Pameran Foto "Cerita dari Solo: Yang Tersua di Satu Masa" di Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Warga

Kota Yogyakarta—Lima belas mahasiswa yang tergabung dalam Tim Studi Independen Multikulturalisme FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menggelar pameran foto yang bertajuk "Cerita dari Solo: Yang Tersua dari Satu Masa" di Bentara Budaya Yogyakarta, 13–17 Juli 2023. Pameran yang dibuka langsung oleh Romo Sindhunata SJ, sang budayawan kondang, ini menampilkan 101 karya mahasiswa berupa potret kehidupan masyarakat Solo dari setiap sudutnya.
Dipilihnya Solo atau Surakarta sebagai objek studi tidak terlepas dari eksistensi kota ini dalam peradaban budaya Jawa dari waktu ke waktu, terutama bagaimana masyarakat Solo dapat hidup berdampingan dalam keberagaman budaya yang terakulturasi. Seperti diketahui, Solo adalah rumah bagi sejumlah keturunan etnis, mulai dari Jawa, Tionghoa, Arab, India, hingga Barat (Amerika-Eropa). Hal ini dipotret dan dipelajari, kemudian dikemas dan diperkenalkan kepada publik dalam bentuk pameran.
Pengunjung akan diajak menikmati keindahan dan keunikan Solo lewat foto-foto dan deskripsinya bak "cerita bergambar", seperti tentang perajin gong dan keris, pembuatan ciu Bekonang, koleksi Museum Radya Pustaka, penjual kembang di Pasar Gede, Masjid Syekh Zayed, mural, kelenteng, kuliner khas Solo, keramaian hik pada malam hari, tempat wisata, hingga kawasan Pura Mangkunegaran.
Foto-foto yang ditampilkan tersebut dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I berjudul “Bagai Bayang-Bayang Masa Silam”, menceritakan sisa-sisa kebudayaan masa lampau yang masih hidup dan dihidupi oleh pelakunya. Bagian II berjudul "Meniti Buih Perubahan Zaman", yakni tentang upaya dan dinamika Kota Solo dalam mempertahankan citranya sebagai kota budaya. Bagian III, “Menimba Kebijaksanan Leluhur”, berkisah tentang upaya keraton merevitalisasi perannya sebagai pusat kebudayaan Jawa.
Cerita di Balik Suksesnya Pameran
Salah seorang mahasiswa dari Tim Studi Independen Multikulturalisme FISIP UAJY menuturkan bahwa sebelum pameran dilangsungkan, mereka melakukan riset terlebih dahulu mengenai tempat-tempat atau sudut-sudut yang akan dijadikan objek foto melalui internet. Kemudian mereka tinggal di Solo selama beberapa waktu untuk pengambilan foto.
"Jadi, ini semua foto-foto terbaru dari hasil kami selama di lapangan, bukan koleksi. Karena pasti ada tempat-tempat yang mengalami perubahan. Dan untuk bisa mendapatkan foto-foto ini, kami mengejar momentum, Kak," tuturnya.
Ketika ditanya tentang kendala selama di lapangan, diungkapkan bahwa pengambilan foto di beberapa tempat memakan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan. Oleh sebab itu, dari 50 tempat yang mereka rencanakan di awal, hanya 20 tempat yang akhirnya bisa mereka kunjungi.
"Kenapa bisa lama, itu karena kami tidak sekadar mengambil foto, Kak. Kami juga harus berinteraksi, misalnya dengan pemilik usaha atau petugas museum, untuk memperoleh informasi," jelasnya.
Meskipun demikian, mereka merasa ke-20 tempat itu sudah menggambarkan keberagaman yang ada di Solo. Mereka juga mengaku sangat takjub dan mempelajari banyak hal selama tinggal di kota kelahiran Presiden Jokowi tersebut.
Tim Studi Independen Multikulturalisme FISIP UAJY yang lahir dari program Merdeka Belajar ini digagas oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerja sama dengan UAJY, dengan output berupa pameran karya.
