MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BERKARAKTER
Berita Warga

Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praktis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan pada pembentukan karakter, sebagaimana digagas oleh para pendiri bangsa. Beberapa pendidik Indonesia modern yang dikenal, seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Moh Natsir, dll. Telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai bentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa berkarakter yang mampu membangun sebuah peradaban. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Bung Karno yang menegaskan bahwa: membentuk karakter tidak bisa dilakukan secara instan, namun dibutuhkan proses yang berkesinambungan, sistematis, menyeluruh, dan terus menerus tidak boleh berhenti. Oleh karena itu, membentuk karakter anak harus dimulai sedini mungkin. Berbagai pendidikan dan pengalaman yang dilalui anak semenjak perkembangan pertamanya memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan karakter diri secara
Pendidikan karakter memerlukan peneladanan dan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berperilaku jujur, tolong menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor.
Pendidikan pertama dan utama adalah orang tua. Mereka bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung kepada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya..
Keberhasilan proses pendidikan tidak terlepas dari bentuk-bentuk metode yang digunakan. Dalam konteks pendidikan karakter dalam keluarga, metode berarti semua upaya, prosedur, dan cara yang ditempuh untuk menginternalisasika n pendidikan karakter pada anak .Adapun proses dalam penerapan pendidikan karakter dalam keluarga antara lain :
1. Keteladanan
Menurut Al-Ghazali anak adalah amanat bagi orang tuanya .Hatinya yang suci merupakan permata tak ternilai harganya, masih murni dan belum terbentuk Al-Barik (1993 : 83). Orang tuanya merupakan arsitek atau pengukir kepribadian anaknya. Sebelum mendidik orang lain, sebaiknya orang tua harus mendidik pada dirinya terlebih dahulu, Sebab anak merupakan peniru ulung. Segala informasi yang masuk pada diri anak, baik melalui penglihatan, ataupun pendengaran dari orang di sekitarnya, termasuk orang tua akan membentuk karakter anak tersebut. Apalagi anak yang berumur sekitar (3-6) tahun, Ia senantiasa melakukan imitasi terhadap orang yang ia kagumi (ayah dan ibunya).
2. Pembiasaan
Pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai efektif jika penerapannya dilakukan terhadap anak yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari
3. Nasihat
Pemberi nasehat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak. Pemberi nasehat dalam keluaraga tentunya orang tuanya sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan nasehat tersebut, apabila pemberi nasehat saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan keteladanan yang baik. Anak tidak akan melaksanakan nasehat tersebut apabila didapatinya pemberi nasehat tersebut juga tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoritis saja, tapi segi aplikasilah yang akan mampu memberikan pengaruh bagi diri anak.
4. Metode Pemberian Motivasi
Dorongan atau motivasi dari orang tua sangat mendukung kemajuan anak dalam menunjukkan eksistensi dirinya. Tanpa motivasi dari orang tua anak akan mengalami kesulitan dalam berkembang atau tidak sebaik kemampuannya. Dengan demikian, orang tua harus memberikan motivasi yang positif atau bersifat membangun pada anak agar anak tetap yakin dan berpegang teguh pada apa yang menjadi tujuannya.
Pendidikan karakter memerlukan peneladanan dan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berperilaku jujur, tolong menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor.
Pendidikan pertama dan utama adalah orang tua. Mereka bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung kepada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya..
Keberhasilan proses pendidikan tidak terlepas dari bentuk-bentuk metode yang digunakan. Dalam konteks pendidikan karakter dalam keluarga, metode berarti semua upaya, prosedur, dan cara yang ditempuh untuk menginternalisasika n pendidikan karakter pada anak .Adapun proses dalam penerapan pendidikan karakter dalam keluarga antara lain :
1. Keteladanan
Menurut Al-Ghazali anak adalah amanat bagi orang tuanya .Hatinya yang suci merupakan permata tak ternilai harganya, masih murni dan belum terbentuk Al-Barik (1993 : 83). Orang tuanya merupakan arsitek atau pengukir kepribadian anaknya. Sebelum mendidik orang lain, sebaiknya orang tua harus mendidik pada dirinya terlebih dahulu, Sebab anak merupakan peniru ulung. Segala informasi yang masuk pada diri anak, baik melalui penglihatan, ataupun pendengaran dari orang di sekitarnya, termasuk orang tua akan membentuk karakter anak tersebut. Apalagi anak yang berumur sekitar (3-6) tahun, Ia senantiasa melakukan imitasi terhadap orang yang ia kagumi (ayah dan ibunya).
2. Pembiasaan
Pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai efektif jika penerapannya dilakukan terhadap anak yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari
3. Nasihat
Pemberi nasehat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak. Pemberi nasehat dalam keluaraga tentunya orang tuanya sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan nasehat tersebut, apabila pemberi nasehat saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan keteladanan yang baik. Anak tidak akan melaksanakan nasehat tersebut apabila didapatinya pemberi nasehat tersebut juga tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoritis saja, tapi segi aplikasilah yang akan mampu memberikan pengaruh bagi diri anak.
4. Metode Pemberian Motivasi
Dorongan atau motivasi dari orang tua sangat mendukung kemajuan anak dalam menunjukkan eksistensi dirinya. Tanpa motivasi dari orang tua anak akan mengalami kesulitan dalam berkembang atau tidak sebaik kemampuannya. Dengan demikian, orang tua harus memberikan motivasi yang positif atau bersifat membangun pada anak agar anak tetap yakin dan berpegang teguh pada apa yang menjadi tujuannya.