Ragam Nusantara: Permainan Tradisional Pasaran, Ruang Imaji untuk Anak Perempuan
Citizen News
Dengan mimik muka serius, Putri mencampurkan pelbagai bahan ke dalam wajan kecil. Sore ini Putri akan memasak sesuatu untuk kemudian dijual.
Di sebelahnya, dengan wajah yang tak kalah serius, Fitri menuangkan air ke dalam adonan berwarna cokelat. Seperti sedang membuat minuman. Gelas-gelas kecil sudah disiapkan.
Terkadang terdengar obrolan di antara keduanya. “Aku minta tolong, garam.” Atau “Itu airnya terlalu banyak, nanti rasanya hambar.” Atau sedikit seloroh, “Ini jangan dijual murah. Nanti untung kita sedikit.”
Pemandangan yang demikian itu hampir saya dapati setiap sore hari. Dua anak perempuan, Putri dan Fitri sedang asyik bermain Pasaran persis di samping rumah saya.
Tak jarang pula mereka membuka lapak di beranda rumah. Tak hanya Putri dan Fitri, kadang juga turut serta beberapa anak perempuan. Saya tertarik dengan aktivitas yang mereka lakukan.
Permainan yang didominasi anak perempuan ini membuat saya ingin mengetahui lebih dalam. Karena secara kebetulan saya memiliki anak perempuan. Mungkin permainan tradisional ini akan berguna bagi masa depannya.
Ini yang sering luput dari perhatian tentang sesuatu yang dianggap tradisional, kuno, tinggalan leluhur. Bahwa sebenarnya tradisi-tradisi tersebut bisa saja menjadi kunci di masa depan.
Ya, permainan tradisional ini disebut Pasaran. Sesuai namanya. Pasaran dari kata dasar pasar. Tempat di mana aktivitas jual beli dilaksanakan. Secara khusus dalam pasaran yang ditonjolkan adalah aktivitas mengolah makanan atau memasak untuk kemudian dijual.
Seperti membuka kedai, warung atau kafe yang menyajikan menu khas dari anak-anak perempuan itu. Sesuka imaji mereka menggambarkan apa. Pasaran jamak kita temui dalam kehidupan anak-anak perempuan.
Untuk di Jawa, sering dikenal dengan Pasaran. Untuk wilayah lain, mungkin ada yang menggunakan nama sesuai dengan karakter daerah masing-masing.
Pasaran paling cocok dilakukan pada waktu sore hari. Setelah bangun dari tidur siang dan sebelum mandi. Kenapa? Karena tangan kotor, baju terciprat campuran air dan tanah adalah pemandangan yang biasa.
Anak-anak perempuan itu bermain penuh dengan totalitas. Bak koki andal, tangan-tangan mungil mereka cekatan menjumput tanah, menuangkan air, mengaduk-aduknya dengan penuh kesungguhan. Seakan mereka sedang benar-benar sedang memasak.
Kadang juga muncul, “Eh gasnya habis.”. Saya yang mendengar sampai tersenyum-senyum sendiri. Mana tabung gasnya? Yang ada adalah peralatan masak dengan ukuran sangat mini yang terbuat dari lempung atau tanah liat yang biasa dijual di acara Pasar Malam di acara Sekatenan misalnya.
Gelas, piring, sampai wajan, termasuk teko. Ditambah dengan kaleng biskuit bekas, botol obat yang sudah tidak terpakai, beberapa keping potong genteng atau keramik. Pokoknya barang bekas apa saja bisa digunakan untuk memantik imajinasi anak-anak perempuan itu.
Imajinasi adalah salah satu modal kuat untuk menerobos pintu pengetahuan. Dari imajinasi, timbul rasa ingin tahu yang semakin menjadi. Dari permainan Pasaran, kita bisa melihat banyak hal yang terkait paut dengan pendidikan karakter anak-anak.
