MENYIBAK MISTERI JEMBATAN SEWO DI JALUR PANTURA
Berita Warga

Kalau Anda melintas jalur pantura antara Subang dan Indramayu, anda pasti akan menemukan fenomena menarik di jembatan yang bernama Jembatan Sewoharjo atau lebih dikenal dengan Jembatan Sewo.
Pasalnya setiap hari baik siang maupun malam terdapat banyak orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang.
Mereka mengais rejeki saat pelintas jalan atau jembatan ada yang melempar uang recehan kepadanya.
Ada orang yang percaya bahwa dengan memberikan receh di jembatan Sewo akan terhindar dari marabahaya.
Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo.
Mitos pertama adalah karena cerita Saedah Saeni, yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng yang mengingkari perjanjiannya dan berubah menjadi buaya putih.
Ayah Saedah dan Saeni yakni Sarkawi rencananya akan menunaikan ibadah haji tetapi di tengah perjalanan tergoda dengan seorang perempuan bernama Maemunah.
Sarkawi dan Maemunah akhirnya menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya di rumah. Isterinya di rumah ternyata sedang sakit keras sampai akhirnya meninggal dunia.
Setelah 7 bulan tidak pulang akhirnya dia pulang sambil membawa istri mudanya.
Setibanya di rumah dia terkejut karena isterinya sudah meninggal dunia. Sarkawi pun akhirnya memperkenalkan isteri mudanya kepada kedua anaknya yakni Saedah dan Saeni.
Sampai akhirnya isteri mudanya bisa akur dengan kedua anaknya tersebut.
Saat Sarkawi pergi mencari nafkah, Maemunah pun berangkat ke pasar. Sebelum pergi ke pasar Maemunah berpesan jangan sampai menggunakan uang dan beras yang ada di atas meja.
Tetapi karena lapar, beras yang ada di atas meja pun dimasak oleh Saedah.
Dan saat ibu tirinya datang tentu sangat marah dan mencaci maki keduanya.
Karena tidak tahan dengan perkataan dari ibu tirinya tersebut, Saedah dan Saeni pun pergi dari rumah. Karena merasa bersalah akhirnya Maemunah mengajak kedua anak tirinya berjalan-jalan ke kota. Tetapi ternyata ada niat jahat dari ibu tirinya untuk membuang kedua anak tersebut ke hutan.
Mereka berdua di tinggal di tengah hutan sementara ibu tirinya pergi meninggalkan keduanya.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seorang kakek tua mendekati Saeni dan memberikan petunjuk bahwa Saeni akan menjadi penari ronggeng ternama tetapi harus mengadakan perjanjian dengan kakek tua tersebut.
Sampai akhirnya Saeni menjadi penari ronggeng ternama di sekitaran daerah tersebut. Tetapi namanya orang ada saja yang kelalaiannya hingga akhirnya dia berubah wujud menjadi seekor buaya putih dan menceburkan diri ke Kali Sewo.
Mendengar anaknya berubah wujud menjadi buaya putih dan kemudian dia menceburkan diri untuk mencari anaknya tersebut.
Maemunah yang merasa bersalah akhirnya frustasi dan menceburkan diri ke Kali Sewo.
Sementara itu Saedah kakaknya terus menunggu kehadiran adik dan ayahnya di pinggir jembatan sampai akhirnya berubah wujud menjadi bambu.
Tempat menceburkan diri Sarkawi diberi nama Balai Kambang dan kemudian tragedi tersebut membuat masyarakat ada yang meyakini penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni si penari ronggeng. Sehingga untuk tolak bala dan nyawer Saeni maka banyak pelintas yang memberikan uang receh saat melintas jembatan Sewo ini.
Sementara ada juga yang percaya mitos Jembatan Sewo ini berkaitan dengan kejadian mengenaskan di Jembatan Sewo ini. Dimana pada tanggal 11 Maret 1974 dimana terjadi kecelakaan tragis bus transmigran yang berasal dari Boyolali Jawa Tengah.
Saat bus melintas jembatan Sewo tiba-tiba bus terperosok dan masuk ke Sungai dan terbakar. Sebanyak 67 penumpang tewas dan hanya tiga orang bayi yang selamat.
Semua penumpang yang tewas akhirnya dimakamkan di dekat Jembatan Sewo dan dibuatkan tugu Pahlawan Transmigrasi.
Untuk menghormati korban kecelakaan tersebut maka sudah menjadi tradisi bagi supir, dan penumpang yang melintas Jembatan Sewo yang melempat uang recehan di jembatan tersebut, dan momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar jembatan Sewo. Maka tidak heran setiap hari setiap saat ada yang menunggu di jembatan ini.
