Pers Release HPSN 2023: Gerakan Pemilahan Sampah dari Sumbernya Melalui Komposting
Diskusi Komunitas 
Press Release HPSN 2023: Gerakan Pemilahan Sampah dari Sumbernya Melalui Komposting
Sampah bukan lagi masalah individu, saat ini menjadi isu global. Dalam situs Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan sampah berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi gas metana (Co4) dan karbondioksida (Co2). Di Indonesia persoalan sampah sampai memakan korban jiwa yakni dalam peristiwa ledakan TPA Leuwigajah Cimahi Jawa Barat pada21 Februari 2005 disusul longsor dari gunungan sampah yang menumpuk di TPA yang mencapai tinggi 60 meter dengan Panjang 200 meter. Peristiwa ini kemudian diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Menurut KLHK tahun 2022 dominasi sampah organik sebesar 41,27% dari total timbulan sampah 68,7 juta ton/tahun. Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022 sisa makanan menduduki peringkat atas dari timbulan sampah Kabupaten Jombang sebesar 48,85%. Sementara timbulan sampah Kabupaten Jombang perhari mencapai 527 ton, yang terkelola masuk ke TPA hanya 125 ton perhari dalam kondisi tercampur antara organik, anorganik, dan residu.
Upaya pemerintah Kabupaten Jombang telah menerbitkan Perbup No 56 Tahun 2022 tentang Pembatasan Penggunaan Sekali Pakai yang berisi pelarangan penggunaan kantong plastik, styrofoam, dan sedotan dengan sasaran retail dan toko modern, café, dan rumah makan sebagai upaya pembatasan timbulan sampah anorganik. Adapun di tingkat desa tahun 2023 dikeluarkan Perbup No 8 tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Jombang dimana dalam salah satu butir pasalnya berisi penggunaan biaya operasional RT dan RW dalam rangka pemberdayaan lingkungan di tingkat masing-masing. Selain itu, ada tambahan insentif RT dan RW sebesar Rp.300.000 per tahun yang digunakan untuk penanganan persampahan di tingkat rumah tangga.
Dalam Surat Edaran KLHK tentang HPSN 2023 salah satunya dorongan mencapai zero emisi dengan membangun partisipasi masyarakat melalui pilah dan olah sampah dari rumah sebagai upaya mengurangi timbulan sampah ke TPA. Kabupaten Jombang memiliki TPA di desa Banjardowo seluas 39 hektare, yang sudah terisi timbunan sampah seluas 16 hektare. Jombang terancam darurat sampah. Pasalnya, menurut Kepala Bidang Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau Amin Kurniawan dalam Peringatan HPSN tahun lalu 2022 TPA Banjardowo diperkirakan penuh dalam 5 tahun kedepan.
Sejalan dengan konsep 3R reduce, reuse, dan recyle atau cegah, pilah, dan olah maka sampah organic yang telah terpilah selanjutnya dilakukan pengomposan. Dalam konsep zero waste, pengomposan merupakan Teknik untuk mengolah sampah organic yang berupa sisa makanan, sisa potongan sayur, atau sampah dapur, daun-daunan. Ini adalah cara pendaurulangan sampah organic yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk untuk tanaman. Ini sangat mudah dilakukan dari mana sampah itu berasal untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 70% jika tuntas dalam pengelolaan sampah organic dan anorganik. Artinya tindakan ini mendukung pengurangan emisi mengatasi perubahan iklim.
