Mengangkat Potensi Desa Dengan Gubug Baca
Citizen News

Kabupaten Bekasi - Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengangkat potensi suatu wilayah. Salah satunya adalah dengan mendirikan sebuah Gubug Baca, seperti yang dilakukan oleh para Mahasiswa STAI NUR EL GHAZI, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Gubug baca itu sendiri dinamakan Gubug Literasi (GL) yang baru berdiri pada 17 februari 2019 ini sebenarnya bukan hanya berkonsep pada sebuah taman baca. “Kami juga fokus pada bagaimana masyarakat menciptakan agen perubahan di kampung,ˮ ujar Muhammad Yusuf salah satu mahasiswa.
Berawal dari sebuah gubug bekas penyimpanan kayu bakar dengan buku seadanya, ia mengumpulkan anak-anak di sekitarnya. Aktifitas yang dilakukannya tersebut kemudian diketahui oleh rekan - rekan mahasiswa lainnya. Karena minat baca masyarakat desa masih kurang kami terus berupaya untuk menciptakan Gubug Baca di tiap - tiap desa guna meningkatkan minat baca bagi masyarakat bekasi.
Saat ini memang baru 3 desa di 3 kecamatan yang kami ciptakan tapi insya allah kami akan menciptkan Gubug Baca lagi di sekitar wilayah Kecamatan Setu. Karena visi kami ingin menciptakan Gubug Baca - Gubug Baca di tiap - tiap desa yang ada di wilayah kabupaten bekasi.
Proses pembangunan Gubug Baca sendiri tidak mudah. “Pembangunan gubug berasal dari swadaya mahasiswa, karena dengan begitu mahasiswa ikut juga ikut menunaikan tugas nya sebagai agen perubahan & mengimplementasikan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI yang ke 3,ˮ papar salah satu mahasiswa. Lebih lanjut ia mengatakan, hal terpenting bukanlah pembangunan gubugnya, melainkan memunculkan kesadaran masyarakatnya terlebih dahulu.
Anak-anak yang datang ke gubug tidak mendapatkan pendidikan formal seperti di sekolah, melainkan tentang bagaimana cara bersosialisasi serta pengenalan budaya. Aktifitas yang dilakukan dari setiap gubug bermacam-macam, seperti belajar kebudayaan bekasi, hadrah, permainan maupun musik tradisional.
“Jadi masing-masing gubuk juga memiliki ciri khas masing-masing,” bebernya.
Gubug -gubug tersebut sebenarnya tidak hanya difungsikan untuk anak-anak, melainkan untuk pemuda dan orang tua. “Jadi tempat ngumpulnya pemuda juga, jadi kalau pemuda mengajari adik-adik kan mereka ada kegiatan positif, bisa memberikan pendidikan karakter juga, dari situlah mereka akan menjadi agen perubahan, menjadi pemimpin. Orang tua pun nantinya juga akan senang dan mendukung, sehingga ikut berperan juga” paparnya.
Keberadaan gubug -gubug baca di Desa Lambang Jaya tersebut telah memotivasi desa lainnya untuk ikut mendirikan gubug baca, seperti yang telah dilakukan di beberapa desa seperti di Cibarusah, Serang Baru,ˮ tutupnya.
Gubug baca itu sendiri dinamakan Gubug Literasi (GL) yang baru berdiri pada 17 februari 2019 ini sebenarnya bukan hanya berkonsep pada sebuah taman baca. “Kami juga fokus pada bagaimana masyarakat menciptakan agen perubahan di kampung,ˮ ujar Muhammad Yusuf salah satu mahasiswa.
Berawal dari sebuah gubug bekas penyimpanan kayu bakar dengan buku seadanya, ia mengumpulkan anak-anak di sekitarnya. Aktifitas yang dilakukannya tersebut kemudian diketahui oleh rekan - rekan mahasiswa lainnya. Karena minat baca masyarakat desa masih kurang kami terus berupaya untuk menciptakan Gubug Baca di tiap - tiap desa guna meningkatkan minat baca bagi masyarakat bekasi.
Saat ini memang baru 3 desa di 3 kecamatan yang kami ciptakan tapi insya allah kami akan menciptkan Gubug Baca lagi di sekitar wilayah Kecamatan Setu. Karena visi kami ingin menciptakan Gubug Baca - Gubug Baca di tiap - tiap desa yang ada di wilayah kabupaten bekasi.
Proses pembangunan Gubug Baca sendiri tidak mudah. “Pembangunan gubug berasal dari swadaya mahasiswa, karena dengan begitu mahasiswa ikut juga ikut menunaikan tugas nya sebagai agen perubahan & mengimplementasikan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI yang ke 3,ˮ papar salah satu mahasiswa. Lebih lanjut ia mengatakan, hal terpenting bukanlah pembangunan gubugnya, melainkan memunculkan kesadaran masyarakatnya terlebih dahulu.
Anak-anak yang datang ke gubug tidak mendapatkan pendidikan formal seperti di sekolah, melainkan tentang bagaimana cara bersosialisasi serta pengenalan budaya. Aktifitas yang dilakukan dari setiap gubug bermacam-macam, seperti belajar kebudayaan bekasi, hadrah, permainan maupun musik tradisional.
“Jadi masing-masing gubuk juga memiliki ciri khas masing-masing,” bebernya.
Gubug -gubug tersebut sebenarnya tidak hanya difungsikan untuk anak-anak, melainkan untuk pemuda dan orang tua. “Jadi tempat ngumpulnya pemuda juga, jadi kalau pemuda mengajari adik-adik kan mereka ada kegiatan positif, bisa memberikan pendidikan karakter juga, dari situlah mereka akan menjadi agen perubahan, menjadi pemimpin. Orang tua pun nantinya juga akan senang dan mendukung, sehingga ikut berperan juga” paparnya.
Keberadaan gubug -gubug baca di Desa Lambang Jaya tersebut telah memotivasi desa lainnya untuk ikut mendirikan gubug baca, seperti yang telah dilakukan di beberapa desa seperti di Cibarusah, Serang Baru,ˮ tutupnya.