Survei LKTS Pemberdayaan Perempuan Berbasis Pertanian
Berita Warga

Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) mengadakan survei di Dusun Krajan, Desa Pucung, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Isu yang diangkat diantaranya pemberdayaan perempuan berbasis ekonomi, hak-hak petani perempuan dan pemberdayaan ekonomi kreatif untuk perempuan. Direktur LKTS Yayah Maryamah menjelaskan, perempuan dalam bidang pertanian harus dijamin hak-haknya seperti bergiat di kelompok wanita tani, mengeluarkan pendapat untuk memajukan pertanian dan kesepahaman demi terwujudnya kesetaraan gender dalam bidang pertanian.
"Hal akses terhadap peluang, kesempatan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan hak tradisional hak perempuan juga memastikan akses perempuan terhadap informasi permodalan dan pemanfaatan sarana prasarana pertanian harus dijamin hak-haknya," jelasnya, Minggu (23/5).
Responden cukup antusias dan memberi respon positif salah satunya Wati. Perempuan dengan status kondisi ekonomi menengah ke bawah ini mengaku terbantu dengan survei dan penyuluhan dari LKTS ini.
"Sebagai petani yang setiap harinya bercocok tanam padi kami sangat merespon baik karena mendapat pemahaman hak-hak perempuan dalam bidang pertanian," ujarnya.
Sementara Siti warga lainya yang merupakan perantau asal Sumatera ini mengaku dalam keseharian dirinya sebagai ibu yang juga berperan pada sosial gender mesti membagi tugas dengan suaminya untuk memenuhi kebutuhan.
"Kami ibu-ibu ikut kelompok tani mengelola hasil bumi berupa sayur-sayuran dan perkebunan. Kami jual ke pasaran dan hasilnya untuk kesejahteraan anggota. Pengolahan hasil pertanian masih dilakukan secara tradisional harapan kami pengolahan lebih modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani," tandasnya.
"Hal akses terhadap peluang, kesempatan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan hak tradisional hak perempuan juga memastikan akses perempuan terhadap informasi permodalan dan pemanfaatan sarana prasarana pertanian harus dijamin hak-haknya," jelasnya, Minggu (23/5).
Responden cukup antusias dan memberi respon positif salah satunya Wati. Perempuan dengan status kondisi ekonomi menengah ke bawah ini mengaku terbantu dengan survei dan penyuluhan dari LKTS ini.
"Sebagai petani yang setiap harinya bercocok tanam padi kami sangat merespon baik karena mendapat pemahaman hak-hak perempuan dalam bidang pertanian," ujarnya.
Sementara Siti warga lainya yang merupakan perantau asal Sumatera ini mengaku dalam keseharian dirinya sebagai ibu yang juga berperan pada sosial gender mesti membagi tugas dengan suaminya untuk memenuhi kebutuhan.
"Kami ibu-ibu ikut kelompok tani mengelola hasil bumi berupa sayur-sayuran dan perkebunan. Kami jual ke pasaran dan hasilnya untuk kesejahteraan anggota. Pengolahan hasil pertanian masih dilakukan secara tradisional harapan kami pengolahan lebih modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani," tandasnya.