Ragam Nusantara: Cembengan Yogyakarta
Berita Warga
Cembengan Yogyakarta terdaftar sebagai warisan budaya tak benda untuk kategori: Adat istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan Kabupaten Bantul
Cembengan disebut mengadopsii tradisi Cina yang bermukim di pantura, Cing Bing. (ziarah makam). Ini karena pada sebagian ritual cembengan diawali dengan ziarah makam.
Cembengan Yogyakarta pada awalnya hanya ritual yang dilakukan oleh para pekerja PG Madukismo untuk meminta keselamatan produksi kemudian berkembang menjadi perayaan masyarakat.
Adat yang sudah dilakukan sejak 1955 ini terdiri dari ziarah makam, pasar malam, pentas wayang di dua tempat yakni di Padokan dan di Pantai Selatan (Lakon Wayang dipilih oleh Sri Sultan HB X), dan Ngarak Tebu Maten dengan kirab (melibatkan seluruh masyarakat setempat). Sebelumnya tebu dihias sebagai pengantin putra dan putri dan dinikahkan oleh KUA setempat. Pengantin Putri dinamakan Nyai Kasih dan Pengantin laki-aki Kyai Anggoro. Selesai diarah tebu akan dibawa ke stasiun penggilingan, aacara dimulai dengan doa dan penanaman kepala kerbau. Dua temanten tebu akan dimasukkan kepenggilingan sebagai tanda awal masa produksi gula.
Cembengan Yogyakata menjadi bagian dari sumber keberkahan dan permohonan atas hasil produksi gula yang melimpah. Ritual ini menimbullkan ketentrataman selama masa produksi.
Sumber: Warisan Budaya Tak Benda (wbtbdiy.com)
Cembengan disebut mengadopsii tradisi Cina yang bermukim di pantura, Cing Bing. (ziarah makam). Ini karena pada sebagian ritual cembengan diawali dengan ziarah makam.
Cembengan Yogyakarta pada awalnya hanya ritual yang dilakukan oleh para pekerja PG Madukismo untuk meminta keselamatan produksi kemudian berkembang menjadi perayaan masyarakat.
Adat yang sudah dilakukan sejak 1955 ini terdiri dari ziarah makam, pasar malam, pentas wayang di dua tempat yakni di Padokan dan di Pantai Selatan (Lakon Wayang dipilih oleh Sri Sultan HB X), dan Ngarak Tebu Maten dengan kirab (melibatkan seluruh masyarakat setempat). Sebelumnya tebu dihias sebagai pengantin putra dan putri dan dinikahkan oleh KUA setempat. Pengantin Putri dinamakan Nyai Kasih dan Pengantin laki-aki Kyai Anggoro. Selesai diarah tebu akan dibawa ke stasiun penggilingan, aacara dimulai dengan doa dan penanaman kepala kerbau. Dua temanten tebu akan dimasukkan kepenggilingan sebagai tanda awal masa produksi gula.
Cembengan Yogyakata menjadi bagian dari sumber keberkahan dan permohonan atas hasil produksi gula yang melimpah. Ritual ini menimbullkan ketentrataman selama masa produksi.
Sumber: Warisan Budaya Tak Benda (wbtbdiy.com)