PUJAKESUMA DAN KPD LAKUKAN DISKUSI DI MAKAM ARIO DILLA
Citizen News

Tim yang terdiri dari Putera Jawa Keturunan Sumatera (Pujakesuma) berkerjasama dengan dengan Kesultanan Palembang Darussalam melakukan kunjungan Ziarah dan Diskusi ke makam para Para Raja dan Sultan Palembang. Untuk tahap pertama, kunjungan ke makam Ario Damar atau Ario Dilla, yang berada di kawasan 20 Ilir, kecamatan Ilir Timur I Palembang (30/10).
Menurut Hernoe Roesprijadji selaku ketua Pujakesuma, dipilihnya makam Ario Dilla sebagai kunjungan pertama ini karena tokoh ini adalah yang legendaris, tidak hanya di Palembang, tapi juga di nusantara.
“Menurut catatan sejarah, pada tahun 1445 Ario Damar mendapat tugas dari Brawijaya V menjadi Adipati di negeri Palembang. Ketika itu dia mengawini Sendang Biduk, puteri Sultan Mughni (keturunan Demang Lebar Daun) yang beragama Islam dan berubah nama menjadi Ario Dilla” kata pria yang juga Sekteratris PWNU Sumsel ini.
Selain itu, kata Hernoe, dia pribadi mendapat amanah dari gurunya untuk merawat makam Ario Dilla.
“Sudah cukup lama saya mendapat amanah dari guru saya agar merawat makam Ario Dilla ini. Oleh karena itu, saya sampaikan kepada Vebri Al Lintani (Ketua Panitia, red) agar melakukan kegiatan ini. Alhamdulillah niat saya ini direspon baik oleh SMB IV Jayo Wikramo Fauwaz Diraja” kata Hernoe dalam paparannya.
Niat baik Hernoe ini disambut baik oleh para tokoh yang hadir dalam diskusi, terutama oleh SMB IV.
“Kami berterimakasih kepada mas Hernoe yang telah menunjukkan perhatiannya. Menghargai para tokoh pendahulu seperti Ario Damar ini adalah tugas kita semua. Salah satu wujud dari penghargaan kepada para tokoh adalah dengan merawat makam yang merupakan bukti keberadaan mereka. Untuk itu, ke depan saya mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam merawat makam para Raja dan Sultan Palembang”, ujar SMB IV.
Kondisi Makam Ario Damar
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia Vebri Al LIntani, bahwa kondisi
makam para Raja dan Sultan di Palembang sangat memrihatinkan.
“Satu contoh adalah makam Ario Dilla yang kita kunjungi ini. Lihatlah makam yang dengan tanpa pagar ini, berada di pelintasan lorong Buyut dan digunakan tempat parkir oleh penduduk, padahal lapangan ini, menurut kuncen telah dibeli dan dihibahkan kepada Pemkot Palembang”.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nyimas Halimah, Kuncen makam Ario Dilla.
“Saya lahir di tempat ini dan meneruskan pekerjaan ayah saya sebagai kuncen. Dulu tempat ini begitu dikeramatkan dan tidak ada penduduk yang berani berbuat macam-macam di makam buyut Ario Dilla ini. Posisi makam ini dahulu berada di belakang rumah kami yang sekarang menjadi lapangan, tempat kita melakukan kegiatan sekarang ini. Lalu pada masa Kapolda Sumsel Putra Astaman, rumah dibeli dan dibongkar” kata Halimah yang juga selaku ketua RT di sini.
Ibu Halimah mengatakan Makam Ario Dilla ini banyak banyak dilkunjungi, dan dia berharap agar ada pemugaran. Paling tidak ada pagar, kata bu Halimah.
Ikhwal pembelian tanah, menurut Budayawan Mang Amin dan Sejawaran Kemas AR Panji, mereka hadir ketika penyerahan tanah ke Pemkot yang ketika itu, masa kepemimpinan Walikota Edi Santana.
“Sebaiknya ditelusuri lagi arsip surat tanah makam Ario Dilla yang diserahkan di Pemkot. Bagian apa yang menyimpan. Ini penting untuk kepentingan revitalisasi Makam Ario Dilla”.
Dalam kesempatan itu Mang Amin juga menyampaikan terima kasih kepada Hernoe Roesprijadji yang sudah peduli.
Kontroversi Dua Makam
Sejarawan Kemas AR Panji menyoal kontroversi dua makam yang dengan nama yang didentik, di bawah ini namanya “Ario Damar”, yang di atas ada lagi makam yang ditulis dengan nama “Ario Dilla”.
“Kita harus menetapkan lagi mana makam Ario Dilla yang benar, yang di sini atau yang di atas. Sepengtahuan banyak pihak termasuk yang disampaikan oleh kuncen bu Halimah, makam inilah yang benar. Sedangkan yang di atas adalah panglimanya. Selain itu, di makam ini perlu dilengkapai dengan narasi sejarah agar pengunjung tahu sejarahnya.
Diskusi yang juga dihadiri oleh Staf Khusus Kebudayaan Gubernur Sumsel Abdul Azis Kemis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Ketua Forum Palembang Bangkit, Forum Wisata dan Budaya (Forwida), Adosiasi Guru Sejarah, Forum Kerukunan Mahasiswa Sumsel, sejumlah aktivis kebudayaan Saudi Berlian, Benny Mulyadi, Benni Iskandar dan seluruh pembakti Kesultanan Palembang Darussalam ini berlangsung meriah.
