RESTORASI SUNGAI CITARUM MELALUI PENERAPAN PENGELOLAAN KELAS APIK (APUNG YANG INOVATIF, KREATIF)
Berita Warga

Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di wilayah Jawa Barat. Sungai dengan panjang 278 kilometer tersebut membelah sebagian besar wilayah Jawa Barat, khususnya bagian tengah hingga ke bagian barat. Sungai yang berhulu di Gunung Wayang di Kabupaten Bandung dan bermuara di Laut Jawa, khususnya daerah Karawang. Sungai citarum terkenal dengan seribu ceritanya, dimulai dari mitos dan legenda hingga fakta serta kondisinya dari waktu ke waktu.
Sungai Citarum merupakan salah satu sumber kehidupan utama beberapa wilayah Jawa Barat. Fakta menariknya, sungai ini di ‘potong’ oleh tiga bendungan besar. Tiba bendungan tersebut merupakan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) untuk daerah Jawa dan Bali. Ketiga bendungan tersebut adalah Bendungan Saguling yang ada dibagian hulu sungai, bendungan Cirata dan bendungan Jatiluhur yang ada di pertengahan sungai. Ketiga bendungan tersebut merupakan pemasok listrik utama untuk daerah Jawa dan Bali. Melalui bendungan tersebut, sungai citarum bukan hanya bermanfaat bagi daerah yang dilewatinya namun sampai terasa seantero pulau Jawa bahkan hingga menyebrang ke pulau Bali.
Selain sebagai sumber penghasil listrik melalui PLTA, sungai Citarum juga sebagai sumber irigasi utama bagi daerah pertanian. Salah satunya adalah lumbung padi Jawa Barat yaitu Karawang. Selain sumber irigasi untuk pengairan pertanian, sungai Citarum juga merupakan sumber pengairan utama bagi berbagai sektor kehidupan (industrial maupun non-industrial) di daerah Karawang-Bekasi. Pengairan tersebut juga yang membuat berkembangnya daerah industri di Karawang dan Bekasi.
Selain sederet sisi positif yang dibawa oleh aliran sungai Citarum, ada pula dampak negatif. Dampak negatif yang paling terasa adalah pencemaran yang terjadi. Bahkan pada tahun 2018, menurut World Bank merupakan sungai terkotor di dunia. Tingkat pencemaran yang terjadi di sungai Citarum begitu parah hingga menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Bukan hanya masalah kesehatan bagi manusia yang bergantung pada sungai Citarum, namun dampak jangka panjang pada lingkungan menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Banyak solusi yang diberikan dan diberlakukan guna merestorasi kondisi sungai Citarum. Salah satu program yang mendukung restorasi tersebut adalah program pengabdian kepada masyarakat bagi Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat merupakan program wajib dari Perguruan Tinggi sebagai salah satu cara implementasi ilmu-ilmu yang telah dipelajari ke ranah masyarakat, agar semua kalangan dapat merasakan manfaatnya. Program pengabdian yang dirahkan melalui Kementrian Pendidikan Dirjen Pendidikan Tinggi adalah Program Citarum Harum. Tujuan utama dari program tersebut adalah merestorasi sungai Citarum dengan bantuan berbagai elemen, baik akademisi dari praktisi pendidikan, para aparat keamanan TNI dan Polri, kerja sama antar perusahaan dan elemen masyarakat.
Salah satu solusi yang telah dilaksanakan adalah program restorasi sungai Citarum melalui Kelas APIK (Apung yang Kreatif dan Inovatif). Kegiatan Kelas APIK merupakan bentuk implementasi dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Program tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa UPI Kampus Purwakarta atas nama Mukhammad Ady Wahyudi, Luluk Dwi Septianingrum, Emilia Sutiasih, Muhammad Rifki Mauludin, dan Nouval Pratama. Sebuah kegiatan yang berhasil mendapatkan pendanaan PKM dari Kemenristekdikti pada tahun 2019.
