Ruang alternatif itu bernama Perkabu
Citizen News

Mengapa di sebut alternatif ? karena alternatif adalah pilihan lain , & memang keberadaan Perkabu merupakan pilihan lain dari jawaban mereka yang menginginkan sesuatu yang berbeda, yang tidak bisa di dapat kemungkinan dimanapun kalau tidak datang ke Perkabu. Aaahh cukup sesumbar jadi kelihatannya tapi begitulah saya mendirikan Perkabu salah satu tujuannya agar yang datang mendapati sesuatu yang berbeda yang selama ini mereka tidak temui, walau Perkabu sendiri hadir karena faktor ketidak sengajaan. Loh kok bisa karena tidak sengaja ? ya memang pada awalnya sudah lama saya mendambakan berdirinya Perpustakaan di rumah, dimana orang – orang bisa meminjam bukunya tapi tidak sampai terpikirkan kalau menjadi seperti sekarang, yang menawarkan banyak macam kegiatan.
Di awali pada 14 desember 2018 dimana anak – anak kecil mulai memberanikan diri masuk ke Perpustakaan berlama – lama di dalamnya, yang awalnya malu – malu untuk meminjam Buku & kalaupun berani masuk Cuma sebentar saja, sebenarnya mereka tidak akan tahu kalau saya memiliki banyak buku andai saja tidak melihat saya & teman – teman mempersiapkan per 2 minggu sekali untuk melapakkan Buku di Taman Danau Duta harapan dengan mengatasnamakan Perpustakaan jalanan Bekasi sebagai komunitasnya, dari situ anak – anak kecil sekitar mulai mengamati & tahu bahwa saya memiliki banyak buku & kertas print out gambar untuk di warnai maka bermulalah kisah saya bersama anak – anak kecil di lingkungan dalam meramaikan ruang yang saya beri nama PERKABU dari sekian nama awalnya yang saya pikirkan, kenapa akhirnya nama Perkabu yang saya pilih ? karena saya pikir yang paling relevan dari keberadaan tempatnya & Perpustakaan sendiri saya pikir kata yang lebih orang gampang mudah ingat untuk semua usia ketimbang saya sematkan kata Taman baca, & lazimnya Taman baca masyarakat disitu banyak agenda kegiatan di dalamnya & waktu itu saya belum sanggup membuat banyak macam aktifitas maka sebutan Taman baca bagi saya masih terlalu berat dalam mengembannya.
Kalau di tanya lebih sulit mana mengerjakan Perpustakaan jalanan atau Taman Baca masyarakat ? saya akan jawab lebih sulit menjalankan taman baca masyarakat karena disitu ide kita di tantang untuk berkembang, tidak seperti di Perpustakaan jalanan dimana bawa buku – buku di gelar kemudian selesai. Oleh karenanya ketika baru memulai saya butuh referensi dalam membuat taman Baca masyarakat syukur Alhamdulillah dari cari tahu info kesana – kesini Rumah Baca Ummi menjadi tolok ukur untuk saya membuat Taman Baca Masyarakat, tanpa waktu yang begitu lama akhirnya saya mendapatkan nomer dari Ummi pegiat RBU, yang pada akhirnya saya janjian akan main kesana untuk bertanya jawab bagaimana caranya menjalankan TBM, dari modal perjumpaan saya bersama Ummi cukup membuat saya memantapkan diri bahwasanya saya siap menggerakkan Taman Baca Masyarakat dengan berbagai agenda di dalamnya & akhirnya ada 2 kawan yang tertarik berpartisipasi di Perkabu, keduanya wanita yang satu bernama Tika & satunya lagi bernama Nissa, sebenarnya ada 2 lagi kawan yang sudah hadir meramaikan keberadaan Perkabu, keduanya laki – laki yang satu bernama Imam & satunya lgi bernama Ukhy tapi karena kesibukan & lain hal mereka hanya sesekali datang setelah itu tidak lagi.
