan, akhirnya (masyarakat) bersih bersih musala, disamping kami juga mendapatkan dukungan juga dari Mas Alfan atma connect, ” ujar Pak Herman.
Sedangkan menurut Alfan dari Atma Connect melihat bahwa tidak semua kebutuhan warga pasca bencana mampu dipenuhi oleh pemerintah. Beberapa hal dapat diusahakan sendiri oleh masyarakat yang terdampak melalui kegiatan gotong-royong dalam upaya mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kembali pasca bencana menjadi prioritas utama, karena warga lebih faham kondisi yang dialami dan faham akan kebutuhannya. Melalui aplikasi yang dikembangkan atma connect yaitu AtmaGo warga warga bisa membuat acara-acara warga seperti gotong royong dengan mudah dan cepat.
Sebagai penutup, Alfan mengatakan bahwa “Gotong adalah kunci utama dimana warga saling bahu-membahu bekerja dan memberi solusi terbaik di saat krisis.”
Gempa Cianjur mengajarkan kita atas pentingya rumah tahan gempa. Cianjur yang dianggap sebagai wilayah aman bencana ternyata tak luput dari bencana. Minim resiko bukan berarti tanpa resiko. Beberapa rumah yang masih berdiri kokoh justru adalah rumah panggung yang memang masuk dalam kategori rumah tahan gempa. Tak beda jauh dengan gempa Yogyakarta tahun 2006 dimana rumah kayu malah lebih mampu bertahan dibanding dengan tembok bata.
Dengan teknologi hari ini, pembangunan rumah tahan gempa tidak lagi rumah kayu tradisional namun rumah modern yang memang didesain untuk kuat menghadapi gempa. Sudah seharusnya konsep rumah tahan gempa menjadi bagian dari perencanaan pembangunan. Dengan banyaknya warga Cianjur yang kehilangan rumahnya, maka sudah selayaknya pemerintah mengulurkan tangannya membangunkan kembali rumah untuk masyarakat Cianjur. Tidak hanya sekedar membangun rumah, namun juga harus tahan gempa.
Gotong Royong Warga Aliwarangan
Kegiatan gotong-royong membersihkan puing-puing sisa gempa berjalan dengan lancar. Hujan yang terus turun bukanlah halangan yang berarti bagi warga Awilarangan. Terpal darurat didirikan demi berteduh dari hujan, meski beberapa kali kegiatan gotong-royong sempat terhenti karena hujan deras, tapi tidak dengan semangat warga Awilarangan. Tumpukan puing puing yang mengganggu area publik berhasil disingkirkan dan dialihkan untuk menutup jalan yang berlubang. Tidak hanya wilayah publik yang dibersihkan, beberapa rumah yang masih ada puing-puingnya juga dibersihkan.
Selain memang karena kebutuhan dalam membersihkan dan merapikan kembali lingkunganya, faktor religi ternyata cukup berperan dalam menggerakan masyarakat. Masyarakat Awilarangan yang mayoritas muslim merasa bahwa penting untuk mempersiapkan diri menyambut bulan ramadhan dan lebaran yang kian hari kian dekat.
Beberapa hal menarik terjadi selama gotong-royong berlangsung. Beberapa warga yang awalnya bersih-bersih sendiri menjadi tersadar dengan kemudahan yang didapatkan ketika melakukan gotong-royong. Maka dari situ sekali lagi perasaan perasaan kebersamaan dan kesamaan nasib berhasil diperkuat.
Kegiatan gotong royong tersebut ternyata memberikan kesan tersendiri bagi Herman. Salah satu yang paling berkesan oleh Herman terjadi ketika masyarakat melakukan kegiatan gotong-royong dengan membersihkan dan merenovasi mushola yang awalnya dipakai seadanya.
Awalnya Herman mengumumkan kegiatan gotong royong ini secara online yaitu di aplikasi www.atmago.com, kemudian warga menyambut baik inisiasi yang dibuat tersebut, dua hari warga bersih-bersih puing-puing secara bersama-sama.
“Ketika diadakan kerja bakti ini, warga menjadi sadar kembali setelah trauma pasca gempa dan kemudian mau bekerja bersama kembali, dua hari setelah kegiatan (gotong royong bersama), ada dua musala yang awalnya orang tidak terlalu pedulikan, akhirnya (masyarakat) bersih bersih musala, disamping kami juga mendapatkan dukungan juga dari Mas Alfan atma connect, ” ujar Pak Herman.
Sedangkan menurut Alfan dari Atma Connect melihat bahwa tidak semua kebutuhan warga pasca bencana mampu dipenuhi oleh pemerintah. Beberapa hal dapat diusahakan sendiri oleh masyarakat yang terdampak melalui kegiatan gotong-royong dalam upaya mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kembali pasca bencana menjadi prioritas utama, karena warga lebih faham kondisi yang dialami dan faham akan kebutuhannya. Melalui aplikasi yang dikembangkan atma connect yaitu AtmaGo warga warga bisa membuat acara-acara warga seperti gotong royong dengan mudah dan cepat.
Sebagai penutup, Alfan mengatakan bahwa “Gotong adalah kunci utama dimana warga saling bahu-membahu bekerja dan memberi solusi terbaik di saat krisis.”