Dengan ditetapkannya Gerakan Nasional “Compost Day Kompos Satu Negeri pada 26 Februari” guna mencapai target zero waste emission dari subsector sampah akan menjadi Kampanye Nasional KLHK. Oleh karena itu penting melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah dari sumbernya khususnya composting. Maka Sanggar Hijau Indonesia dalam mendukung upaya ini:
1. Mendorong masyarakat dan dukungan instansi terkait menerapkan pengelolaan sampah dari sumbernya
2. Mendorong keterlibatan semua pihak khusunya pemerintahan desa, dan Dinas Lingkungan Hidup memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat agar mampu melalukan composting dengan benar
3. Menyediakan dukungan berupa sarana prasarana di tingkat desa dan kelurahan dalam hal pengelolaan sampah
4. Mendorong terbentuknya pendamping TPS3R agar mampu menjalankan prinsip 3R reduse, reuse, dan recycle
Sampah bukan lagi masalah individu, saat ini menjadi isu global. Dalam situs Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan sampah berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi gas metana (Co4) dan karbondioksida (Co2). Di Indonesia persoalan sampah sampai memakan korban jiwa yakni dalam peristiwa ledakan TPA Leuwigajah Cimahi Jawa Barat pada21 Februari 2005 disusul longsor dari gunungan sampah yang menumpuk di TPA yang mencapai tinggi 60 meter dengan Panjang 200 meter. Peristiwa ini kemudian diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Menurut KLHK tahun 2022 dominasi sampah organik sebesar 41,27% dari total timbulan sampah 68,7 juta ton/tahun. Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022 sisa makanan menduduki peringkat atas dari timbulan sampah Kabupaten Jombang sebesar 48,85%. Sementara timbulan sampah Kabupaten Jombang perhari mencapai 527 ton, yang terkelola masuk ke TPA hanya 125 ton perhari dalam kondisi tercampur antara organik, anorganik, dan residu.
Upaya pemerintah Kabupaten Jombang telah menerbitkan Perbup No 56 Tahun 2022 tentang Pembatasan Penggunaan Sekali Pakai yang berisi pelarangan penggunaan kantong plastik, styrofoam, dan sedotan dengan sasaran retail dan toko modern, café, dan rumah makan sebagai upaya pembatasan timbulan sampah anorganik. Adapun di tingkat desa tahun 2023 dikeluarkan Perbup No 8 tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Jombang dimana dalam salah satu butir pasalnya berisi penggunaan biaya operasional RT dan RW dalam rangka pemberdayaan lingkungan di tingkat masing-masing. Selain itu, ada tambahan insentif RT dan RW sebesar Rp.300.000 per tahun yang digunakan untuk penanganan persampahan di tingkat rumah tangga.
Dalam Surat Edaran KLHK tentang HPSN 2023 salah satunya dorongan mencapai zero emisi dengan membangun partisipasi masyarakat melalui pilah dan olah sampah dari rumah sebagai upaya mengurangi timbulan sampah ke TPA. Kabupaten Jombang memiliki TPA di desa Banjardowo seluas 39 hektare, yang sudah terisi timbunan sampah seluas 16 hektare. Jombang terancam darurat sampah. Pasalnya, menurut Kepala Bidang Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau Amin Kurniawan dalam Peringatan HPSN tahun lalu 2022 TPA Banjardowo diperkirakan penuh dalam 5 tahun kedepan.
Sejalan dengan konsep 3R reduce, reuse, dan recyle atau cegah, pilah, dan olah maka sampah organic yang telah terpilah selanjutnya dilakukan pengomposan. Dalam konsep zero waste, pengomposan merupakan Teknik untuk mengolah sampah organic yang berupa sisa makanan, sisa potongan sayur, atau sampah dapur, daun-daunan. Ini adalah cara pendaurulangan sampah organic yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk untuk tanaman. Ini sangat mudah dilakukan dari mana sampah itu berasal untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 70% jika tuntas dalam pengelolaan sampah organic dan anorganik. Artinya tindakan ini mendukung pengurangan emisi mengatasi perubahan iklim.
Dengan ditetapkannya Gerakan Nasional “Compost Day Kompos Satu Negeri pada 26 Februari” guna mencapai target zero waste emission dari subsector sampah akan menjadi Kampanye Nasional KLHK. Oleh karena itu penting melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah dari sumbernya khususnya composting. Maka Sanggar Hijau Indonesia dalam mendukung upaya ini:
1. Mendorong masyarakat dan dukungan instansi terkait menerapkan pengelolaan sampah dari sumbernya
2. Mendorong keterlibatan semua pihak khusunya pemerintahan desa, dan Dinas Lingkungan Hidup memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat agar mampu melalukan composting dengan benar
3. Menyediakan dukungan berupa sarana prasarana di tingkat desa dan kelurahan dalam hal pengelolaan sampah
4. Mendorong terbentuknya pendamping TPS3R agar mampu menjalankan prinsip 3R reduse, reuse, dan recycle