Di samping pameran foto, kolaborasi dengan beberapa pihak lainnya juga terlihat dari agenda acara yang ada selama pameran, seperti pemutaran film "Cerita dari Solo" pada 14 Juli 2023 dan diskusi novel "Rasina" bersama penulisnya langsung, Iksaka Banu, yang dihadiri pula oleh penyair Ni Made Purnama Sari, pada 15 Juli 2023.[rh]
Dipilihnya Solo atau Surakarta sebagai objek studi tidak terlepas dari eksistensi kota ini dalam peradaban budaya Jawa dari waktu ke waktu, terutama bagaimana masyarakat Solo dapat hidup berdampingan dalam keberagaman budaya yang terakulturasi. Seperti diketahui, Solo adalah rumah bagi sejumlah keturunan etnis, mulai dari Jawa, Tionghoa, Arab, India, hingga Barat (Amerika-Eropa). Hal ini dipotret dan dipelajari, kemudian dikemas dan diperkenalkan kepada publik dalam bentuk pameran.
Pengunjung akan diajak menikmati keindahan dan keunikan Solo lewat foto-foto dan deskripsinya bak "cerita bergambar", seperti tentang perajin gong dan keris, pembuatan ciu Bekonang, koleksi Museum Radya Pustaka, penjual kembang di Pasar Gede, Masjid Syekh Zayed, mural, kelenteng, kuliner khas Solo, keramaian hik pada malam hari, tempat wisata, hingga kawasan Pura Mangkunegaran.
Foto-foto yang ditampilkan tersebut dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I berjudul “Bagai Bayang-Bayang Masa Silam”, menceritakan sisa-sisa kebudayaan masa lampau yang masih hidup dan dihidupi oleh pelakunya. Bagian II berjudul "Meniti Buih Perubahan Zaman", yakni tentang upaya dan dinamika Kota Solo dalam mempertahankan citranya sebagai kota budaya. Bagian III, “Menimba Kebijaksanan Leluhur”, berkisah tentang upaya keraton merevitalisasi perannya sebagai pusat kebudayaan Jawa.
Cerita di Balik Suksesnya Pameran
Salah seorang mahasiswa dari Tim Studi Independen Multikulturalisme FISIP UAJY menuturkan bahwa sebelum pameran dilangsungkan, mereka melakukan riset terlebih dahulu mengenai tempat-tempat atau sudut-sudut yang akan dijadikan objek foto melalui internet. Kemudian mereka tinggal di Solo selama beberapa waktu untuk pengambilan foto.
"Jadi, ini semua foto-foto terbaru dari hasil kami selama di lapangan, bukan koleksi. Karena pasti ada tempat-tempat yang mengalami perubahan. Dan untuk bisa mendapatkan foto-foto ini, kami mengejar momentum, Kak," tuturnya.
Ketika ditanya tentang kendala selama di lapangan, diungkapkan bahwa pengambilan foto di beberapa tempat memakan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan. Oleh sebab itu, dari 50 tempat yang mereka rencanakan di awal, hanya 20 tempat yang akhirnya bisa mereka kunjungi.
"Kenapa bisa lama, itu karena kami tidak sekadar mengambil foto, Kak. Kami juga harus berinteraksi, misalnya dengan pemilik usaha atau petugas museum, untuk memperoleh informasi," jelasnya.
Meskipun demikian, mereka merasa ke-20 tempat itu sudah menggambarkan keberagaman yang ada di Solo. Mereka juga mengaku sangat takjub dan mempelajari banyak hal selama tinggal di kota kelahiran Presiden Jokowi tersebut.
Tim Studi Independen Multikulturalisme FISIP UAJY yang lahir dari program Merdeka Belajar ini digagas oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerja sama dengan UAJY, dengan output berupa pameran karya.
Di samping pameran foto, kolaborasi dengan beberapa pihak lainnya juga terlihat dari agenda acara yang ada selama pameran, seperti pemutaran film "Cerita dari Solo" pada 14 Juli 2023 dan diskusi novel "Rasina" bersama penulisnya langsung, Iksaka Banu, yang dihadiri pula oleh penyair Ni Made Purnama Sari, pada 15 Juli 2023.[rh]