PETILASAN EDUKASI DI BALIK TIRAI BAMBU (Part II) Oleh: Zulkarna
Berita Warga 
....Beberapa saat kemudian Tour guide Lina mengumumkan lewat speaker bus tentang agenda kunjungan hari pertama. "Bapak ibu hari ini kita akan mengunjungi tiga tempat wisata sekali gus", ucap Lina dalam bahasa Indonesia dengan dialek China. Kamipun mengiyakan seraya tersenyum geli karena mendengar bahasa Indonesianya Lina yang ala China.
Bus yang kami tumpangi pun mulai melaju. Tujuan pertama adalah mengunjungi salah satu cagar budaya bernama Tian"anmen dengan jarak tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Sepanjang perjalan, didalam bus terdengar riuh riang dari suara candaan dan percakapan antar anggota rombongan sehingga lama perjalan tidak terasa. Beberapa saat kemudian laju larinya bus berangsur pelan dan tour guide Lina menyampaikan pengumuman berisi tata tertib masuk kawasan Tia"anmen. Seiring selesainya pengumuman maka buspun berhenti di pelataran parkir.
Saya bersama rombongan bergegas turun seolah olah tidak sabaran ingin melihat apa saja yang ada di dalamnya. Kesan pertama yang saya rasakan adalah kekaguman menyaksikan bangunan-bangunan bersejarah yang antik dan kuno serta dihiasi taman-taman yang luas, tertata indah, rapi dan bersih. Yang paling mengagumkan, diantara bangunan- bangunan tersebut terdapat patung pendiri negara China Mou Zedong. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati dan dikagumi oleh Rakyat Cina seperti halnya dengan bapak proklamator Indonesia Bapak Soekarno.
Tak henti-hentinya saya berdecak kagum melihat keindahan wisata budaya Tiana men. Raut wajah kagum terpancar pula dari anggota rombongan pelatihan. Foto bareng dan swa fotopun mulai dilakukan dengan berbagai pose dan angle. Saya pun mendapat pelajaran berharga dari Tian"anmen setelah dari sosok sang tour guide Lina. Betapa orang china sangat peduli akan kebersihan. Mereka tidak hanya pandai membersihkan tapi mereka juga pandai menjaga kebersihan. Artinya di tempat tersebut disiagakan petugas kebersihan yang dilengkapi dengan mobil kecil dan perlengkapan kebersihan yang selalu sigap dan siaga. Apabila ada sampah-sampah yang berserakan entah sampah yang dibawa angin ataupun dari pengunjung yang sengaja membuang sampah di sembarang tempat Sang Jenderal kebersihan dengan segera memungut sampah-sampah tersebut.
Perjalanan selanjutnya kami berkunjung ke sebuah tempat yang sangat fenomenal dan terkenal bahkan tercatat sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Tembok Raksasa Cina (The Great Wall). Ketika saya menurunkan kaki dari bus, memandang Tembok China dari dekat serasa seperti mimpi. "Apakah ini nyata, tembok China yang hanya saya bisa lihat melalui tv atau poster poster itu ya?" gumamku dalam hati. Pertanyaan tersebut muncul karena saya tidak pernah bermimpi sedikitpun dapat menyaksikan tembok fenomenal ini secara langsung.
Tembok besar ini sangat panjang dan sangat tinggi. Menurut penjelasan tour guide bahwa "dinding tembok besar China memiliki panjang 13.170.6956 mil atau sekitar 21.296,18 kilometer mengular ke seluruh penjuru negeri. Sementara tinggi tembok rata-rata 7 meter dan lebar 4 sampai 9 meter. Tembok besar China terdaftar sebagai salah satu warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak tahun 1987.
Maha karya ini menggambarkan semangat masyarakat China sebagai manusia-manusia pekerja keras, ulat, giat dan pantang putus asa untuk menggapai impian mereka. Itulah pelajaran yang saya dapatkan dari kunjungan ke Tembok besar China.