Satu rekomendasi penting dari kegiatan ini adalah usulan dibentuknya Tim Revitalisasi Makam Aryo Dilla agar dapat merumuskan solusi, baik dari sisi sejarah mapun dari sisi tata kelola makam.
Menurut Hernoe Roesprijadji selaku ketua Pujakesuma, dipilihnya makam Ario Dilla sebagai kunjungan pertama ini karena tokoh ini adalah yang legendaris, tidak hanya di Palembang, tapi juga di nusantara.
“Menurut catatan sejarah, pada tahun 1445 Ario Damar mendapat tugas dari Brawijaya V menjadi Adipati di negeri Palembang. Ketika itu dia mengawini Sendang Biduk, puteri Sultan Mughni (keturunan Demang Lebar Daun) yang beragama Islam dan berubah nama menjadi Ario Dilla” kata pria yang juga Sekteratris PWNU Sumsel ini.
Selain itu, kata Hernoe, dia pribadi mendapat amanah dari gurunya untuk merawat makam Ario Dilla.
“Sudah cukup lama saya mendapat amanah dari guru saya agar merawat makam Ario Dilla ini. Oleh karena itu, saya sampaikan kepada Vebri Al Lintani (Ketua Panitia, red) agar melakukan kegiatan ini. Alhamdulillah niat saya ini direspon baik oleh SMB IV Jayo Wikramo Fauwaz Diraja” kata Hernoe dalam paparannya.
Niat baik Hernoe ini disambut baik oleh para tokoh yang hadir dalam diskusi, terutama oleh SMB IV.
“Kami berterimakasih kepada mas Hernoe yang telah menunjukkan perhatiannya. Menghargai para tokoh pendahulu seperti Ario Damar ini adalah tugas kita semua. Salah satu wujud dari penghargaan kepada para tokoh adalah dengan merawat makam yang merupakan bukti keberadaan mereka. Untuk itu, ke depan saya mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam merawat makam para Raja dan Sultan Palembang”, ujar SMB IV.
Kondisi Makam Ario Damar
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia Vebri Al LIntani, bahwa kondisi
makam para Raja dan Sultan di Palembang sangat memrihatinkan.
“Satu contoh adalah makam Ario Dilla yang kita kunjungi ini. Lihatlah makam yang dengan tanpa pagar ini, berada di pelintasan lorong Buyut dan digunakan tempat parkir oleh penduduk, padahal lapangan ini, menurut kuncen telah dibeli dan dihibahkan kepada Pemkot Palembang”.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nyimas Halimah, Kuncen makam Ario Dilla.
“Saya lahir di tempat ini dan meneruskan pekerjaan ayah saya sebagai kuncen. Dulu tempat ini begitu dikeramatkan dan tidak ada penduduk yang berani berbuat macam-macam di makam buyut Ario Dilla ini. Posisi makam ini dahulu berada di belakang rumah kami yang sekarang menjadi lapangan, tempat kita melakukan kegiatan sekarang ini. Lalu pada masa Kapolda Sumsel Putra Astaman, rumah dibeli dan dibongkar” kata Halimah yang juga selaku ketua RT di sini.
Ibu Halimah mengatakan Makam Ario Dilla ini banyak banyak dilkunjungi, dan dia berharap agar ada pemugaran. Paling tidak ada pagar, kata bu Halimah.
Ikhwal pembelian tanah, menurut Budayawan Mang Amin dan Sejawaran Kemas AR Panji, mereka hadir ketika penyerahan tanah ke Pemkot yang ketika itu, masa kepemimpinan Walikota Edi Santana.
“Sebaiknya ditelusuri lagi arsip surat tanah makam Ario Dilla yang diserahkan di Pemkot. Bagian apa yang menyimpan. Ini penting untuk kepentingan revitalisasi Makam Ario Dilla”.
Dalam kesempatan itu Mang Amin juga menyampaikan terima kasih kepada Hernoe Roesprijadji yang sudah peduli.
Kontroversi Dua Makam
Sejarawan Kemas AR Panji menyoal kontroversi dua makam yang dengan nama yang didentik, di bawah ini namanya “Ario Damar”, yang di atas ada lagi makam yang ditulis dengan nama “Ario Dilla”.
“Kita harus menetapkan lagi mana makam Ario Dilla yang benar, yang di sini atau yang di atas. Sepengtahuan banyak pihak termasuk yang disampaikan oleh kuncen bu Halimah, makam inilah yang benar. Sedangkan yang di atas adalah panglimanya. Selain itu, di makam ini perlu dilengkapai dengan narasi sejarah agar pengunjung tahu sejarahnya.
Diskusi yang juga dihadiri oleh Staf Khusus Kebudayaan Gubernur Sumsel Abdul Azis Kemis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Ketua Forum Palembang Bangkit, Forum Wisata dan Budaya (Forwida), Adosiasi Guru Sejarah, Forum Kerukunan Mahasiswa Sumsel, sejumlah aktivis kebudayaan Saudi Berlian, Benny Mulyadi, Benni Iskandar dan seluruh pembakti Kesultanan Palembang Darussalam ini berlangsung meriah.
Satu rekomendasi penting dari kegiatan ini adalah usulan dibentuknya Tim Revitalisasi Makam Aryo Dilla agar dapat merumuskan solusi, baik dari sisi sejarah mapun dari sisi tata kelola makam.