Upacara Adat Tarapan
Berita Warga
Upacara Adat Tarapan dalam upacara daur hidup di masyarakat Jawa yakni pada masa mensturasi pertama seorang anak biasanya umur 12-15 tahun, merupakan salah satu wujud menjaga keseimbangan antara alam kodrati dan adikodrati yang berangkat dari sistem religi masyarakat Jawa. Salah satu naskah yang dapat dijadikan sumber informasi lengkap untuk mengetahui prosesi, sarana, dan tata cara dalam upacara daur hidup adalah Serat Tatacara yang dikarang oleh Ki Padmasusastra pada tahun 1893 dan diterbitkan pada tahun 1911.. Jika dilihat dari sejak lahirnya serat jawa tersebut, maka upacara adat tarapan sebagai salah satu upacara daur hidup sudah dikenal lebih dari 128 tahun lamanya sudah ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa termasuk dalam hal ini Kraton Yogyakarta dan masyarakat dan dalam sumber lain disebutkan, sudah lebih dari 41 tahun tradisi ini juga dilakukan oleh masyarakat di luar kraton.
Secara umum upacara adat tarapan dimaksudkan untuk menyatakan kepada khalayak ramai bahwa individu yang diupacarakan telah memasuki status sosial yang baru, yaitu perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja atau dewasa.
Memang terjadi perbedaan uborampe sesaji yang dilakukan oleh golongan bangsawan dan masyarakat biasa. Meskipun begitu aspek pelaksanaannya tetap sama yaitu siraman, sungkem, dan doa.
Upacara adat Tarapan ini masih terus dilakukan di Keraton khususnya di kawedanan keparak, meski begitu tantangan perkembangan zaman justru menciptakan pola permintaan pasar. Komunitas, Paguyuban maupun Kelompok-Kelompk Paes yang ada di Yogyakarta seperti Pengantin Production, HARPI Melati Yogyakarta kemudian hadir menawarkan jasa-jasa penyelenggaraan event Upacara Adat Tarapan di Yogyakarta. Adanya saling silang permintaan dan penawaran ini melahirkan aktivitas ekonomi yang tidak saja menjadi bagian dari pemenuhan aspek pelestarian budaya namun juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha khususnya di bidang Paes.
Sumber: Warisan Budaya Tak Benda Yogyakarta (wbtbdiy.com)
Secara umum upacara adat tarapan dimaksudkan untuk menyatakan kepada khalayak ramai bahwa individu yang diupacarakan telah memasuki status sosial yang baru, yaitu perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja atau dewasa.
Memang terjadi perbedaan uborampe sesaji yang dilakukan oleh golongan bangsawan dan masyarakat biasa. Meskipun begitu aspek pelaksanaannya tetap sama yaitu siraman, sungkem, dan doa.
Upacara adat Tarapan ini masih terus dilakukan di Keraton khususnya di kawedanan keparak, meski begitu tantangan perkembangan zaman justru menciptakan pola permintaan pasar. Komunitas, Paguyuban maupun Kelompok-Kelompk Paes yang ada di Yogyakarta seperti Pengantin Production, HARPI Melati Yogyakarta kemudian hadir menawarkan jasa-jasa penyelenggaraan event Upacara Adat Tarapan di Yogyakarta. Adanya saling silang permintaan dan penawaran ini melahirkan aktivitas ekonomi yang tidak saja menjadi bagian dari pemenuhan aspek pelestarian budaya namun juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha khususnya di bidang Paes.
Sumber: Warisan Budaya Tak Benda Yogyakarta (wbtbdiy.com)