Takdir Baik Dan Buruk Telah Ditetapkan Allah SWT
Berita Warga

Tahukah Anda bahwa Allah telah menentukan surga dan neraka bagi kita?
Sejak dalam kandungan, Allah SWT sudah menentukan kita akan masuk surga ataupun masuk neraka. Hal tersebut disebutkan Rasulullah SAW dalam Kitab Takdir, Hadist Shahih Muslim. Hadist Muslim merupakan hadist yang sudah diterima kebenarannya (shahih) dan tidak diragukan lagi. Pertanyaannya, lalu apa gunanya kita beramal?
Berikut penjelasan Rasulullah SAW dalam hadist Shahih Muslim:
1. Hadis riwayat Anas bin Malik ra :
Sesungguhnya Allah mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? (surga atau neraka) Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya. (Shahih Muslim No. 4785)
2. Hadis riwayat Ali ra, ia berkata:
Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah SAW menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling Beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil.
Beliau SAW menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian Beliau bersabda: "Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia."
Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! "Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha?" Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara."
Kemudian Beliau SAW melanjutkan sabdanya: "Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara."
Kemudian Beliau SAW membacakan ayat berikut ini: "Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar." (Shahih Muslim No. 4786)
3. Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Rasulullah SAW ditanya: "Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka?" Rasulullah SAW menjawab: "Ya". Kemudian Beliau ditanya lagi: "Jadi untuk apa orang-orang harus beramal?" Rasulullah SAW menjawab: "Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya." (Shahih Muslim No. 4789)
4. Hadis riwayat Abu Hurairah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: "Pernah Adam dan Musa saling berdebat. Kata Musa: Wahai Adam, kamu adalah nenek moyang kami, kamu telah mengecewakan harapan kami dan mengeluarkan kami dari surga. Adam menjawab: Kamu Musa, Allah telah memilihmu untuk diajak berbicara dengan kalam-Nya dan Allah telah menuliskan untukmu dengan tangan-Nya. Apakah kamu akan menyalahkan aku karena suatu perkara yang telah Allah tentukan empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?" Nabi SAW bersabda: "Akhirnya Adam menang berdebat dengan Musa, akhirnya Adam menang berdebat dengan Musa." (Shahih Muslim No. 4793)
Buat apa kita beramal bila sudah ditentukan surga dan neraka untuk kita, dijawab Rasul SAW: "Seseorang akan dimudahkan, orang yang ditakdirkan masuk surga dimudahkan untuk berbuat kebaikan dan sebaliknya, maka beramal-lah!".
Berprasangka baik sajalah, bahwa kita ditaktdirkan masuk surga, dan tinggalkan perberbuatan dosa, karena belum tentu kita ditakdirkan untuk masuk neraka. Setiap kali kita sholat kita membaca: Ihdinas shirotol mustaqin (Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus). Allah tidak semena-mena dalam menentukan Takdir. Allah telah memberikan kita Al Qur'an sebagai petunjuk hidup, lengkap dengan contoh prakteknya yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Allah dan Rasul-Nya dengan penuh kasih sayang membimbing kita untuk berfikir dan beramal agar menjadi orang yang beruntung. Apa masih belum cukup Al Qur'an sebagai petunjuk kita untuk masuk syurga?. Bacalah surat Al Baqarah ayat 2 : "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
Berbuat kebaikan saja belum cukup!
Meskipun hingga hari ini kita sudah merasa banyak beramal shaleh (berbuat baik) janganlah merasa cukup. Perlu berdoa terus agar kita senantiasa diberikan petunjuk hingga kematian menjemput kita.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah SAW sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada kami: "Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula.
Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia.
Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka.
Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga." (Shahih Muslim No. 4781)
Benar-benar sempurna agama Islam yang Allah berikan kepada kita, hadist di ataslah yang membuat orang-orang shaleh tidak sombong dengan amal shalihnya. Orang-orang shalih tetap berdoa dan mengharapkan rahmat Allah. Orang shaleh juga tidak menghukumi ahli maksiat sebagai ahli neraka, karena siapa tahu dia akan bertobat di akhir hidupnya. Tentulah beda amal orang shaleh dengan amal penghuni neraka sebagaimana firman Allah (QS Az Zumar : 9-10) :
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar : 9)
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS Az Zumar : 10)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?. (Shahih Muslim No. 4803)
Hadist di atas menunjukkan bahwa keadaan setiap kita sama saat terlahir, yaitu sebagai orang yang suci. Namun selanjutnya, ada anak seorang alim yang mati tidak Islam, ada pula anak seorang non-muslim yang meninggal dalam keadaan Islam.
Firman Allah SWT:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan jangan sekali-kali mati kecuali sebagai muslim.” (QS Ali Imran ayat 102)
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS An-Nahl : 99-100).