Tempat wisata terakhir yang kami kunjungi pada hari itu adalah stadion olah raga the Bird Cage. Dinamakan Bird Cage atau dalam bahasa Indonesianya sangkar burung karena stadion itu dirancang dan dibangun seperti sangkar burung. Bentuknya sangat unik dan indah. Menurut informasi salah seorang pengunjung lokal yang saya temui bahwa, di tempat itulah dilaksakan Olympiade tahun 2008. Stadion berbentuk sarang burung ini saya maknai sebagai apresiasi Rakyat Cina pada hasil karya seni. Pelajaran itulah yang saya dapat dari hasil kujungan ke Stadion Bird Cage. (Bersambung)
Bus yang kami tumpangi pun mulai melaju. Tujuan pertama adalah mengunjungi salah satu cagar budaya bernama Tian"anmen dengan jarak tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Sepanjang perjalan, didalam bus terdengar riuh riang dari suara candaan dan percakapan antar anggota rombongan sehingga lama perjalan tidak terasa. Beberapa saat kemudian laju larinya bus berangsur pelan dan tour guide Lina menyampaikan pengumuman berisi tata tertib masuk kawasan Tia"anmen. Seiring selesainya pengumuman maka buspun berhenti di pelataran parkir.
Saya bersama rombongan bergegas turun seolah olah tidak sabaran ingin melihat apa saja yang ada di dalamnya. Kesan pertama yang saya rasakan adalah kekaguman menyaksikan bangunan-bangunan bersejarah yang antik dan kuno serta dihiasi taman-taman yang luas, tertata indah, rapi dan bersih. Yang paling mengagumkan, diantara bangunan- bangunan tersebut terdapat patung pendiri negara China Mou Zedong. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati dan dikagumi oleh Rakyat Cina seperti halnya dengan bapak proklamator Indonesia Bapak Soekarno.
Tak henti-hentinya saya berdecak kagum melihat keindahan wisata budaya Tiana men. Raut wajah kagum terpancar pula dari anggota rombongan pelatihan. Foto bareng dan swa fotopun mulai dilakukan dengan berbagai pose dan angle. Saya pun mendapat pelajaran berharga dari Tian"anmen setelah dari sosok sang tour guide Lina. Betapa orang china sangat peduli akan kebersihan. Mereka tidak hanya pandai membersihkan tapi mereka juga pandai menjaga kebersihan. Artinya di tempat tersebut disiagakan petugas kebersihan yang dilengkapi dengan mobil kecil dan perlengkapan kebersihan yang selalu sigap dan siaga. Apabila ada sampah-sampah yang berserakan entah sampah yang dibawa angin ataupun dari pengunjung yang sengaja membuang sampah di sembarang tempat Sang Jenderal kebersihan dengan segera memungut sampah-sampah tersebut.
Perjalanan selanjutnya kami berkunjung ke sebuah tempat yang sangat fenomenal dan terkenal bahkan tercatat sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Tembok Raksasa Cina (The Great Wall). Ketika saya menurunkan kaki dari bus, memandang Tembok China dari dekat serasa seperti mimpi. "Apakah ini nyata, tembok China yang hanya saya bisa lihat melalui tv atau poster poster itu ya?" gumamku dalam hati. Pertanyaan tersebut muncul karena saya tidak pernah bermimpi sedikitpun dapat menyaksikan tembok fenomenal ini secara langsung.
Tembok besar ini sangat panjang dan sangat tinggi. Menurut penjelasan tour guide bahwa "dinding tembok besar China memiliki panjang 13.170.6956 mil atau sekitar 21.296,18 kilometer mengular ke seluruh penjuru negeri. Sementara tinggi tembok rata-rata 7 meter dan lebar 4 sampai 9 meter. Tembok besar China terdaftar sebagai salah satu warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak tahun 1987.
Maha karya ini menggambarkan semangat masyarakat China sebagai manusia-manusia pekerja keras, ulat, giat dan pantang putus asa untuk menggapai impian mereka. Itulah pelajaran yang saya dapatkan dari kunjungan ke Tembok besar China.
Tempat wisata terakhir yang kami kunjungi pada hari itu adalah stadion olah raga the Bird Cage. Dinamakan Bird Cage atau dalam bahasa Indonesianya sangkar burung karena stadion itu dirancang dan dibangun seperti sangkar burung. Bentuknya sangat unik dan indah. Menurut informasi salah seorang pengunjung lokal yang saya temui bahwa, di tempat itulah dilaksakan Olympiade tahun 2008. Stadion berbentuk sarang burung ini saya maknai sebagai apresiasi Rakyat Cina pada hasil karya seni. Pelajaran itulah yang saya dapat dari hasil kujungan ke Stadion Bird Cage. (Bersambung)
