Siswa 4 Kelas di SMA Negeri Bekasi Harus Lesehan
Berita Warga

Siswa 4 Kelas di SMA Negeri Bekasi Harus Lesehan
Sebanyak 140 pelajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Kota Bekasi di Kelurahan Arenjaya, Bekasi Timur, terpaksa belajar sambil lesehan. Empat ruang kelas yang mereka tempati belum ada fasilitas meja dan kursi.
"Kaget, pertama kali masuk tak ada meja dan kursi," kata siswi kelas X, Octavia Hotmauli, Selasa, 25 Juli 2017.
Bahkan agar mereka bisa belajar di kelas itu dengan nyaman dan tak kedinginan, para pelajar terpaksa patungan hingga terkumpul Rp 400 ribu untuk membeli karpet, sapu, alat pel, maupun pengki. Mereka berharap kondisi tersebut tak berlarut-larut.
Para pelajar meminta pemerintah segera melengkapi ruang kelas mereka dengan furnitur sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar. "Capek, belajar sambil lesehan, inginnya segera difasilitasi meja dan kursi," kata Octavia.
Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 18 Kota Bekasi Elfi Suyanti mengatakan ada empat kelas yang belum dilengkapi furnitur, yaitu kelas X IPA 1 dan X IPS 1-3. "Kami sudah mengajukan ke provinsi," kata dia.
Elfi mengatakan kewenangan pengelolaan sekolah tingkat SMA/SMK di Bekasi kini menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun, SMA Negeri 18 Bekasi juga berharap Pemerintah Kota Bekasi ikut campur dalam menyediakan furnitur untuk kegiatan belajar-mengajar.
"Kasihan anak-anak belajarnya lesehan," ucapnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah mengatakan dinas tengah menjalin nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab, dinas pendidikan memberikan dana hibah untuk membantu SMA/SMK sebesar Rp 40 miliar. "Dana itu bisa digunakan kebutuhan di SMA/SMK," kata dia.
Dinas Pendidikan Kota Bekasi tak bisa langsung turun tangan karena terbentur kewenangan. Mulai Januari 2017, penanganan SMA/SMK Negeri di Bekasi diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. "Kewenangan kami hanya mengelola SD dan SMP negeri," kata Inayatullah.
ADI WARSONO (Tempo)
Sebanyak 140 pelajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Kota Bekasi di Kelurahan Arenjaya, Bekasi Timur, terpaksa belajar sambil lesehan. Empat ruang kelas yang mereka tempati belum ada fasilitas meja dan kursi.
"Kaget, pertama kali masuk tak ada meja dan kursi," kata siswi kelas X, Octavia Hotmauli, Selasa, 25 Juli 2017.
Bahkan agar mereka bisa belajar di kelas itu dengan nyaman dan tak kedinginan, para pelajar terpaksa patungan hingga terkumpul Rp 400 ribu untuk membeli karpet, sapu, alat pel, maupun pengki. Mereka berharap kondisi tersebut tak berlarut-larut.
Para pelajar meminta pemerintah segera melengkapi ruang kelas mereka dengan furnitur sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar. "Capek, belajar sambil lesehan, inginnya segera difasilitasi meja dan kursi," kata Octavia.
Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 18 Kota Bekasi Elfi Suyanti mengatakan ada empat kelas yang belum dilengkapi furnitur, yaitu kelas X IPA 1 dan X IPS 1-3. "Kami sudah mengajukan ke provinsi," kata dia.
Elfi mengatakan kewenangan pengelolaan sekolah tingkat SMA/SMK di Bekasi kini menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun, SMA Negeri 18 Bekasi juga berharap Pemerintah Kota Bekasi ikut campur dalam menyediakan furnitur untuk kegiatan belajar-mengajar.
"Kasihan anak-anak belajarnya lesehan," ucapnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah mengatakan dinas tengah menjalin nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab, dinas pendidikan memberikan dana hibah untuk membantu SMA/SMK sebesar Rp 40 miliar. "Dana itu bisa digunakan kebutuhan di SMA/SMK," kata dia.
Dinas Pendidikan Kota Bekasi tak bisa langsung turun tangan karena terbentur kewenangan. Mulai Januari 2017, penanganan SMA/SMK Negeri di Bekasi diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. "Kewenangan kami hanya mengelola SD dan SMP negeri," kata Inayatullah.
ADI WARSONO (Tempo)