Masih banyak hal yangelum bisa saya kuasai dalam membersamai berjalannya Perkabu, relawan pertemanan yang awalnya bisa hadir di kehidupan anak – anak sekitar satu persatu mempunyai kesibukan, jadilah saya seorang diri yang harus menjalankan, tapi bersyukur selalu saja ada yang melengkapi keterbatasan saya dengan adanya kegiatan yang beri nama “ BERBAGI DI PERKABU “ yang kini sudah ke sembilan belas kali berjalan. serta ada juga yang namanya BERBINCANG DI PERKABU yang sudah sebelas kali dilaksanakan. kalau di Berbagi Perkabu lebih ke melatih kreatifitas anak-anak, di Berbincang Perkabu lebih mewadahi anak-anak muda yang ingin membicarakan apapun. yang InshaAlloh ada manfaat didalamnya.
#ayomenulis
Di awali pada 14 desember 2018 dimana anak – anak kecil mulai memberanikan diri masuk ke Perpustakaan berlama – lama di dalamnya, yang awalnya malu – malu untuk meminjam Buku & kalaupun berani masuk Cuma sebentar saja, sebenarnya mereka tidak akan tahu kalau saya memiliki banyak buku andai saja tidak melihat saya & teman – teman mempersiapkan per 2 minggu sekali untuk melapakkan Buku di Taman Danau Duta harapan dengan mengatasnamakan Perpustakaan jalanan Bekasi sebagai komunitasnya, dari situ anak – anak kecil sekitar mulai mengamati & tahu bahwa saya memiliki banyak buku & kertas print out gambar untuk di warnai maka bermulalah kisah saya bersama anak – anak kecil di lingkungan dalam meramaikan ruang yang saya beri nama PERKABU dari sekian nama awalnya yang saya pikirkan, kenapa akhirnya nama Perkabu yang saya pilih ? karena saya pikir yang paling relevan dari keberadaan tempatnya & Perpustakaan sendiri saya pikir kata yang lebih orang gampang mudah ingat untuk semua usia ketimbang saya sematkan kata Taman baca, & lazimnya Taman baca masyarakat disitu banyak agenda kegiatan di dalamnya & waktu itu saya belum sanggup membuat banyak macam aktifitas maka sebutan Taman baca bagi saya masih terlalu berat dalam mengembannya.
Kalau di tanya lebih sulit mana mengerjakan Perpustakaan jalanan atau Taman Baca masyarakat ? saya akan jawab lebih sulit menjalankan taman baca masyarakat karena disitu ide kita di tantang untuk berkembang, tidak seperti di Perpustakaan jalanan dimana bawa buku – buku di gelar kemudian selesai. Oleh karenanya ketika baru memulai saya butuh referensi dalam membuat taman Baca masyarakat syukur Alhamdulillah dari cari tahu info kesana – kesini Rumah Baca Ummi menjadi tolok ukur untuk saya membuat Taman Baca Masyarakat, tanpa waktu yang begitu lama akhirnya saya mendapatkan nomer dari Ummi pegiat RBU, yang pada akhirnya saya janjian akan main kesana untuk bertanya jawab bagaimana caranya menjalankan TBM, dari modal perjumpaan saya bersama Ummi cukup membuat saya memantapkan diri bahwasanya saya siap menggerakkan Taman Baca Masyarakat dengan berbagai agenda di dalamnya & akhirnya ada 2 kawan yang tertarik berpartisipasi di Perkabu, keduanya wanita yang satu bernama Tika & satunya lagi bernama Nissa, sebenarnya ada 2 lagi kawan yang sudah hadir meramaikan keberadaan Perkabu, keduanya laki – laki yang satu bernama Imam & satunya lgi bernama Ukhy tapi karena kesibukan & lain hal mereka hanya sesekali datang setelah itu tidak lagi.
Masih banyak hal yangelum bisa saya kuasai dalam membersamai berjalannya Perkabu, relawan pertemanan yang awalnya bisa hadir di kehidupan anak – anak sekitar satu persatu mempunyai kesibukan, jadilah saya seorang diri yang harus menjalankan, tapi bersyukur selalu saja ada yang melengkapi keterbatasan saya dengan adanya kegiatan yang beri nama “ BERBAGI DI PERKABU “ yang kini sudah ke sembilan belas kali berjalan. serta ada juga yang namanya BERBINCANG DI PERKABU yang sudah sebelas kali dilaksanakan. kalau di Berbagi Perkabu lebih ke melatih kreatifitas anak-anak, di Berbincang Perkabu lebih mewadahi anak-anak muda yang ingin membicarakan apapun. yang InshaAlloh ada manfaat didalamnya.
#ayomenulis