Wallahu Warasuluhu A'lam bishawab, Wassalam.
Nurul Ma'rifat
Sejak dalam kandungan, Allah SWT sudah menentukan kita akan masuk surga ataupun masuk neraka. Hal tersebut disebutkan Rasulullah SAW dalam Kitab Takdir, Hadist Shahih Muslim. Hadist Muslim merupakan hadist yang sudah diterima kebenarannya (shahih) dan tidak diragukan lagi. Pertanyaannya, lalu apa gunanya kita beramal?
Berikut penjelasan Rasulullah SAW dalam hadist Shahih Muslim:
1. Hadis riwayat Anas bin Malik ra :
Sesungguhnya Allah mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? (surga atau neraka) Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya. (Shahih Muslim No. 4785)
2. Hadis riwayat Ali ra, ia berkata:
Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah SAW menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling Beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil.
Beliau SAW menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian Beliau bersabda: "Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia."
Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! "Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha?" Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara."
Kemudian Beliau SAW melanjutkan sabdanya: "Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara."
Kemudian Beliau SAW membacakan ayat berikut ini: "Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar." (Shahih Muslim No. 4786)
3. Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Rasulullah SAW ditanya: "Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka?" Rasulullah SAW menjawab: "Ya". Kemudian Beliau ditanya lagi: "Jadi untuk apa orang-orang harus beramal?" Rasulullah SAW menjawab: "Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya." (Shahih Muslim No. 4789)
4. Hadis riwayat Abu Hurairah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: "Pernah Adam dan Musa saling berdebat. Kata Musa: Wahai Adam, kamu adalah nenek moyang kami, kamu telah mengecewakan harapan kami dan mengeluarkan kami dari surga. Adam menjawab: Kamu Musa, Allah telah memilihmu untuk diajak berbicara dengan kalam-Nya dan Allah telah menuliskan untukmu dengan tangan-Nya. Apakah kamu akan menyalahkan aku karena suatu perkara yang telah Allah tentukan empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?" Nabi SAW bersabda: "Akhirnya Adam menang berdebat dengan Musa, akhirnya Adam menang berdebat dengan Musa." (Shahih Muslim No. 4793)
Buat apa kita beramal bila sudah ditentukan surga dan neraka untuk kita, dijawab Rasul SAW: "Seseorang akan dimudahkan, orang yang ditakdirkan masuk surga dimudahkan untuk berbuat kebaikan dan sebaliknya, maka beramal-lah!".
Berprasangka baik sajalah, bahwa kita ditaktdirkan masuk surga, dan tinggalkan perberbuatan dosa, karena belum tentu kita ditakdirkan untuk masuk neraka. Setiap kali kita sholat kita membaca: Ihdinas shirotol mustaqin (Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus). Allah tidak semena-mena dalam menentukan Takdir. Allah telah memberikan kita Al Qur'an sebagai petunjuk hidup, lengkap dengan contoh prakteknya yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Allah dan Rasul-Nya dengan penuh kasih sayang membimbing kita untuk berfikir dan beramal agar menjadi orang yang beruntung. Apa masih belum cukup Al Qur'an sebagai petunjuk kita untuk masuk syurga?. Bacalah surat Al Baqarah ayat 2 : "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
Berbuat kebaikan saja belum cukup!
Meskipun hingga hari ini kita sudah merasa banyak beramal shaleh (berbuat baik) janganlah merasa cukup. Perlu berdoa terus agar kita senantiasa diberikan petunjuk hingga kematian menjemput kita.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah SAW sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada kami: "Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula.
Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia.
Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka.
Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga." (Shahih Muslim No. 4781)
Benar-benar sempurna agama Islam yang Allah berikan kepada kita, hadist di ataslah yang membuat orang-orang shaleh tidak sombong dengan amal shalihnya. Orang-orang shalih tetap berdoa dan mengharapkan rahmat Allah. Orang shaleh juga tidak menghukumi ahli maksiat sebagai ahli neraka, karena siapa tahu dia akan bertobat di akhir hidupnya. Tentulah beda amal orang shaleh dengan amal penghuni neraka sebagaimana firman Allah (QS Az Zumar : 9-10) :
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar : 9)
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS Az Zumar : 10)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?. (Shahih Muslim No. 4803)
Hadist di atas menunjukkan bahwa keadaan setiap kita sama saat terlahir, yaitu sebagai orang yang suci. Namun selanjutnya, ada anak seorang alim yang mati tidak Islam, ada pula anak seorang non-muslim yang meninggal dalam keadaan Islam.
Firman Allah SWT:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan jangan sekali-kali mati kecuali sebagai muslim.” (QS Ali Imran ayat 102)
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS An-Nahl : 99-100).
Wallahu Warasuluhu A'lam bishawab, Wassalam.
Nurul Ma'rifat