Penulis: Didik W. Kurniawan
Foto: Didik W. Kurniawan
Editor: Almaliki
Selengkapnya: https://etnis.id/pasaran-ruang-imaji-untuk-anak-perempuan/
Di sebelahnya, dengan wajah yang tak kalah serius, Fitri menuangkan air ke dalam adonan berwarna cokelat. Seperti sedang membuat minuman. Gelas-gelas kecil sudah disiapkan.
Terkadang terdengar obrolan di antara keduanya. “Aku minta tolong, garam.” Atau “Itu airnya terlalu banyak, nanti rasanya hambar.” Atau sedikit seloroh, “Ini jangan dijual murah. Nanti untung kita sedikit.”
Pemandangan yang demikian itu hampir saya dapati setiap sore hari. Dua anak perempuan, Putri dan Fitri sedang asyik bermain Pasaran persis di samping rumah saya.
Tak jarang pula mereka membuka lapak di beranda rumah. Tak hanya Putri dan Fitri, kadang juga turut serta beberapa anak perempuan. Saya tertarik dengan aktivitas yang mereka lakukan.
Permainan yang didominasi anak perempuan ini membuat saya ingin mengetahui lebih dalam. Karena secara kebetulan saya memiliki anak perempuan. Mungkin permainan tradisional ini akan berguna bagi masa depannya.
Ini yang sering luput dari perhatian tentang sesuatu yang dianggap tradisional, kuno, tinggalan leluhur. Bahwa sebenarnya tradisi-tradisi tersebut bisa saja menjadi kunci di masa depan.
Ya, permainan tradisional ini disebut Pasaran. Sesuai namanya. Pasaran dari kata dasar pasar. Tempat di mana aktivitas jual beli dilaksanakan. Secara khusus dalam pasaran yang ditonjolkan adalah aktivitas mengolah makanan atau memasak untuk kemudian dijual.
Seperti membuka kedai, warung atau kafe yang menyajikan menu khas dari anak-anak perempuan itu. Sesuka imaji mereka menggambarkan apa. Pasaran jamak kita temui dalam kehidupan anak-anak perempuan.
Untuk di Jawa, sering dikenal dengan Pasaran. Untuk wilayah lain, mungkin ada yang menggunakan nama sesuai dengan karakter daerah masing-masing.
Pasaran paling cocok dilakukan pada waktu sore hari. Setelah bangun dari tidur siang dan sebelum mandi. Kenapa? Karena tangan kotor, baju terciprat campuran air dan tanah adalah pemandangan yang biasa.
Anak-anak perempuan itu bermain penuh dengan totalitas. Bak koki andal, tangan-tangan mungil mereka cekatan menjumput tanah, menuangkan air, mengaduk-aduknya dengan penuh kesungguhan. Seakan mereka sedang benar-benar sedang memasak.
Kadang juga muncul, “Eh gasnya habis.”. Saya yang mendengar sampai tersenyum-senyum sendiri. Mana tabung gasnya? Yang ada adalah peralatan masak dengan ukuran sangat mini yang terbuat dari lempung atau tanah liat yang biasa dijual di acara Pasar Malam di acara Sekatenan misalnya.
Gelas, piring, sampai wajan, termasuk teko. Ditambah dengan kaleng biskuit bekas, botol obat yang sudah tidak terpakai, beberapa keping potong genteng atau keramik. Pokoknya barang bekas apa saja bisa digunakan untuk memantik imajinasi anak-anak perempuan itu.
Imajinasi adalah salah satu modal kuat untuk menerobos pintu pengetahuan. Dari imajinasi, timbul rasa ingin tahu yang semakin menjadi. Dari permainan Pasaran, kita bisa melihat banyak hal yang terkait paut dengan pendidikan karakter anak-anak.
Penulis: Didik W. Kurniawan
Foto: Didik W. Kurniawan
Editor: Almaliki
Selengkapnya: https://etnis.id/pasaran-ruang-imaji-untuk-anak-perempuan/