Klik sumber informasi :
http://jalurpantura.com/menguak-misteri-jembatan-sewo-perbatasan-antara-indramayu-subang.html
Pasalnya setiap hari baik siang maupun malam terdapat banyak orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang.
Mereka mengais rejeki saat pelintas jalan atau jembatan ada yang melempar uang recehan kepadanya.
Ada orang yang percaya bahwa dengan memberikan receh di jembatan Sewo akan terhindar dari marabahaya.
Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo.
Mitos pertama adalah karena cerita Saedah Saeni, yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng yang mengingkari perjanjiannya dan berubah menjadi buaya putih.
Ayah Saedah dan Saeni yakni Sarkawi rencananya akan menunaikan ibadah haji tetapi di tengah perjalanan tergoda dengan seorang perempuan bernama Maemunah.
Sarkawi dan Maemunah akhirnya menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya di rumah. Isterinya di rumah ternyata sedang sakit keras sampai akhirnya meninggal dunia.
Setelah 7 bulan tidak pulang akhirnya dia pulang sambil membawa istri mudanya.
Setibanya di rumah dia terkejut karena isterinya sudah meninggal dunia. Sarkawi pun akhirnya memperkenalkan isteri mudanya kepada kedua anaknya yakni Saedah dan Saeni.
Sampai akhirnya isteri mudanya bisa akur dengan kedua anaknya tersebut.
Saat Sarkawi pergi mencari nafkah, Maemunah pun berangkat ke pasar. Sebelum pergi ke pasar Maemunah berpesan jangan sampai menggunakan uang dan beras yang ada di atas meja.
Tetapi karena lapar, beras yang ada di atas meja pun dimasak oleh Saedah.
Dan saat ibu tirinya datang tentu sangat marah dan mencaci maki keduanya.
Karena tidak tahan dengan perkataan dari ibu tirinya tersebut, Saedah dan Saeni pun pergi dari rumah. Karena merasa bersalah akhirnya Maemunah mengajak kedua anak tirinya berjalan-jalan ke kota. Tetapi ternyata ada niat jahat dari ibu tirinya untuk membuang kedua anak tersebut ke hutan.
Mereka berdua di tinggal di tengah hutan sementara ibu tirinya pergi meninggalkan keduanya.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seorang kakek tua mendekati Saeni dan memberikan petunjuk bahwa Saeni akan menjadi penari ronggeng ternama tetapi harus mengadakan perjanjian dengan kakek tua tersebut.
Sampai akhirnya Saeni menjadi penari ronggeng ternama di sekitaran daerah tersebut. Tetapi namanya orang ada saja yang kelalaiannya hingga akhirnya dia berubah wujud menjadi seekor buaya putih dan menceburkan diri ke Kali Sewo.
Mendengar anaknya berubah wujud menjadi buaya putih dan kemudian dia menceburkan diri untuk mencari anaknya tersebut.
Maemunah yang merasa bersalah akhirnya frustasi dan menceburkan diri ke Kali Sewo.
Sementara itu Saedah kakaknya terus menunggu kehadiran adik dan ayahnya di pinggir jembatan sampai akhirnya berubah wujud menjadi bambu.
Tempat menceburkan diri Sarkawi diberi nama Balai Kambang dan kemudian tragedi tersebut membuat masyarakat ada yang meyakini penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni si penari ronggeng. Sehingga untuk tolak bala dan nyawer Saeni maka banyak pelintas yang memberikan uang receh saat melintas jembatan Sewo ini.
Sementara ada juga yang percaya mitos Jembatan Sewo ini berkaitan dengan kejadian mengenaskan di Jembatan Sewo ini. Dimana pada tanggal 11 Maret 1974 dimana terjadi kecelakaan tragis bus transmigran yang berasal dari Boyolali Jawa Tengah.
Saat bus melintas jembatan Sewo tiba-tiba bus terperosok dan masuk ke Sungai dan terbakar. Sebanyak 67 penumpang tewas dan hanya tiga orang bayi yang selamat.
Semua penumpang yang tewas akhirnya dimakamkan di dekat Jembatan Sewo dan dibuatkan tugu Pahlawan Transmigrasi.
Untuk menghormati korban kecelakaan tersebut maka sudah menjadi tradisi bagi supir, dan penumpang yang melintas Jembatan Sewo yang melempat uang recehan di jembatan tersebut, dan momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar jembatan Sewo. Maka tidak heran setiap hari setiap saat ada yang menunggu di jembatan ini.
Klik sumber informasi :
http://jalurpantura.com/menguak-misteri-jembatan-sewo-perbatasan-antara-indramayu-subang.html