Kelas APIK merupakan program edukasi mengenai restorasi sungai Citarum dengan metode kelas apung sebagai ruang belajarnya. Terdapat 5 (lima) program yang diadakan dalam Kelas APIK, yaitu: 1) Kelas Merdu; 2) Kelas Asyik; 3) Berhitung Cerita; 4) Kelas Terampil; 5) Bogoh ka Walungan. Masing-masing program tersebut memiliki makna dan tujuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak disekitar sungai Citarum di daerah Cikaobandung, Purwakarta.
Sungai Citarum merupakan salah satu sumber kehidupan utama beberapa wilayah Jawa Barat. Fakta menariknya, sungai ini di ‘potong’ oleh tiga bendungan besar. Tiba bendungan tersebut merupakan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) untuk daerah Jawa dan Bali. Ketiga bendungan tersebut adalah Bendungan Saguling yang ada dibagian hulu sungai, bendungan Cirata dan bendungan Jatiluhur yang ada di pertengahan sungai. Ketiga bendungan tersebut merupakan pemasok listrik utama untuk daerah Jawa dan Bali. Melalui bendungan tersebut, sungai citarum bukan hanya bermanfaat bagi daerah yang dilewatinya namun sampai terasa seantero pulau Jawa bahkan hingga menyebrang ke pulau Bali.
Selain sebagai sumber penghasil listrik melalui PLTA, sungai Citarum juga sebagai sumber irigasi utama bagi daerah pertanian. Salah satunya adalah lumbung padi Jawa Barat yaitu Karawang. Selain sumber irigasi untuk pengairan pertanian, sungai Citarum juga merupakan sumber pengairan utama bagi berbagai sektor kehidupan (industrial maupun non-industrial) di daerah Karawang-Bekasi. Pengairan tersebut juga yang membuat berkembangnya daerah industri di Karawang dan Bekasi.
Selain sederet sisi positif yang dibawa oleh aliran sungai Citarum, ada pula dampak negatif. Dampak negatif yang paling terasa adalah pencemaran yang terjadi. Bahkan pada tahun 2018, menurut World Bank merupakan sungai terkotor di dunia. Tingkat pencemaran yang terjadi di sungai Citarum begitu parah hingga menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Bukan hanya masalah kesehatan bagi manusia yang bergantung pada sungai Citarum, namun dampak jangka panjang pada lingkungan menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Banyak solusi yang diberikan dan diberlakukan guna merestorasi kondisi sungai Citarum. Salah satu program yang mendukung restorasi tersebut adalah program pengabdian kepada masyarakat bagi Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat merupakan program wajib dari Perguruan Tinggi sebagai salah satu cara implementasi ilmu-ilmu yang telah dipelajari ke ranah masyarakat, agar semua kalangan dapat merasakan manfaatnya. Program pengabdian yang dirahkan melalui Kementrian Pendidikan Dirjen Pendidikan Tinggi adalah Program Citarum Harum. Tujuan utama dari program tersebut adalah merestorasi sungai Citarum dengan bantuan berbagai elemen, baik akademisi dari praktisi pendidikan, para aparat keamanan TNI dan Polri, kerja sama antar perusahaan dan elemen masyarakat.
Salah satu solusi yang telah dilaksanakan adalah program restorasi sungai Citarum melalui Kelas APIK (Apung yang Kreatif dan Inovatif). Kegiatan Kelas APIK merupakan bentuk implementasi dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Program tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa UPI Kampus Purwakarta atas nama Mukhammad Ady Wahyudi, Luluk Dwi Septianingrum, Emilia Sutiasih, Muhammad Rifki Mauludin, dan Nouval Pratama. Sebuah kegiatan yang berhasil mendapatkan pendanaan PKM dari Kemenristekdikti pada tahun 2019.
Kelas APIK merupakan program edukasi mengenai restorasi sungai Citarum dengan metode kelas apung sebagai ruang belajarnya. Terdapat 5 (lima) program yang diadakan dalam Kelas APIK, yaitu: 1) Kelas Merdu; 2) Kelas Asyik; 3) Berhitung Cerita; 4) Kelas Terampil; 5) Bogoh ka Walungan. Masing-masing program tersebut memiliki makna dan tujuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak disekitar sungai Citarum di daerah Cikaobandung, Purwakarta.