Pentingnya Pengelolaan Sampah Organik untuk Mencegah Kebakaran di TPA: Kasus TPA Banjardowo, Jombang
Berita Warga

Jombang, 12 Okt 2023 - Insiden kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjardowo, Kecamatan/Kabupaten Jombang pada Rabu (11/10/2023) sore adalah pengingat nyata tentang pentingnya pengelolaan sampah organik di masyarakat dan hubungannya dengan keberlangsungan TPA. Dalam konteks ini, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yang dapat mencegah kebakaran di TPA dan menjaga lingkungan tetap aman.
Sampah organik yang dikirim ke TPA sebagian besar terdiri dari sisa makanan, bahan organik, dan material yang mudah terurai. Meskipun sampah organik ini secara alami cenderung tidak mudah terbakar, beberapa faktor dapat menyebabkan situasi yang berpotensi memicu kebakaran:
1. Permeabilitas Udara: Saat sampah organik terkompresi di dalam TPA dan memiliki sedikit akses udara, kondisi anaerobik dapat terbentuk. Ini memungkinkan bakteri menghasilkan gas metana, yang merupakan gas yang mudah terbakar. Akumulasi metana yang cukup besar di dalam TPA dapat menjadi pemicu potensial kebakaran jika ada sumber api eksternal yang memadai.
2. Kontaminasi: Sampah organik yang terkontaminasi oleh bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti kertas, kardus, atau plastik, dapat meningkatkan risiko kebakaran. Penting untuk memisahkan sampah organik dengan benar sebelum membuangnya ke TPA untuk menghindari kontaminasi.
3. Cuaca Ekstrem: Cuaca ekstrem, seperti panas berlebihan, dapat mengeringkan sampah organik di TPA, meningkatkan potensi kebakaran jika ada sumber api yang ada.
Dalam konteks kebakaran di TPA Banjardowo Jombang, menjadi perihal penting untuk memahami bahwa pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga dan timbulan sampah pasar dapat mengurangi risiko terjadinya kebakaran di TPA. Sumber data ada 60% timbulan sampah organik, apabila mengurangi jumlah sampah organik yang mencapai TPA dengan membuat kompos, kita dapat meminimalkan produksi gas metana, mengurangi risiko kontaminasi, dan memperlambat degradasi TPA. Sistem pemilahan sampah dirumah dan pengangkutan sampah secara terpilah belum berjalan, dimana kebiasaan timbulan sampah dapur selalu dimasukan ke dalam kresek diikat dan tercampur dengan sampah lainya sehingga mempersulit tahap pengolahan sampah.
Dalam menghadapi insiden kebakaran di TPA Banjardowo, kami, di LSM Sanggar Hijau Indonesia, mengajak kontribusi masyarakat akan peran kunci mereka dalam pengelolaan sampah organik. Praktik pengelolaan sampah organik yang baik dapat menjaga TPA aman dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Mari bersama-sama memahami pentingnya pengelolaan sampah organik dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi TPA dan lingkungan kita. Keberlanjutan dimulai dari tindakan kita sendiri.
Shanti Ramadhani
Founder Sanggar Hijau Indonesia
Sampah organik yang dikirim ke TPA sebagian besar terdiri dari sisa makanan, bahan organik, dan material yang mudah terurai. Meskipun sampah organik ini secara alami cenderung tidak mudah terbakar, beberapa faktor dapat menyebabkan situasi yang berpotensi memicu kebakaran:
1. Permeabilitas Udara: Saat sampah organik terkompresi di dalam TPA dan memiliki sedikit akses udara, kondisi anaerobik dapat terbentuk. Ini memungkinkan bakteri menghasilkan gas metana, yang merupakan gas yang mudah terbakar. Akumulasi metana yang cukup besar di dalam TPA dapat menjadi pemicu potensial kebakaran jika ada sumber api eksternal yang memadai.
2. Kontaminasi: Sampah organik yang terkontaminasi oleh bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti kertas, kardus, atau plastik, dapat meningkatkan risiko kebakaran. Penting untuk memisahkan sampah organik dengan benar sebelum membuangnya ke TPA untuk menghindari kontaminasi.
3. Cuaca Ekstrem: Cuaca ekstrem, seperti panas berlebihan, dapat mengeringkan sampah organik di TPA, meningkatkan potensi kebakaran jika ada sumber api yang ada.
Dalam konteks kebakaran di TPA Banjardowo Jombang, menjadi perihal penting untuk memahami bahwa pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga dan timbulan sampah pasar dapat mengurangi risiko terjadinya kebakaran di TPA. Sumber data ada 60% timbulan sampah organik, apabila mengurangi jumlah sampah organik yang mencapai TPA dengan membuat kompos, kita dapat meminimalkan produksi gas metana, mengurangi risiko kontaminasi, dan memperlambat degradasi TPA. Sistem pemilahan sampah dirumah dan pengangkutan sampah secara terpilah belum berjalan, dimana kebiasaan timbulan sampah dapur selalu dimasukan ke dalam kresek diikat dan tercampur dengan sampah lainya sehingga mempersulit tahap pengolahan sampah.
Dalam menghadapi insiden kebakaran di TPA Banjardowo, kami, di LSM Sanggar Hijau Indonesia, mengajak kontribusi masyarakat akan peran kunci mereka dalam pengelolaan sampah organik. Praktik pengelolaan sampah organik yang baik dapat menjaga TPA aman dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Mari bersama-sama memahami pentingnya pengelolaan sampah organik dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi TPA dan lingkungan kita. Keberlanjutan dimulai dari tindakan kita sendiri.
Shanti Ramadhani
Founder Sanggar Hijau Indonesia