Renungan Bersama di Masjid Al-Jumal: Bahaya ‘Merasa Penting’, Penyakit Hati yang Merusak Ibadah
Berita Warga

Atmago.com, Yogyakarta---Ceramah ba’da sholat subuh di Masjid Al-Jumal, Kampung Ngelak Lor, Kelurahan Sorosutan, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (15/3/2025) disampaikan oleh Ustadz Abdul Razaq, M.Si, yang mengajak mereka merenungi perjalanan ibadah dan pentingnya muhasabah diri.
Dalam ceramahnya, Ustadz Razaq menekankan betapa pentingnya refleksi diri atas ibadah yang telah dijalani selama bulan Ramadhan. Ia mengingatkan, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 18, bahwa setiap manusia diperintahkan untuk memperhatikan apa yang telah diperbuatnya demi kehidupan akhirat.
Muhasabah adalah langkah utama menuju peningkatan diri agar mencapai derajat taqwa, karena hanya orang-orang bertaqwalah yang dimuliakan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Hujurat ayat 13.
Di antara sikap yang perlu dihindari adalah perasaan “Merasa Penting” yang tanpa disadari dapat menggerogoti nilai ibadah seseorang. Menurut Ustadz Razaq, sikap ini bisa melahirkan kesombongan dan sikap merendahkan orang lain.
Ia mengingatkan jamaah dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 yang melarang seseorang mengolok-olok atau meremehkan orang lain, karena boleh jadi yang diremehkan justru lebih baik di sisi Allah.
Menurut Ustadz Razaq, dalam kehidupan sehari-hari, “Merasa Penting” bisa muncul dalam bentuk kesombongan, merasa lebih unggul dari orang lain, atau keyakinan bahwa suatu keberhasilan hanya terjadi karena dirinya.
Misalnya, seseorang mengatakan, “Kalau bukan saya, siapa lagi?” atau “Kalau tidak ada saya, ini tidak akan berhasil”. Ungkapan-ungkapan seperti ini dapat merendahkan kontribusi orang lain dan menanamkan rasa angkuh dalam hati.
Dalam Islam, sikap sombong seperti ini sangat dilarang karena dapat merusak nilai ibadah. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Orang yang “Merasa Penting” seringkali lupa bahwa semua keberhasilan sejatinya adalah karunia Allah. Mereka terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang menyadari bahwa kesuksesan merupakan hasil dari kerja sama, doa, serta izin Allah.
Lebih lanjut, Ustadz Razaq mengajak jamaah untuk mengubah pola pikir dari “Merasa Penting” menjadi “Penting Merasa”. Maksudnya, seseorang harus lebih peka terhadap keberadaan dan kontribusi orang lain dalam kehidupan.
Sikap angkuh seperti merasa paling berjasa dalam suatu keberhasilan, sebagaimana diungkapkan dalam perkataan seperti “Kalau bukan saya, siapa lagi?” adalah bibit kesombongan yang harus dihindari. Pernyataan semacam ini bukan hanya mengabaikan peran orang lain, tetapi juga dapat memunculkan ujub dan riya dalam hati.
Sebagai penutup, Ustadz Razaq mengutip firman Allah dalam Surat Lukman ayat 18 yang menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
Islam mengajarkan bahwa nilai seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh rupa atau harta, tetapi oleh kebersihan hati dan amal perbuatan, sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Muslim. (KangRozaq)
Dalam ceramahnya, Ustadz Razaq menekankan betapa pentingnya refleksi diri atas ibadah yang telah dijalani selama bulan Ramadhan. Ia mengingatkan, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 18, bahwa setiap manusia diperintahkan untuk memperhatikan apa yang telah diperbuatnya demi kehidupan akhirat.
Muhasabah adalah langkah utama menuju peningkatan diri agar mencapai derajat taqwa, karena hanya orang-orang bertaqwalah yang dimuliakan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Hujurat ayat 13.
Di antara sikap yang perlu dihindari adalah perasaan “Merasa Penting” yang tanpa disadari dapat menggerogoti nilai ibadah seseorang. Menurut Ustadz Razaq, sikap ini bisa melahirkan kesombongan dan sikap merendahkan orang lain.
Ia mengingatkan jamaah dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 yang melarang seseorang mengolok-olok atau meremehkan orang lain, karena boleh jadi yang diremehkan justru lebih baik di sisi Allah.
Menurut Ustadz Razaq, dalam kehidupan sehari-hari, “Merasa Penting” bisa muncul dalam bentuk kesombongan, merasa lebih unggul dari orang lain, atau keyakinan bahwa suatu keberhasilan hanya terjadi karena dirinya.
Misalnya, seseorang mengatakan, “Kalau bukan saya, siapa lagi?” atau “Kalau tidak ada saya, ini tidak akan berhasil”. Ungkapan-ungkapan seperti ini dapat merendahkan kontribusi orang lain dan menanamkan rasa angkuh dalam hati.
Dalam Islam, sikap sombong seperti ini sangat dilarang karena dapat merusak nilai ibadah. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Orang yang “Merasa Penting” seringkali lupa bahwa semua keberhasilan sejatinya adalah karunia Allah. Mereka terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang menyadari bahwa kesuksesan merupakan hasil dari kerja sama, doa, serta izin Allah.
Lebih lanjut, Ustadz Razaq mengajak jamaah untuk mengubah pola pikir dari “Merasa Penting” menjadi “Penting Merasa”. Maksudnya, seseorang harus lebih peka terhadap keberadaan dan kontribusi orang lain dalam kehidupan.
Sikap angkuh seperti merasa paling berjasa dalam suatu keberhasilan, sebagaimana diungkapkan dalam perkataan seperti “Kalau bukan saya, siapa lagi?” adalah bibit kesombongan yang harus dihindari. Pernyataan semacam ini bukan hanya mengabaikan peran orang lain, tetapi juga dapat memunculkan ujub dan riya dalam hati.
Sebagai penutup, Ustadz Razaq mengutip firman Allah dalam Surat Lukman ayat 18 yang menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
Islam mengajarkan bahwa nilai seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh rupa atau harta, tetapi oleh kebersihan hati dan amal perbuatan, sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Muslim. (KangRozaq)