RENUNGAN SANG GURU DI HARI GURU Oleh : Zulkarna
Berita Warga 
Peran guru dalam memajukan bangsa kedepan sungguh besar dan sangat menentukan. Di pundak gurulah nasib bangsa bergantung. Para guru adalah ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kecerdasan maka bangsa tidak mudah terjajah. Dengan kecerdasan akan mampu menjaga marwah dan martabat bangsa, serta dengan keceradasan akan mampu membawa keadilan dan kesejahteraan bagi bangsa dan negara. Para guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik serta menanamkan ahlakkul karimah. Pada tahap awal kebangkitan nasional, para guru aktif dalam organisasi pemuda pembela tanah air dan pembina jiwa serta semangat para pemuda pelajar. Oleh karena itu, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional yang diperingati oleh semua guru di seluruh Indonesia dengan berbagai bentuk kegiatan.
Para guru patut berbangga hati karena penghormatan yang diberikan pemerintah sangatlah besar, oleh karena itu Hari Guru Nasional patut dirayakan semeriah mungkin agar semangat para guru akan tertanam semakin dalam kebanggaan sebagai guru. Hiruk pikuk perayaan Hari Guru yang dirangkai dengan berbagai kegiatan menambah semaraknya kemeriahan perayaan Hut Guru tersebut. Saking meriahnya ahirnya kita lupa apa sesungguhnya esensi perayaan hari guru nasional. Di Hari Guru ini jangan hanya kita larut pada euforia seremonial., namun mari kita jadikan sebagai momentum perenungan dan refleksi diri sejauh mana pengabdian dan peningkatan kompetensi kita sebagai pekerja pengetahuan (knowledge worker) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kita.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Merujuk pada undang-undang tersebut ternyata tugas guru amatlah berat. Tugas guru bukan hanya mengajar ataupun melatih keterampilan sesuai dengan minat dan bakat anak, namun yang paling esensial adalah bagaimana seorang guru mampu mendidik anak untuk meperbaiki perilaku dan karakter mereka. Pintar di otak tidak cukup kalau tidak pintar di hati, keterampilannya hebat tidak bermakna kalau tidak dibungkus dengan ahklakul karimah.
Oleh karena itu di hari ulang tahun guru ini, kita jadikan sebagai momentum untuk terus memotivasi diri dalam bekerja, kita bangun semangat untuk selalu meningkatkan kompetensi baik pada penguasaan materi, metode, dan media pembelajaran, kemampuan pedagogis, serta kemampuan untuk berinteraksi dengan peserta didik, orang tua/wali ataupan dengan masyarakat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kempetensi, profesionalitas, dan solidaritas kita, diperlukan langkah-langkah strategis dan kolaboratif. Hal ini bisa dilakukan bersama melalui seminar, workshop, diskusi pada kelompok-kelompok kerja seperti MGMP ataupun KKG. Pada wadah tersebut kita bisa berdiskusi berbagi ilmu maupun berbagi praktik baik dengan selalu menjaga kode etik dan standar profesi guru.
Dengan demikian, maka peringatan Hari Guru tahun ini akan lebih bermakna apabila kita mampu mengambil hikmahnya yaitu mengambil pelajaran dari para pahlawan pendidikan kita lalu kita renungkan dan introspeksi diri sejauh mana kita tekah melaksanakan tugas sebagai guru, seberapa banyakkah kontrubusi yang telah kita dedikasikan untuk pendidikan, serta sejauh mana kita telah berupaya meningkatkan kompetensi kita dalam menghadapi tantangan masa depan pendidikan yang semakin kompleks. Untuk mencapai tingkat kesadaran tersebut dibutuh ketulusan dan keikhlasan serta tanggung jawab moral tinggi untuk merubah pola pikir (mindset), pola hati (heartset) dan pola aksi (actionset) dalam menjalankan tugas sebagai guru yang sejati-jatinya. Semoga kita semua tergolong guru-guru yang sejati. Amin!
Para guru patut berbangga hati karena penghormatan yang diberikan pemerintah sangatlah besar, oleh karena itu Hari Guru Nasional patut dirayakan semeriah mungkin agar semangat para guru akan tertanam semakin dalam kebanggaan sebagai guru. Hiruk pikuk perayaan Hari Guru yang dirangkai dengan berbagai kegiatan menambah semaraknya kemeriahan perayaan Hut Guru tersebut. Saking meriahnya ahirnya kita lupa apa sesungguhnya esensi perayaan hari guru nasional. Di Hari Guru ini jangan hanya kita larut pada euforia seremonial., namun mari kita jadikan sebagai momentum perenungan dan refleksi diri sejauh mana pengabdian dan peningkatan kompetensi kita sebagai pekerja pengetahuan (knowledge worker) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kita.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Merujuk pada undang-undang tersebut ternyata tugas guru amatlah berat. Tugas guru bukan hanya mengajar ataupun melatih keterampilan sesuai dengan minat dan bakat anak, namun yang paling esensial adalah bagaimana seorang guru mampu mendidik anak untuk meperbaiki perilaku dan karakter mereka. Pintar di otak tidak cukup kalau tidak pintar di hati, keterampilannya hebat tidak bermakna kalau tidak dibungkus dengan ahklakul karimah.
Oleh karena itu di hari ulang tahun guru ini, kita jadikan sebagai momentum untuk terus memotivasi diri dalam bekerja, kita bangun semangat untuk selalu meningkatkan kompetensi baik pada penguasaan materi, metode, dan media pembelajaran, kemampuan pedagogis, serta kemampuan untuk berinteraksi dengan peserta didik, orang tua/wali ataupan dengan masyarakat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kempetensi, profesionalitas, dan solidaritas kita, diperlukan langkah-langkah strategis dan kolaboratif. Hal ini bisa dilakukan bersama melalui seminar, workshop, diskusi pada kelompok-kelompok kerja seperti MGMP ataupun KKG. Pada wadah tersebut kita bisa berdiskusi berbagi ilmu maupun berbagi praktik baik dengan selalu menjaga kode etik dan standar profesi guru.
Dengan demikian, maka peringatan Hari Guru tahun ini akan lebih bermakna apabila kita mampu mengambil hikmahnya yaitu mengambil pelajaran dari para pahlawan pendidikan kita lalu kita renungkan dan introspeksi diri sejauh mana kita tekah melaksanakan tugas sebagai guru, seberapa banyakkah kontrubusi yang telah kita dedikasikan untuk pendidikan, serta sejauh mana kita telah berupaya meningkatkan kompetensi kita dalam menghadapi tantangan masa depan pendidikan yang semakin kompleks. Untuk mencapai tingkat kesadaran tersebut dibutuh ketulusan dan keikhlasan serta tanggung jawab moral tinggi untuk merubah pola pikir (mindset), pola hati (heartset) dan pola aksi (actionset) dalam menjalankan tugas sebagai guru yang sejati-jatinya. Semoga kita semua tergolong guru-guru yang sejati. Amin!
